Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ramai-ramai jual anak

Joan tanamal, 4 1/2, putri tanty dan enteng tanamal menampilkan 10 lagu anak-anak dalam kaset perdananya. lagunya patut disimak dan bisa dijajarkan dengan lagu-lagu chica. (ms)

8 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK-ANAK kecil dengan tabungan jutaan, sudah mulai biasa dalam dunia film pribumi. Untuk kancah musik pop, angka tersebut memang juga sudah mulai lumrah, tapi masih terbatas pada grup-grup kawakan. Sehingga memang bisa bikin ngiler kalau anak 8 tahun seperti Chicha sempat mempunyai tabungan sampai Rp 4 juta hanya dalam 2 kali gebrakan. Tak heran kalau setiap orangtua yang memiliki anak yang gemar menyanyi, jadi memiliki impian besar. Apalagi yang hidupnya yang telah diabdikan pada musik seperti Yok Koewoyo, Enteng Tanamal atau Idris Sardi misalnya. Meskipun tidak menjadi bom yang lain, Sari Yok Koeswoyo sudah sempat dilemparkan sampai volume II. Usaha yang tidak gagal ini, menggalakkan baik hati para orangtua maupun para pengusaha yang tentunya merasa perlu cepat-cepat mengeruk isi "tambang emas' baru ini, sebelum keburu lewat dalam periode musiman yang lain. Maka muncullah di layar TV seorang gadis kecil umur 4 1/2 tahun yang ngomong saja belum rapih betul. Ditemani Tanty Yosepha, ibunya yang biduan dan bintang tilm, serta Fred John Pesulima yang berperan sebagai ayah dalam penampilan itu, Joan Tanamal - calon saingan Chicha - sempat menarik perhatian banyak penonton TV. Ia menyanyi dengan berani, polos dengan segala kekurangannya dan hasilnya cukup mengherankan: lagu-lagu yang dibawakannya segar, lucu dan mengharukan. Meskipun ia ditunjang oleh suasana mumpung, karena ketagihan orang pada lagu-lagu "semua umur" nilainya pantas diperhitungkan karena ada sesuatu yang khas. Dengan biaya di atas Rp 1 juta (ongkos studio selama hampir 3 minggu plus bayar 3 buah lagu mlik Minggus Tahitu serta honor band pengiring), Joan kini siap menjadi saingan Chicha. Rekaman yang kemudian dijadikan "babon kaset" itu dijual ke Yukawi. Sementara Yukawi sendiri menyiapkan ribuan buku tulis sebagai hadiah pada pembeli untuk mendukung persaingan Joan. Ada 10 buah lagu yang cukup tangguh untuk mendukung Joan paling tidak berjajar dengan Chicha. "Kami mempunyai warna yang lain", ujar Tanty, mulai mempropagandakan jualannya. Memang benar juga bahwa Joan - sebagaimana nampak di layar TV - diusahakan untuk hanya menyanyikan sudut-sudut kecil dalam kehidupan keluarga yang pasti juga dialami kebanyakan anak-anak lain. Ada lagu tentang Joan sakit, Joan yang lagi mandi pagi, Joan lagi kesekolah dan sebagainya. Lagu pertama, soal sakit, dan kemudian cerita tentang Joan pergi sekolah, dibongkar sebagai hasil karya "Dik Mar" pembantu di rumah itu. Ditopang oleh lirik-lirik yang sederhana, ke-10 lagu ini memang memiliki tampang seragam yang sudah dapat disangkakan akan komunikatif dengan sebuah keluarga yang sedang memiliki anak kecil. Separuh lagu seakan-akan menjadi "musik keluarga" untuk anak-anak--dibanding lagu-lagu Chicha yang lebih mendekati lagu "lapangan" atau lagu "bermain". Enteng Tanamal yang menggarap musiknya, menyuguhkan aransemen yang rata-rata menarik. Masuk pula suara moog synthesizer yang memberondong suara-suara aneh pada beberapa lagu yang gembira, sehingga tercipta suasana meriah. Dibarengi suara Tanty sendiri dan Fred adiknya Broery, Joan yang terpaksa ditarik oleh teknik rekaman karena nafasnya masih pendek itu menampilkan kegembiraan dan kemanjaan anak-anak yang tidak jatuh pada tingkat aleman atau memualkan - seperti pernah terjadi pada beberapa lagu di masa jayanya Titiek Sandhora. "Saya memang sengaja membiarkan apa adanya, tidak mendikte harus begini-begitu", ujar Tanty. Ia mengaku terus terang bahwa masih susah untuk menyuruh Joan me nyanyi seperti Chicha, tapi justru kekurangannya itu kemudian menjadi kelainannya. Enteng Tanamal sendiri setengah mengeluh kalau menceritakan bagaimana proses rekaman yang cukup lama itu berlangsung. Umur Joan menyebabkan anak itu sulit dikontrol, sebab kalau dia mau menguap langsung saja dia buka mulutnya, atau kalau mendesak buang air ia kontan saja lari melaksanakan hajat. Jenius Bu Kasur, yang rupanya sempat juga memperhatikan Joan berkata: "Untuk anak seumur dia, menurut saya, Joan termasuk jenius, sebab begitu mudahnya dia menangkap irama lagunya". Mungkin ini agak berlebihan, kalau kita ingat bahwa faktor lingkungan rumah tangga Enteng banyak memungkinkan anak itu cepat bisa menyanyi. Karena kedua orang tuanya memang sama-sama aktif musik. Belum lagi apa yang dikatakan oleh seorang Sukahardjana -- itu pimpinan Ansemble Jakarta - dengan yakinnya, bahwa rata-rata orang Indonesia sangat, sekali lagi sangat, musikal. Makin banyak diketemukan anak-anak ajaib, yang menyanyi dengan tangkasnya pada usia belia, akan semakin jelas bahwa sukses-sukses semacam yang dialami Chicha sekarang banyak juga tergantung pada perencanaan dan perhitungan bijak seorang pedagang musik. Kadangkala orang memang lebih banyak membeli lagu karena ikut-ikutan artis. Atau karena kekagetan, bukan sematamata karena faktor kejempolan. Namun Joan masih pantas diberi lampu hijau untuk Si Kodok-nya yang unik, sebagai kombinasi dari kepolosan dan keserasian musik. Walaupun dicampuri Tanty dan Fred serta diramaikan oleh aransemen Enteng, toh lagu-lagunya tidak kehilangan suasana kanak-kanak sebagaimana terjadi pada garapan Pranajaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus