Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosok

Sebuah kunjungan ujian

Pm jepang, zenko suzuki memilih asean untuk perlawatannya pertama ke luar negeri. para kepala negara asean menyambut gagasan peningkatan hubungan kerja sama, tapi masih mengkhawatirkan militerisme.(tk)

17 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERSALAM dengan siapa saja, genggaman tangannya erat. Itulah yang dirasakan para pemimpin negara ASEAN hari-hari ini. Terasa sikapnya yang bersahabat. Zenko Suzuki sengaja memilih ASEAN untuk kunjungan perdananya ke luar negeri sebagai perdana menteri. Ia agak menyimpang dari kebiasaan. Biasanya tokoh politik Jepang terlebih dulu memilih perlawatan resmi ke Amerika dan Eropa, tak pernah ke Asia Tenggara. Sekali ini Asia Tenggara rupanya dianggap lebih penting oleh Jepang. Setidaknya, Ferdinand E. Marcos berkesan begitu. Presiden Filipina itu seolah terpukau oleh pendekatan PM Suzuki. "Sekitar 35 tahun lalu, saya tak percaya bahwa hari ini saya akan mendengarkan seorang pemimpin Jepang berbicara dengan begitu rendah hati," kata Marcos pekan lalu. Waktu itu Marcos menjamu makan tamu agung dari Jepang itu. Terdengar segala pujiannya terhadap Suzuki yang, katanya, membawa "pesan perdamaian" demi "membangun era hubungan baru" antara Jepang dan ASEAN. Walau dengan gaya berbeda di Jakarta, Presiden Soeharto juga tak kalah bersahabat terhadap Suzuki. Singapura, Kuala Lumpur dan Bangkok yang juga dikunjungi Suzuki pekan ini tampaknya bersiap pula menyambut PM Jepang ini secara mesra. Tapi kenapa Suzuki ke ASEAN terlebih dulu? Bisa berbagai rupa jawabannya. Menurut cerita sebagian wartawan Jepang yang mengikuti rombongan Suzuki, perdana menteri ini belum berpengalaman dalam urusan luar negeri, belum begitu banyak berkomunikasi dengan orang asing. "ASEAN sebagai tempat ujian pertama diharapkannya tidak terlalu sulit," demikian wartawan itu. Cerita di atas ada benarnya juga. ASEAN adalah penerima bantuan yang cukup besar dari Jepang. Dari seluruh bantuan resmi bilateral Jepang -- US$ 10.800 juta sampai 1979 -- sedikitnya 38% (US$ 4.100 juta) untuk negara ASEAN. Selain itu arus modal Jepang (dana pemerintah plus kredit tingkat swasta) ke ASEAN mencapai 24,5% (US$ 10.900 juta) dari keseluruhannya yang berjumlah US$ 44.400 juta. Menghadapi pihak penerima, Suzuki memang tak perlu gugup. ASEAN juga penerima investasi modal swasta Jepang yang terbilang besar, yaitu 19,5% dari keseluruhannya. Penerima terbesar dalam hal ini ialah Amerika Serikat (23,5%). Mengetahui ASEAN sangat haus akan modal, Suzuki memang tak usah kikuk. Dalam perdagangan, Jepang selama ini menganggap ASEAN suatu partner yang penting tapi tak begitu rewel. Selain jadi sumber bahan untuk industri Jepang, ASEAN juga pasarannya yang luas. Tak begitu terdengar jeritan proteksi di ASEAN. Ekspor Jepang ke ASEAN naik dari US$ 5.9Z15 juta pada tahun 1975 menjadi US$ 9.648 juta dalam tahun 1979. Tapi impornya dari ASEAN juga meningkat dari US$ 6.365 juta menjadi US$ 16.276 juta dalam waktu sama. Sebagai keseluruhan dalam hal perdagangan, ASEAN tak begitu menggerutu. Dan Suzuki memang bisa santai menghadapi partner ini. Tapi justru karena demikian penting ASEAN ini bagi Jepang, Suzuki perlu datang, seperti salesman selayaknya. Dia memang mencoba menjual gagasan "hubungan kerjasama baru". Tujuanhya ialah meningkatkan hubungan kerjasama yang kini berjalan. Untuk itu, katanya dalam jamuan makan di Istana Negara akhir pekan lalu, harus ada dasar "saling percaya dan pengertian". Salah pengertian bisa saja terjadi. Antara lain karena, seperti dikemukakan Presiden Soeharto malam itu, berbeda warisan sejarah dan kebudayaan masing-masing, dan berbeda pula prioritas nasional masing-masing. Tapi apa pula "saling percaya" yang diminta Suzuki? Kebetulan Jepang sedang menggalakkan peranan baru dalam politik dunia. Selain unggul di bidang ekonomi, Jepang ingin juga menonjol di bidang politik. Kini politiknya mengenai Kampuchea sejalan dengan ASEAN. Jadi, tiada problem. Jepang jelas merebut kepercayaan ASEAN karena politiknya yang membantu konsep Zone of Peace, Freedom and Neutrality (wilayah damai, kemerdekaan dan netralitas) di Asia Tenggara. Tentang dialog Utara-Selatan, sikap Jepang pun menyenangkan. Dan betapa pun bertumbuh hubungan Jepang dengan RRC, kata Suzuki pada pers sebelum meninggalkan Jakarta, kepentingan ASEAN tak akan dirugikannya. Soal hubungan Cina-Jepang itu tadinya pernah dicurigai kalangan ASEAN. "Saling percaya" yang tampak sangat diharapkannya lalah soal pembangunan militernya, disebut Jieitaz (Pasukan Bela Diri. Anarannya sebanyak 7,6% dari APBN 1981-82. Ini sudah tinggi, tapi Amerika Serikat malah mengusulkan 9,7%. Suzuki dalam perlawatan ASEAN ini selalu menjelaskan, "Jepang tak akan jadi kekuatan militer. Tak akan membikin atau memiliki senjata nuklir." Namun ada kekhawatiran kalangan ASEAN dalam hal ini. "Tiada kekhawatiran akan kebangkitan kembali militerisme Jepang," kata PM Singapura Lee Kuan Yew dalam interpiu Asahi Shimbun, "jika Jepang tidak membangun senjata nuklir, tapi tetap saja berada di bawah payung nuklir AS." Payung nuklir AS dijamin oleh Perjanjian Pertahanan ASlepang, jika negara itu diserang. Suzuki pun tampaknya masih mengandalkan perjanjian itu. Tapi di Jepang sendiri perdebatan masih berlangsung tentang perlu atau tidaknya Konstitusi 1946 diubah, terutama pasal 9 yang melarang kebangkitan militerisme. Jieitai, dengan konstitusi sekarang, tidak punya hak berperang, tak boleh menyerang ke luar negeri. Kalangan LDP, partai yang dipimpin Suzuki, pernah tergoda untuk menyesuaikan konstitusi itu dengan tuntutan zaman. Pendapat umum menentangnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus