Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
An Unfinished Life Sutradara: Lasse Hallstrom Skenario: Mark Spragg & Virginia Korus Spragg Pemain: Robert Redford, Jennifer Lopez, Morgan Freeman, Becca Gardner, Josh Lucas, Damian Lewis Produksi: Miramax
Ada dua pria sepuh terluka. Yang satu mengalami luka nyata berupa cakaran beruang, yang lainnya luka batin berkepanjangan, nyaris patah semangat. Luka fisik dan luka batin mewarnai hidup para koboi berlatar cerita daerah pertanian Wyoming, Amerika, itu.
Selain merawat dan mengobati Mitch Bradley (Morgan Freeman), tetangga dan sahabat eratnya, Einar Gilkyson (Robert Redford) melakukan terapi jiwa setiap hari dengan mengunjungi batu kaku makam putranya, sambil mengobrol seakan batu itu bernyawa.
Sampai suatu hari, Einar kedatangan tamu istimewa. Menantu perempuan Jean Gilkyson (Jennifer Lopez) bersama cucu perempuan, Griff (Becca Gardner), yang tak pernah bertemu. Selama ini Jean dianggap sumber petaka yang membuat anak kesayangannya mati dalam kecelakaan mobil.
Jean tak punya pilihan tempat tinggal, setelah melarikan diri dari pacar yang ringan tangan. Apa boleh buat, rumah mantan mertua jadi tumpuan. Ia sadar betul, kemunculannya membuka nostalgia kelam. Setiap peristiwa punya hikmah sendiri bagi kisah berikut, demikian pula kehadiran Jean dan Griff. Suka atau tidak suka, Einar dihadapkan pada kenyataan jiwanya sekarat seiring kepergian suami Jean. Tapi hidup menantu dan cucunya terus bergulir.
Akting Redford amat prima. Mungkin tak akan ditemui kemarahan meluap-luap—apalagi mata melotot gaya sinetron Indonesia. Wajah mengetat dan cool menghadapi penghuni baru cukup menunjukkan ada kepedihan di sana. Kakek tanpa basa-basi dan begitu ketus menjawab cucunya yang bertanya, apakah ada resto makanan siap saji.
Penulis skenario Mark Spragg cukup berhasil menggali kata-kata sederhana, menyentuh, dan bermakna dalam. Bahwa Jean yang terdesak oleh sikap tak peduli Einar—telanjur dianggap biang keladi—akhirnya melakukan pembelaan diri. Sebuah pengakuan yang tak pernah terungkap.
Sutradara Lasse Hallstrom—The Cider House Rules (1999), meraih Oscar bagi Michael Caine dan penulis cerita, John Irving, dan Chocolate (2001)—dikenal kuat dalam penggarapan cerita mengenai drama keluarga morat-marit. Dengan sinematografi indah—menggunakan lokasi di Kamloops, British Columbia, Kanada—dan interaksi cantik Freeman dan Redford dengan sebuah cerita sederhana, dilema mertua dan menantu.
Jennifer Lopez—setelah lama tenggelam dalam film-film komedi seperti Monster in Law—kini tidak salah peran dan mampu mengimbangi karakter menonjol Redford dan Freeman.
Memang tak ada dialog meletup-letup dari setiap karakter. Kalaupun ada kekerasan, terjadi selintas ketika Jean dihajar pacarnya dan dua figuran koboi pengganggu wanita resto dipukuli Einar. Juga tak ada perkelahian di antara mantan pacar Jean ketika menjemputnya. Ini bukan film koboi sesungguhnya, meski menggunakan latar daerah koboi.
Adegan kuat bertumpu pada duo Freeman dan Redford—mengingatkan pada Freeman dan Eastwood dalam film Million Dollar Baby karya Clint Eastwood. Tak diragukan, keduanya amat berkilau, kendati skenario Spragg tak banyak memberikan dialog.
Sebuah koin menjadi penentu kehidupan ayah Griff. Jean mengemudikan mobil, kendati keduanya kecapekan, demi melihat lomba rodeo di kota lain. Nyawa Jean selamat, tapi meninggalkan dosa tak berampun. ”Saya masih tetap hidup, kamu tidak Einar.” Tak terbantahkan, Einar mulai melepaskan diri dari dendam. Hubungan dengan cucu mulai membaik, seiring beruang yang melukai Mitch akhirnya dibebaskan. Jika demikian, mengapa dirinya masih tak ”sembuh”? Penutup mudah diduga. Keindahan alam raya pertanian di kota kecil membuat setiap warganya sanggup menghadapi hidup. Hidup yang tidak pernah selesai.
Evieta Fadjar P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo