Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Konser band rock Deep Purple di Solo.
Tiga grup musik tampil sepanggung: Deep Purple, God Bless, dan Soneta.
Presiden ikut nonton hingga rampung.
DENGAN santai Rhoma Irama memainkan gitarnya. Intro “Smoke on the Water” pun mengalun. Tak lama, seorang kru Deep Purple, pria kulit putih berkaus hitam dan bercelana pendek, mendekati dan menegurnya. Intro lagu kondang ini pun berbelok nada pada detik ke-52. Sang Raja Dangdut berganti haluan musik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rhoma dan kelompok musiknya, Soneta, memang tengah mengantar pembukaan konser grup hard rock asal Inggris, Deep Purple. Grup ini memang tidak ingin lagu-lagu mereka dibawakan orang lain sebelum mereka tampil. Kehadiran Rhoma Irama dan Soneta ini memang tak pernah diungkap bahkan saat promotor konser menggelar konferensi pers sehari sebelum pertunjukan. Sebuah kejutan untuk para penggemar rock.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumat malam, 10 Maret lalu, tak biasa-biasanya grup dangdut menjadi pembuka konser kelompok aliran musik cadas. Inilah yang menjadi hal luar biasa dalam konser rangkaian Deep Purple World Tour 2023 yang berlangsung di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jawa Tengah. Rhoma Irama dan Soneta membawakan empat lagu dangdut yang juga memiliki nuansa rock, yakni “Nafsu Serakah”, “Seni”, “Badai Fitnah”, dan “Hari Berbangkit”.
Yang juga menjadi istimewa, selain dibuka oleh kelompok musik dangdut, konser ini mempertemukan lagi dua grup rock gaek, Deep Purple dan God Bless. Di Stadion Utama Senayan, Jakarta, 48 tahun silam, pada 5 Desember 1975, Deep Purple untuk pertama kalinya tampil di Indonesia. God Bless, yang terbentuk pada 1973, didapuk sebagai grup pembuka konser.
Deep Purple, yang saat ini digawangi lima personel, yaitu Ian Gillan (vokal), Roger Glover (bas), Ian Paice (drum), Don Airey (keyboard), dan Simon McBride (gitar), mengulang kesuksesan mereka tampil di Tanah Air. Bersama Soneta dan God Bless, Purple mengguncang panggung konser di Kota Solo selama sekitar tiga jam.
Purple mengawali penampilannya dengan lagu berjudul “Highway Star”, yang langsung membahana dan mengentak panggung Edutorium UMS. Gebukan drum Ian Paice yang berpadu dengan betotan bas Roger Glover memberondong seluruh area pertunjukan. Tak lama kemudian, Simon McBride bergabung dengan sejumlah riff kuat yang seirama dengan setelan keyboard Don Airey, disusul lantunan suara serak kuat Ian Gillan.
Meski usia mereka tak lagi muda, para personel Deep Purple tampil dengan penuh energi. Tanpa jeda, mereka kemudian beranjak membawakan lagu “Picture of Home” dan “No Need to Shout”. Saat lagu ketiga usai dinyanyikan, Ian Gillan menyempatkan diri menyapa penonton. Lalu mereka menyuguhkan lagu keempat yang berjudul “Nothing at All”.
“Uncommon Man” kemudian terpilih menjadi salah satu single yang dipersembahkan Gillan dan kawan-kawan malam itu. Lagu tersebut bahkan mereka dedikasikan untuk Jon Lord, keyboardist Deep Purple yang telah meninggal. “Lagu ini kami dedikasikan untuk Jon Lord,” ujar Gillan.
Penampilan prima Deep Purple diteruskan dengan “Lazy”, “When a Blind Man Cries”, “Anya”, “Perfect Stranger”, “Space Trucking”, dan lagu andalan, “Smoke on the Water”. Atas permintaan penonton, mereka menambah dua lagu lagi, yaitu “Hush” dan “Black Night”, yang kemudian menjadi lagu penutup konser malam itu.
Presiden Joko Widodo turut menonton konser Deep Purple bersama ibu negara Iriana Joko Widodo dan putra sulungnya yang juga Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka. Mereka bahkan tak beranjak sedikit pun dari kursi penonton yang berada di deretan kelas VIP di lantai dua gedung pertunjukan. Chief Executive Officer Rajawali Indonesia Anas Syahrul Alimi, promotor konser, senang konsernya “ditunggui” orang pertama di republik ini. “Ini baru dalam sejarah RI-1 (Presiden Indonesia) nonton konser selama tiga setengah jam enggak pulang,” tutur Anas saat dihubungi Tempo, Selasa, 14 Maret lalu.
Vokalis Deep Purple Ian Gillan (tengah), bassis Roger Glover (kiri) dan gitaris Simon Simon McBride tampil dalam konser "Deep Purple World Tour 2023" di Edutorium UMS, Solo, Jawa Tengah, 10 Maret 2023/ANTARA/Mohammad Ayudha
Sebelum grup musik kesukaan Jokowi ini tampil, God Bless menggebrak panggung dengan sederet lagu andalan mereka seusai penampilan Rhoma Irama dan Soneta. Vokalis Achmad Albar membukanya dengan tembang “Bla Bla Bla”. Dilanjutkan dengan tembang legendaris lain, dari “Kehidupan” dari album Semut Hitam, “Bercermin”, “Bara Timur”, sampai “Anak Adam”. Mereka juga membius ribuan penonton di tempat itu dengan “Bis Kota”, “Panggung Sandiwara”, dan “Rumah Kita”.
Tembang-tembang itu dinyanyikan secara berturut-turut tanpa jeda. Para rocker gaek tersebut tetap energetik memainkan musik dan memungkasi dengan tembang berjudul “Trauma”. Achmad Albar masih lantang bernyanyi di usia 77 tahun meski suaranya tak seprima dan gerakannya tak segesit dulu.
Solo menjadi kota yang dipilih untuk mempertemukan grup rock dunia ini dengan para penggemarnya dan memuaskan mereka. Anas Syahrul Alimi mengaku ada kepuasan tersendiri ketika penyelenggaraan konser Deep Purple itu terbilang sukses. Namun, lebih dari itu, Anas mengatakan keberhasilan konser tak lepas dari kepuasan atau kebahagiaan yang dapat dirasakan para penontonnya. “Bagi saya, seni yang paling tinggi itu adalah seni yang bisa membahagiakan orang lain. Harapan saya bisa memberikan kebahagiaan bagi para penonton dan penggemar,” ucapnya.
Anas mengungkapkan pilihan Solo sebagai lokasi penyelenggaraan konser Deep Purple, bukan tempat lain seperti Jakarta atau Bali. “Mengapa pilih Solo? Sebenarnya alasan memilih Kota Solo karena ada misi untuk second city. Kota lain juga punya potensi,” ujarnya.
Menurut dia, tempat konser bukan hanya kota-kota besar. Rajawali Indonesia adalah promotor yang kerap menggelar event di beberapa kota selain Jakarta, misalnya Yogyakarta; Boyolali, ketika mendatangkan grup rock Europe pada 2018; dan Solo, saat Dream Theater tampil pada 2022. “Nah, ketika akan menentukan kota penyelenggaraan konser Deep Purple, kami waktu itu ada beberapa alternatif, seperti Yogyakarta, Solo, Surabaya, Semarang, dan Bandung,” tuturnya.
Dari beberapa alternatif kota itu, Anas menjatuhkan pilihan pada Kota Solo lantaran dinilai memiliki sejumlah infrastruktur yang memadai. Hal itu juga berkaitan dengan permintaan dari manajemen Deep Purple. “Mereka menanyakan infrastruktur, akomodasi seperti hotel bintang lima, akses ke kota dan tempat penyelenggaraan konser, serta beberapa hal lain sesuai dengan standar mereka,” ujarnya.
Terlebih di Kota Solo terdapat venue indoor dengan kapasitas yang memadai untuk penyelenggaraan konser skala internasional, yaitu gedung Edutorium UMS. Penggunaan venue indoor itu mempertimbangkan kondisi cuaca yang belakangan ini sering turun hujan. “Kami tidak perlu lagi pusing memikirkan bagaimana kalau hujan,” katanya.
Anas menepis dugaan bahwa pemilihan Kota Solo untuk penyelenggaraan konser Deep Purple ada kaitannya dengan sosok Gibran Rakabuming Raka. “Oh, itu enggak ada kaitannya dengan Mas Gibran. Tidak ada kaitan politiknya. Kan, beliau yang punya wilayah, tentu izin dulu. Kebetulan Solo kan asalnya Pak Jokowi.”
Saat disinggung soal honor yang dibayarkan untuk Deep Purple, Anas mengatakan dari sisi nominal memang lumayan mahal. Namun ia enggan merinci nilainya. “Kalau bayaran ya lumayan, lah, lumayan mahal. Ada dalam perjanjian kontrak NDA (nondisclosure agreement), kalau saya sebut bisa kena penalti,” ucapnya, lalu tertawa. Bank Jateng dan beberapa pihak swasta ikut mensponsori konser ini, tapi, menurut Anas, tak terlalu besar jumlahnya.
SEPTHIA RYANTHIE
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo