Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Si kakek dan pedalnya

Walter hautzig, 65, disamping mengadakan resital di tim jakarta dan isi yogyakarta juga mengajak dalam sebuah master class. ia mengajar dalam suasana bebas dan rileks.

5 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EKSPRESI wajahnya yang bulat selalu cerah. Itulah paras Walter Hautzig, 65 tahun. Pianis Amerika kesohor ini pertama kali ke Indonesia pada 1961. Tapi lawatannya kali ini, di samping menyelenggarakan resital di TIM Jakarta dan di Institut Seni Indonesia (Yogyakarta), juga mengajar dalam sebuah master class, dua hari, di Jakarta -- diikuti 20 pemain piano berusia 11 hingga 44 tahun. Kebanyakan murid-murid Irawati M. Sudiarso dan Rudy Laban. Ia tak berkenan disebut master. "Bach Beethoven, dan para komponis dunia yang lain, merekalah yang master. Saya dan kalian, pemusik. Dan pada dasarnya pengetahuan saya tak melebihi guru kalian," katanya. Inilah pelajaran penting seorang master. "Janganlah cuma jari saja yang bekerja," katanya. Segenap tenaga harus ditarik dari seluruh tubuh, lalu alirkan dari bahu lewat lengan atas menuju lengan bawah. "Anda ibarat seorang pegulat sumo, dengan berat badan 200 kg. Maka, biarkan bobot yang 200 kg itu "menimpa" tuts piano," ujarnya, tergelak. Ajarannya mengenai cara menginjak pedal piano menyimpang dari kebiasaan. Ia anjurkan agar pedal ditahan lebih lama, tak seperti "perintah" partitur. Maksudnya, apa yang tertera pada partitur bukanlah mutlak. Komponis seperti Chopin, misalnya, sangat terkenal dengan balada, impromptu, nocturne, tapi buku-buku yang memuat komposisi gubahannya merupakan editing tokoh piano yang lain. Hautzig mengajar dalam suasana bebas dan rileks, penuh gelak tawa. Cara pendekatan Hautzig enak, akrab, hangat. Ia gemar memupuk bibit-bibit baru dan menyebut mereka "cucu-cucu saya". Si kakek benar. Mereka diajar oleh Irawati, yang belajar pada Hautzig, yang dilatih Arthur Schnabel, yang mendapat bimbingan Ferrucio Busoni, yang berguru pada Franz Liszt, yang jadi murid Carl Czerny, yang memperoleh ilmu dari Ludwig van Beethoven. Silsilah yang layak dibanggakan. Gus Kairupan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus