Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi Lailatul Kiptiyah dan Rudiana Ade Ginanjar

Lailatul Kiptiyah bermukim di Ampenan dan aktif dalam komunitas Akarpohon Mataram, Nusa Tenggara Barat. Adapun Rudiana Ade Ginanjar berkegiatan di komunitas sastra Kutub, Yogyakarta.

13 Juni 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi puisi "Lailatul Kiptiyah" oleh; Tempo/Imam Yunni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ketabahan Fern karya Lailatul Kiptiyah.

  • Kejatuhan karya Rudiana Ade Ginanjar.

Lailatul Kiptiyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketabahan Fern

kita tiba di lima puluh separuh
enam puluh, tujuh puluh
berdiri, duduk, berdiri lagi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

bergerak pelan menyusur jalan-jalan panjang
sejenak hentikan kemudi
tenangkan nyeri-nyeri sendi

kita pun berburu pekerjaan-pekerjaan musiman
: mengepak barang, ke ladang-ladang
panen, mengumpulkan batu-batu
mengunjungi binatu

bertemu kembali rekan-rekan baik
di keluasan gurun
menerima kedatangan dingin yang rimbun

bertukar barang-barang kecil
dengan tawa lapang
merekatkan pecahan piring dari ayah mendiang

kita lima puluh separuh
enam puluh, tujuh puluh
bergerak lagi menjangkau petang, dingin
malam, matahari pagi
dan jalan-jalan
              yang tegar memahami


Ampenan, 1 Mei 2021

Dari film Nomadland karya Chloe Zhao, 2020.


Rudiana Ade Ginanjar

Kejatuhan

 

                        Kepada Antoine de Saint-Exupery

 

Hari yang berat.

Kerlip suar melintasi kekosongan,

burung tertembak dan merebak

            bunyi runtuhan

kabar dari benua tak dikenal.

 

Ia melihat badai dibuka

            seorang bocah gurun

menyerupa pangeran.

 

Tanggal jatuh perayaan,

seperti keteguhanmu

            limbung

di lambung kebiruan.

 

Langit muram,

daun-daun waktu berguguran.

Gambar khayali, kerangka besi

yang tersuruk ke pasir;

tanganmu biru dan mulai menghitung

khawatir.

 

Apakah kau lupa seekor tupai

berlari gesit dan kadang tak sampai?

 

2020

 


Lailatul Kiptiyah, lahir dan besar di Blitar, Jawa Timur. Buku kumpulan puisi pertamanya berjudul Perginya Seekor Burung (2020) masuk lima buku pilihan Anugerah Hari Puisi Indonesia 2020. Dia bermukim di Ampenan dan aktif dalam komunitas Akarpohon Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Rudiana Ade Ginanjar, lahir di Cilacap, 21 Maret 1985. Selain puisi, ia menulis esai dan menerjemahkan karya sastra asing. Sejumlah karyanya disiarkan di media dan antologi bersama. Ia berkegiatan di komunitas sastra Kutub, Yogyakarta.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus