Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi Joko Rabsodi dan Ruly R

Joko Rabsodi dan Ruly R menulis puisi yang disiarkan di berbagai media. 

7 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Alvin Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Joko Rabsodi

Foklore Tanah Tentenan

- di hadapan kyai Fuadin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebab rindu kami telah nganga
ada yang tak terbaca oleh bulat usia
ribuan zikir hanyut ke dalam tapa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidurlah di sini, rukhi
merakit hidup yang ingin mati
di gelap batu-batu lembut di samping adi poday
mengernyitkan tangis pertama kali 

Maka kepada pajuddan kami dayunkan kening doa
sebelum tidurmu benar-benar di kecup matahari
hingga lepuh di ujung jari 

Upaya menggiringmu ke rupna lain
menyebrangi samudara dengan perahu nun
di laut selatan di mana kemarau biasa lahir
dengan deras gersang yang sungsang 

Dari perut kempesmu itu
hantu-hantu miskin bubar
tak terkecuali ratnavalli memilih udayana sebagai
halaman untuk bertelanjang

Beri kami sabdamu, rukhi
sebelum jalan pulang menjadi bekal keringat
kekalahan tertata di keningNya
ketika ratnavalli menyatakan putus asa 

Tapi mata dan mulut kami
berhujjah pada jubah
dan wahyu-wahyumu yang asing 

Madura, Februari 2024 

Ruly R

pada gambar artipainter 1

sebelum jadi angka, ada yang tertinggal lewat warna pop dan kepala  yang jadi kubus strip merah di antara kotak transistor lengkap tiga tusuknya. 

menekan tombol ulang-alik dua sisi, kertas dibentuk kantong jinjing, bunyi berisik dari kaleng susu bubuk, bekas. 

di kejauhan gedung kota, laba-laba menggapai langit hijau dengan dua kaki, topeng hitam dikenakan, dua mata menyala, biru-merah. kubus-kubus tak bertegur sapa penuh, 

hanya menyajikan omong kosong yang digelembungkan serupa permen karet dua ribuan, selepasnya, digugurkan lagi,  suara-suara berebut ruangnya dari seliweran iklan kopi, sibuk menempel di tabung gelas.

menekan tombol ulang-alik dua sisi, kotak sampah dikumpulkan, sneaker kuning mencolok mata.

kerumunan warna hitam, menunduk ditelan parka, tak lagi berputar, kaki-kaki kota sebentar lagi hancur di depan mata.

enam kaki laba-laba sibuk menyusun kalimat panjang, yang lebih panas dan ganas dibanding api, memotong gedung-gedung milik jiwa-jiwa tunduk.

menekan tombol ulang alik dua sisi. pintu diketuk. ada yang bangun dari mimpi.

punchline pada detik 25 membuat tawa menggelegar, menggulung  segala yang di bawahnya, jadi isap jempol belaka. empat rasa dari lidah terbagi sendiri, namun tak ada kegetiran.

sempurnalah pada warna pop, setengah mesin, setengah manusia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Joko Rabsodi lahir di Pamekasan-Madura. Santri yang mengabdi di SMA Negeri 4 Pamekasan. Menulis buku fiksi dan nonfiksi. Buku puisi terbarunya berjudul Memancing Duka di Tubuh Ayah. Ruly R bergiat di Komunitas Kamar Kata dan Rusamenjana. Buku cerpennya berjudul Cakrawala Gelap (2018). Tinggal di Karanganyar, Jawa Tengah.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus