SEPANJANG perjalanan dari Venesia ke Milan, Ernest Hemingway
tidak dapat melepaskan pikirannya dari Ingrid Bergman. Pengarang
kenamaan ini khawatir kalau-kalau aktris itu patah semangat.
Ketika akhirnya bertemu, Hemingway segera saja bertanya,
"Bagaimana kini, bagaimana?" Ia menatap tajam ke mata indah
pemain film dari Swedia itu. Rasa cemasnya tak tersembunyikan.
Hemingway takut dunia akan kehilangan seorang yang berbakat
besar.
Kehilangan yang ditakutkan Hemingway baru benar-benar terjadi
pekan lalu, 27 tahun kemudian. Ingrid Bergman meninggal di
kediamannya di London, sesudah mengukuhkan karir dengan 3 Oscar
dan menyelesaikan peran besar terakhir yang dipercayakan padanya
sebagai Golda Meir, PM Israel.
Pertemuannya dengan Hemingway terjadi sesudah ia "dikucilkan" 5
tahun dari dunia film. Memang, cuma ada 2 penguncilan oleh
Hollywood. Yang satu lagi terhadap Charlie Chaplin. Chaplin
terbuang ke Eropa karena dituduh komunis, sementara Bergman
dimusuhi karena sebagai istri drg. Peter Lindstrom ia jatuh
cinta pada seorang sutradara Italia, Roberto Rossellini. Dan
ketika ia hamil, segala penjuru lebih keras lagi menghantam
dirinya, tidak terkecuali dari Vatikan.
Pernah Bergman berkata pada wartawan A.E. Hotchner, "Itulah masa
yang suram dan gelap dalam hidupku. Saya tidak siap menghadapi
risiko jatuh cinta." Ketika itu (tahun 1950-an) Ingrid Bergman
adalah bintang cemerlang di cakrawala Hollywood dengan beberapa
film yang cukup sukses seperti Casablanca, For Whom The Bell
Tolls, Gaslight, Notorious dan Joan of Arc. Di mata penonton ia
mewakili citra seorang wanita kuat, sehat, selalu berseri-seri
bahkan mirip orang suci. Bukankah ia telah memerankan perempuan
suci Jeanne dari Ark sedemikian bersih dan sempurna?
Ketika ia bercinta dengan Rossellini, senat AS menuduhnya
"penganut cinta bebas". Akibatnya fatal. Ia tidak mendapat
tawaran main film sampai 7 tahun. Aktris itu berkata, "Biar
tidak main, saya tidak peduli."
Dilahirkan 29 Agustus 1915 di Stockholm, Ingrid Bergman adalah
sumbangan kedua terbesar dari Swedia untuk Hollywood sesudah
Greta Garbo. Mendapat pendidikan di Sekolah Teater Kerajaan di
Stockholm ia pada usia 18 tahun sudah terkenal sebagai aktris
berbakat. Sesudah membintangi lebih dari 5 film, pada usia 24
tahun ia diundang oleh produser Hollywood David O. Selznick
untuk berperan dalam film Intermezzo. Lawan mainnya bintang
populer waktu itu, Leslie Howard. Berturut-turut selama 9 tahun
ia mendapat peran penting dalam 15 film. Permain annya dalam
Gaslight memenangkan Oscar yang pertama. Sempurna sudah karir
Ingrid Bergman yang dalam banyak publikasi sering ditampilkan
sebagai wanita ideal, yang baik bagi suaminya, Lindstrom dan
anaknya, Pia.
Kemudian, ketika Roberto Rossellini membuat Stromboli
terjadilah malapetaka cinta yang menghebohkan itu. Dari
perkawinannya dengan Rossellini, ia memperoleh seorang anak
lelaki, Robertino (pernah diberitakan berkencan dengan Putri
Caroline dari Monaco) dan anak kembar perempuan -- Isabella dan
Ingrid. Karenanya karirnya menurun cepat, film Strombolli tidak
laku dan dikritik keras.
Banyak orang berpikir mengapa tidak digugurkannya saja "anak
haram" Rossellini itu. "Aborsi tidak terpikirkan olehku. Saya
mengandung anak buah cinta kami berdua," katanya.
Namun kehidupannya tidak pernah lepas dari batu-batu ujian.
Rossellini memperlakukannya 100% sebagai aktris, namun dengan
syarat cukup berat: sang istri tidak boleh main film dengan
sutradara lain, kecuali suaminya. Sebaliknya suami pertama
Lindstrom mengekang sedemikian rupa hingga ia merasa
diberlakukan sebagai anak kecil. Kedua jenis pengekangan itu
bertentangan dengan panggilan hidupnya. Akhirnya ia pun
menceraikan Rossellini.
Adalah sutradara besar Prancis, Jean Renoir, yang mengajaknya
main film lagi dalam Elena et les Hommes. Sesudah itu ia
membintangi Anastasia, memerankan putri Tsar Rusia yang
dikabarkan selamat dari pembantaian komunis tapi hidup
terlunta-lunta di Eropa. Ia bermain amat bagus, memenangkan
Oscarnya yang kedua sekaligus merebut hati Hollywood kembali.
Masih membintangi 10 film lagi di Jerman, Inggris, Prancis,
Italia dan AS, sebelum ia memenangkan Oscarnya yang ketiga
sebagai pemeran pembantu terbaik dalam Murder on the Orient
Express (1974). Dua tahun kemudian ia kembali menampilkan
permainan gemilang dalam Autumn Sonata karya sutradara Swedia
kenamaan, Ingmar Bergman.
Tapi selama 8 tahun terakhir, ia menderita karena kanker. Ia
sampai dioperasi 3 kali. "Waktu bagiku semakin singkat," kata
Bergman sementara ia sibuk membuat film TV berjudul Seorang
Wanita bernama Golda. Ia memerankan Golda Meir, pemimpin Israel
yang juga menderita kanker tapi mengatasinya dengan tabah.
Sesudah film itu selesai dan pesta pun usai, Ingrid Bergman
kehabisan semangat. Ia menangis, sendiri, di apartemennya.
"Siapa tahu, inilah kali terakhir saya berhadapan dengan sahabat
lama, sang kamera." Memang itulah yang terjadi. Ia meninggal
dunia sehari sesudah ulang-tahunnya ke-67. Mendampinginya saat
itu, suami ketiga, Lars Schmid, seorang produser teater Swedia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini