PENELITIAN AGAMA, MASALAH DAN PEMIKIRAN
Penyusun: Mulyanto Sumardi
Penerbit: Sinar Harapan, Jakarta (untuk Badan Litbang Departemen
Agama), 1982, 186 hlm.
DEWASA ini terdapat kecenderungan para intelektual untuk
membahas masalah-masalah agama. Sebaliknya di kalangan ahli
agama untuk meminati ilmu-ilmu sosial. Perkiraan ini pernah
dikatakan Dr. Mukti Ali, yang makalahnya turut dimasukkan oleh
Badan Litbang Departemen Agama dalam buku yang dimaksud
"mendokumentasikan pemikiran sekitar metode penelitian agama"
ini.
Persoalan yang berkembang, seperti dicatat Dr. Mulyanto Sumardi,
bekas kepala Litbang Departemen Agama, dalam pengantar, adalah
perlu atau tidak perlunya dibangun suatu metode baru. Sebagian
orang berpendapat metode yang selama ini dipakai tidak mampu
menerangkan 'makna sebenarnya' di belakang fakta-fakta yang
didapat. Yang lain melihat, pemanfaatan pengetahuan dan metode
dari berbagai disiplin, khususnya ilmu-ilmu sosial dan
pengetahuan budaya, seperti yang telah dilakukan, sebenarnya
cukup. Seorang antropolog, misalnya, tak perlu meninggalkan
dunia keilmuannya kalau ia meneliti religi kelompok etnis
tertentu.
Di antara yang menganggap perlunya dibangun metode baru terdapat
Dr. Deliar Noer, yang melihat mungkin sudah waktunya dipikirkan
adanya pendekatan "nonBarat". Alasan: kajian yang dilakukan para
sarjana Barat tentang Indonesia dan Islam tak jarang
mengelirukan. Ia menunjuk kritik Seyd Husein Al-Attas, The Myth
of the Lazy Native, yang menyebut kesimpulan orang Barat
terhadap sifat-sifat Melayu yang "pemalas, tumpul, khianat,
kekanak-kanakan", disebabkan misalnya oleh keengganan si Melayu
melibatkan diri dalam pengembangan ekonomi yang diselenggarakan
pemerintah kolonial dan perusahaan Barat. Dalam pendekatan Barat
itu terdapat, antara lain, dominasi tanpa sadar beberapa
pengertian pemikiran kapitalis model sana.
Sebaliknya Dr. W.B. Sidjabat mengharapkan penelitian agama di
Indonesia dapat antara lain memperdalam pengetahuan tentang
anutan umat beragama yang lain, tapi hendaknya tidak ditujukan
misalnya untuk dominasi satu agama atas yang lain ataupun
"mencari-cari kelemahan" agama lain. Barangkali, memang,
terdapat atau akan terdapat dua macam "penelitian" agama.
Pertama yang sebenarnya hanya bermaksud meneguhkan agama
sendiri, khususnya bila ajaran pokok agama ini berbicara
tentang agama-agama lain. Kedua yang memang merupakan penelitian
yang dimaksudkan bebas dari kepentingan suatu umat agama. Yang
pertama itu memang bisa dibicarakan tersendiri -- lebih-lebih
kalau masalahnya ternyata lebih dari sekadar sikap etis.
Dalam buku ini juga dimuat makalah Dr Thomas Michel, satu contoh
metode penelitian theologi Islam klasik dengan subyek Ibn
Taimiah. Nama-nama lain yang turut menyumbang adalah Mattulada,
Hasan Muarif Ambary, Moeslim Abdurrahman, Johan Effendi, Leonard
Binder, Fazlur Rahman, di samping A. Ludjito.
Syubah Asa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini