Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi Kiki Sulistyo

Kiki Sulistyo adalah pesyair yang karyanya meraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 dan Buku Puisi Terbaik Tempo 2018.

26 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Imam Yunni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Momenta

  • Dengan Tangan Terbuka

  • Kami Tunda Esok

Kiki Sulistyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Momenta

 

di talam, buah yang mengandung ajal

terang benderang bagai bohlam di tengah

kota. inilah momenta yang tak pernah

kaudamba; lima malaikat dalam seragam

dukacita, membawamu ke altar.

 

mereka turun dari angkasa luar, seputih

kesedihan, mencuci tangan di taman-taman

api, sebelum membisikkan seutas mantra:

salus populi suprema lex esto

 

terimalah ajal

yang melontarkan manusia

ke padang gembala.  

 

lantas paku ditancapkan ke dahimu, sedang

di paru-parumu bunga karang bermekaran

sebagaimana bunga uang di laci-laci bangunan

tinggi, tempat dunia dikendalikan.

 

setelah itu akan kaudengar untai serunai

 

usai sudah, seekor domba gloria telah

mempersembahkan jiwanya

bagi kesucian manusia.

 

(2021)

 


Dengan Tangan Terbuka

 

dengan tangan terbuka kita biarkan mereka yang tiba

memasuki peti-peti kayu. kenangan sebatang pohon

jadi kisut, semakin kisut, sebelum susut ke balik kabut.

dalam derita, burung-burung adora mematuk mata kata,

kita jadi buta, tapi panorama memecah warna serupa

gelombang suara yang memberat di jantung kita.

 

mereka berbaring. membayangkan salju ditaburkan,

meteor berlintasan di antara fosil-fosil bintang

leluhur kita yang rajin berburu telah mewariskan

batas-batas. maka tampak biru lempeng angkasa,

dan sel pertama bergerak, bersama benih makna;

ada di luar awal mula.

 

dalam derita, kita biarkan peti-peti kembali terbuka

semakin putih ditindih metafora. kita bertahan dari

keinginan untuk melucuti seluruh pakaian, telanjang

macam binatang, kembali berburu dengan rantai

makanan terseret di belakang, seakan kita baru saja

turun dari sebuah taman, tempat api mula diciptakan.

 

(2021)

 


Kami Tunda Esok

 

kami tunda esok, untuk hidup hari ini

orang-orang mengeluh di layar,

di jalanan, di dalam tidur yang kebiru-biruan,

kami ini bisu, tak bisa menangkap kata

yang dilontarkan moncong negara

 

singkirkan dari kami, segala istilah yang bangkit

dari kematian manusia. tak ada dukacita, bersama

batang-batang paku, hari ini, kami kuburkan

diri kami sendiri, dan tak seekor kupu-kupu

mengepakkan badai di kedalaman mata kami.

 

kami tunda esok, untuk hidup hari ini

orang-orang berjatuhan dari menara,

dari puncak bahasa, dari tiang-tiang doa

yang terpancang sia-sia. jangan beri kami kata.

kami ini pekerja, tak bisa berhenti,

tak bisa bicara.

 

(2021) 


Kiki Sulistyo lahir di Kota Ampenan, Lombok. Meraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 untuk kumpulan puisi Di Ampenan, Apalagi yang Kau Cari? dan Buku Puisi Terbaik Tempo 2018 untuk Rawi Tanah Bakarti. Kumpulan puisinya yang terbaru berjudul Dinding Diwani (2020).

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus