MENJELANG INDONESIA MERDEKA
Penyunting: Pitoyo Darmosugito
Penerbit: PT Gunung Agung, Jakarta, 1982, 293 halaman.
MENJELANG kejatuhannya dalam Perang Pasifik, Jepang menjanjikan
hadiah kemerdekaan buat Indonesia. Maka dibentuklah suatu Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan yang beranggotakan
62 pemuka Indonesia. Beberapa surat kabar yang terbit waktu
itu, antara lain, Soeara Asia, Sinar Baru, Asia Raya dan
Tjahaja, mulai memuat tulisan para pembaca dan tokoh pergerakan
mengenai Indonesia Merdeka yang dijanjikan itu.
Buku ini berisi 111 tulisan yang dikumpulkan penyunting dari
beberapa koran lama tersebut, yang agaknya belum pernah
terungkap. Banyak di antara penulisnya tokoh masyarakat
terkenal, misalnya, Soekardjo Wirjopranoto, Dr. Abdulrachman
Saleh, Djoeanda, A.A. Maramis, J. Latuharhary, dan S.K.
Trimurti.
Dengan membaca tulisan-tulisan itu, sedikit banyak kita akan
tahu suasana gejolak batin masyarakat Indonesia pada bulan-bulan
menjelang kemerdekaan. Banyak hal baru yang terungkap dari sini:
bahwa kesadaran para pemuka masyarakat kita waktu itu tentang
arti kemerdekaan cukup dalam. Sekalipun semua tulisan bernada
hati-hati, tampak para penulisnya memang merasa terpanggil untuk
menyumbang gagasan buat Indonesia merdeka.
Di situlah arti terpenting buku ini: sebagai dokumentasi
berharga tentang suatu zaman, tatkala berbicara lantang tentang
kemerdekaan masih disertai rasa was-was. Tanpa adanya kumpulan
tulisan seperti ini, praktis orang awam tidak mungkin mendapat
kesempatan membaca buah karya para tokoh zaman itu. Selama ini
hanya tulisan tokoh kelas satu seperti Bung Karno dan Bung
Hatta yang banyak dipublikasikan. Penyunting telah berjasa
menyelamatkan naskah-naskah itu dari debu sejarah.
Namun buku ini terasa kering dan membosankan. Penyunting kurang
cukup mengantar pembaca untuk "masuk" dalam zaman 1945 itu.
Gairah membaca, kecuali mungkin buat pembaca serius, akan cepat
menyurut karena dijejali dengan berbagai tulisan yang senada.
Catatan kaki, foto, dan gambar, atau penjelasan lebih panjang,
mungkin bisa membuat buku ini lebih "hidup" hingga lebih bisa
dinikmati.
Susanto Pudjomartono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini