Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosok

Sempat Diancam, Pembuat Sasando di Kota Kupang ini Tetap Berkarya

Yesaya Pah, salah satu pembuat Sasando di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) menceritakan ia pernah diancam oleh dipolisikan.

11 Oktober 2018 | 23.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rino Excel Pah, 12 tahun, memainkan alat musik sasando, di Kupang, 2015. ANTARA News/ Lia Wanadriani Santosa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo, Kupang - Yesaya Pah, salah satu pembuat Sasando di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluhkan kekurangan modal usaha untuk membuat sasando.
"Biasanya mengerjakan pembuatan alat musik sasando sesuai pesanan. Uang itu digunakan untuk beli alat," kata Yesaya kepada Tempo, Kamis, 11 Oktober 2018 di sela-sela acara Kombet kerjasama Tempo Institute dan Bekraf. 
 
 
Kerajinan pembuatan alat musik sasando sudah ditekuni oleh Yesaya 20 tahun terakhir. Kerajinan ini sudah dilakukan keluarganya sejak dulu kemudian diteruskan Yesaya. Alat musik sasando yang dibuat Yesaya adalah alat musik sasando elektrik. 
 
Bahan- bahan yang digunakan untuk pembuatan alat musik sasando itu, diantaranya daun lontar, bambu, kayu, pelepah lontar, sekrup dan lainnya. Pembuatannya juga terbilang rumit, sehingga membutuhkan waktu sepekan untuk selesaikan satu alat musik Sasando.
 
Alat musik sasando yang telah dibuat itu, lanjut Yesaya, biasa di jual dengan harga antara Rp2,5 hingga Rp3,5 juta per buah. "Keuntungan per buah hanya sekitar Rp 1 juta," katanya. 
 
Sebelumnya, kata dia, dalam pembuatan alat musik Sasando, dia bekerjasama dengan salah satu sanggar di Kota Kupang. Alat musik yang dibuat dijual ke sanggar tersebut, namun dalam perjalan terjadi miss komunikasi, sehingga Yesaya mengaku sempat diancam akan dipolisikan. 
 
"Saya dilarang untuk posting hasil karya di media sosial oleh sanggar tersebut. Pernah saya posting, pemilik sanggar tersinggung, dan hendak polisikan saya," katanya.
 
Yesaya memutuskan untuk mengakhiri kerjasama dengan sanggar tersebut, dan sekarang berusaha sendiri. Dalam pengerjaan alat musik sasando, Yesaya hanya dibantu dua orang anak dan istrinya. "Tidak ada tenaga kerja. Hanua dibantu istri dan anak," ujarnya.
 
 
Sasando adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan dipetik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi.
 
YOHANES SEO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus