Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tentang Sungai Limau
Marpoyan
Sebenar Mabuk, Sutan
Ilhamdi Putra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentang Sungai Limau
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gerisik nyiur tengah hari pekak itu seperti ketuntang pinggan, Upik
piring keramik putih susu, cambung kaca sewarna tembaga
segalanya tersuling menghantam gendang telinga
“di sini angin laut akan terus berdesir, Engku
digulungnya riak laut ke tepi, digusurnya pasir-pasir sehitam pantat kuali
bila malam naik setinggi pelupuh, angin itu pula yang mengetuk ruas jantung
ia naikkan darah hitam dari pasi udara malam”.
Namun aku dikirimi tenung, Upik
dari gerisik dedaun, ujung lengkung ranting muda
sementara tajuk menggaram itu berkelindan padanya
“siapakah Engku Muda yang hendak dipertuan di tanah kami?
sudahkah pandai Engku Muda menawar bisa anak sepasan dalam rimba?”.
Maka aku mainkan kilah tempurung retak
ketika mumbang jatuh dari keluk kerambil condong
seperti nasib malang ambai-ambai lubang tergali ombak datang
keluh parak rumbia ditinggalkan kaum lindang ke negeri seberang.
Sebab aku dikirimi tenung, Upik
tentang ganggang-ganggang hijau mengambang di sepanjang talao
tidak lagi dipermainkan gerisik angin yang dikandung samudera dalam
tentang jalur-jalur ditumbuhi limau kapas ke arah Sungai Geringging
di mana asamnya rurut, dan jalannya dikelupaskan gelombang pasang
tapi gerisik nyiur tengah hari pekak itu kian menggema
dalam liang telinga, sampai deras aliran darah pekat
maka terjawab juga yang satu dari sekian
“silat hanya sejengkal, Datuk, selebihnya cuma bunga”.
2021
Marpoyan
Meski angin sakal berulang kali melambung
di sini segalanya tetap, tidak ada yang bergerak
Marpoyan tetap saja perihal hunian tanpa pagar depan
rumah beratap tinggi dengan pekarangan tersuruk di belakang.
Bilamana di luar pintu
kota tengah mengidap demam panas-dingin
radang getah paru, sesak napas berkepanjangan
Marpoyan tetap hening di dalam, dan sepi di luar.
Di sini kita akan terus mencari arti lain dari kata pulang
maka kubayangkan hingar kampung dan rumah-rumah lapang
terkurung halaman di mana rumput bermiang menjangkau pinggang
tapi di mana benar titian usang diletakkan melintang
titian yang bisa mengalihkan kita, turut menyelamatkan kota
dari hasrat pulang kampung yang datang tiap sebentar.
Kita akan terus dibuat memandang jauh hingga mata memutih
sementara Marpoyan menyempurnakan barisan rumah seroma
hunian beratap tinggi dengan warna pucat yang sama.
2021
Sebenar Mabuk, Sutan
Pada remang suluh itu, Sutan, kutahan hasrat untuk pulang habis
juga niat merebahkan batang pinang sepelurus jalan ke arah dusun,
aku kira rebahnya mengarah pada kubur di mana ingatan terperam.
Seruas buluh lemang, Sutan, di suluh buluh lemang
paruku serasa dibakar bara gaharu, tubuhku dipendam ke serat pucuk rebung
setelah lembing kalimat terakhir mendesir hingga tali jantung
mengirisku ke dalam tungku sebelum kuali diletakkan
sebelum perahan putih berminyak itu dilenakan.
Aih, aku ingin nyala api tak membakar, gelap selain hitam
dan pada ketinggian malam di antara jejaran suluh
aku gadaikan hasrat pulang.
Sehabis jalan kurentang helai benang lepas dari telekung
kusungkah manis empedu, kujemput pahit pada pangkal tebu
tapi jarak hanya tergunting bola mata, janji tinggal dari besok ke lusa
dan kudengar suluh bergunjing
tentang siku bertukak tak kunjung kering
tentang hasrat yang tinggal panas di kening.
Dan aku mabuk, Sutan, mabuk tuak dikira santan
memasuki kampung sebagai orang hilang dari ranji kaum
kaum yang memperdendangkan salam selamat tinggal
ketika hitungan malam ganjil membusutkan purnama cerlang.
Dari lindap cahaya sebelum menyisakan arang
kalimat-kalimat teluh tak selesai, petunang terbaca tuah tak sampai
waktu adalah ruang tak berpintu, talak jatuh seremang suluh direbahkan
ke bancah sisa lanyak kubangan sawah.
2021
Ilhamdi Putra lahir di Padang, Sumatera Barat. Bergiat di ruang riset sastra dan humaniora Lab. Pauh 9. Tulisannya disiarkan media cetak dan elektronik, serta terhimpun dalam beberapa antologi bersama. Pada 2019, ia terpilih sebagai Emerging Writers pada Ubud Writers and Readers Festival.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo