Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sang ulama di belakang film

Almarhum hamka memprotes asrul sani dan keberatan namanya dicantumkan dalam film "para perintis kemerdekaan". ia kecewa karena film itu berubah dari skenario semula.

3 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMKA memprotes Asrul Sani. Dalam suratnya bertanggal 14 April 1981 kepada produser Para Perintis Kemerdekaan (PPK), Andy Azhar dari PT Tati & Sons Jaya Film, almarhum waktu itu menyatakan keberatan namanya dicantumkan dalarn film tersebut. Padahal sejak pagi-pagi dahulu sudah dipropagandakan, film itu akan menjadi semacam visualisasi roman pendek Di Bawah Lindungan Ka'bah (DBLK) karya Hamka. Dan hak memfilmkannya pun sudah dibeli hampir Rp 2 juta. Apakah ulama yang pujangga itu berbalik pikiran? Tetapi PPK memang boleh dikatakan bukan lagi DBLK (lihat: Bukan Lagi Roman Hamka). Karena itu, kata Hamka dalam suratnya, "untuk sebuah karya yang terhormat Asrul Sani, saya merasa keberatan nama saya dibawa-bawa." Bahkan, dengan agak pahit "Mungkin memang belum saatnya karangan saya difilmkan." Perubahan besar memang telah terjadi. Tetapi Asrul bilang kepada TEMPO "Omong kosong kalau Buya Hamka tidak tahu pengembangan cerita tersebut. " Sebab Hamka sudah memberi sambutan yang simpatik atas skenario yang diberikan Asrul. Bahkan Buya menulis DBLK, "dalam bentuk filmnya tidaklah akan persis sebagaimana naskah aslinya." Sambutan ini bertanggal 4 Agustus 1977. Yang tidak diceritakan Asrul: perubahan apa saja yang telah dibuatnya sejak lebih empat tahun lalu itu. Belum lagi soal pemotongan yang dilakukan kemudian untuk bagian-bagian Zainab & Hamid--yang menjadikan PPK "makin bersih" dari DBLK. Camelia Malik, yang memerankan Zainab, dalam pada itu pernah mengeluh semula ia diberi janji akan menjadi tokoh utama -- nyatanya hanya diberi peranan kecil. Semua itu layaknya memang tidak diketahui Hamka--begitulah dalam suratnya. Hamka jelas.kecewa. Apalagi karena agaknya dulu cukup antusias ulama yang tetap berdarah seniman ini menyuruh mengundang Idris Sardi dan grup musik asli Minang--dan sementara musik bermain, Buya omong-omong dengan Idris yang akan jadiilustratornya. Malah selamatan shooting filmnya sendiri diadakan di aula Masjid Al Azhar. Karena itulah ketika melihat konsep kreditasi film, yang menyatakan "cerita dan skenario Asrul Sani--diilhami oleh . . .," dan seterusnya (yang dalam film nanti akan ditulis besar-besar), suya minta agar namanya tak usah dicantumkan saja. Padahal sebenarnya ada masalah lain lagi. Dalam surat itu Hamka juga mengingatkan tulisan Asrul dalam kata pengantar skenarionya -- bahwa pengembangan DBLK terutama mengambil bahan dari buku Hamka yang lain, Ayahku --yang memaparkan seluk-beluk pergolakan agama dan kebangsaan rakyat Minang. Tetapi bagi Asrul sendiri, seperti pernah dikatakannya, buku Ayahku bukan satu-satunya. Ia juga memakai sumber-sumber lain, misalnya buku Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 karya Deliar Noer. Dan Deliar memang banyak juga mengutip Ayahku - di samping banyak sumber lain, termasuk buku Sejarah Islam di Sumatera karya Hamka. Tapi mengapa Ayahku tak dicantumkannya? "Bilm bukan seperti buku yang bisa ada catatan kaki," kata Asrul. Bagi Asrul, pencantuman nama Hamka dan DBLK "justru untuk menghormati suya." Asrul rupanya tak melihat kemungkinan lain nama Hamka tidak dicantumkan. Sebaliknya dibuat slide pernyataan terimakasih (kecil saja, tapi jelas dan jujur) kepada pengarang buku Ayahku, buku DBLK, dan pihak lain kalau memang ada. Hanya, nama Hamka--atau nama Ka'bah, atau roman Hamka--memang laris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus