Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Suara Jauh Nassim

Reza Rahadian dan Sita Nursanti membawakan naskah penulis Iran, Nassim Soleimanpour. Sebuah naskah tanpa latihan, tanpa sutradara, dan tanpa petunjuk.

1 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suara Jauh Nassim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada satu pun orang di dalam ruang pertunjukan Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang tahu akan seperti apa pentas malam itu berjalan. Bahkan Reza Rahadian, aktor yang akan memainkan naskah teater berjudul Kelinci Putih Kelinci Merah malam itu, tak tahu. Naskah diserahkan ke tangan Reza dalam amplop tersegel tepat saat ia naik ke panggung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Reza membuka amplop-agak kesulitan-sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala. "Dalam sejarah pentas saya, di mana-mana pasti ada latihan. Baru sekarang kecemplung begini," katanya, Sabtu sore dua pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemudian ia mulai membacakan naskah itu. Membacakan mungkin istilah yang lebih tepat ketimbang memainkan atau memerankan karena sang aktor memang tak berperan sebagai siapa-siapa dalam pentas itu. Reza dan Sita Nursanti-penampil pada hari berikutnya-menjadi diri sendiri.

Hanya, mereka diinstruksikan menyampaikan kata demi kata yang tercantum dalam naskah yang dibuat penulis Iran, Nassim Soleimanpour, tersebut. Aktor di sini berperan sebagai penyambung suara Soleimanpour, yang bertindak sebagai perancang, pengatur, dan pembuat keputusan. Ketika Reza atau Sita mengatakan "saya", lebih sering yang dimaksud adalah si penulis.

Awalnya, naskah itu tak jelas maksud dan tujuannya. Ada serangkaian instruksi dari Soleimanpour yang harus dijalankan aktor dan penonton, yang menaati semuanya sambil tertawa-tawa heran. Instruksi seperti berhitung, mencatat, melompat seperti kelinci, hingga mengirim surat elektronik kepada sang pembuat naskah (ya, Soleimanpour meminta aktor mengumumkan alamat surat elektroniknya dan berjanji akan membalas surat dari penonton "kalau saya masih hidup"). Namun perlahan terbangun sebuah narasi. Instruksi demi instruksi dan analogi dengan hewan-hewan yang disampaikan di awal pentas adalah cara Soleimanpour menjelaskan situasinya kepada dunia.

Nassim Soleimanpour menulis naskah Kelinci Putih Kelinci Merah pada 2011, saat ia berusia 29 tahun. Ia menolak ikut wajib militer, yang berakibat haknya memiliki paspor dicabut. Maka Soleimanpour tak dapat bepergian keluar dari Iran.

Tapi naskahnya bisa. Soleimanpour menulis sebuah naskah unik. Dengan jenius ia membangun sebuah pertunjukan yang membuatnya dapat seolah-olah turut hadir tepat di tengah penonton atau bahkan di atas panggung. "(Perjalanan lewat kata-kata) ini adalah perjalanan yang tak butuh paspor," ujar Soleimanpour seperti disuarakan dalam pentas itu.

Mendadak, dari lucu-lucuan seru melihat Reza dan Sita kebingungan, penonton sadar bahwa pentas itu mengarah ke sesuatu yang lebih dalam. Soleimanpour-melalui aktor-berbicara tentang represi negara terhadap warganya, tentang trauma, tentang relativitas waktu, dan tentang makna eksistensi.

Menarik menyaksikan bagaimana Soleimanpour, yang menulis naskah ini bertahun-tahun lalu di sebuah kota yang jauhnya ratusan kilometer dari sini, dapat mengendalikan jalannya pertunjukan. Dia ibarat peramal yang dapat memprediksi dengan tepat akan seperti apa reaksi aktor dan penonton pada bagian tertentu. Sebuah suara dari jauh menggema lantang di tengah ruang pertunjukan. Wujud tubuhnya memang tak ada, tapi "Saya bersama Anda, di samping Anda," kata Soleimanpour.

Meski Soleimanpour sempat tak dapat bepergian, naskah Kelinci Putih Kelinci Merah selama tujuh tahun terakhir telah dipentaskan di lebih dari 25 negara. Aktor yang pernah membawakannya termasuk Whoopi Goldberg, Alan Cumming, John Hurt, Stephen Fry, dan Nathan Lane.

Di Salihara, Reza Rahadian dan Sita Nursanti tentu membawakan naskah dengan gaya masing-masing. Reza lebih santai dan banyak tertawa sendiri karena absurdnya situasi pentas tanpa latihan dan petunjuk itu. Sita beberapa kali harus membaca ulang naskah untuk memahami instruksi Soleimanpour, tapi dia dapat dengan tepat beralih ke situasi serius saat naskah menghendakinya menyampaikan sesuatu yang penting.

Soleimanpour punya semacam prosedur standar bagi aktor yang akan membawakan naskahnya. Tepat 48 jam sebelum pentas, ia mengirim surat kepada tiap aktor yang berisi beberapa instruksi khusus, tapi tanpa sedikit pun membocorkan isi naskahnya. "Instruksi pertama adalah saya dilarang mencari tahu apa pun tentang pertunjukan ini dari mana pun," tutur Reza.

Bila dia ingin mencari tahu pun sebenarnya nyaris tak ada potongan naskah atau video pentas yang beredar di dunia maya. "Akhirnya saya hanya mencari tahu tentang siapa sih Nassim Soleimanpour itu," kata Sita.

Larangan bepergian terhadap Soleimanpour kini telah dicabut karena belakangan ia diketahui menderita gangguan mata, yang menggugurkan wajib militernya. Ia sudah punya paspor dan nyaman bertempat tinggal di Jerman bersama keluarganya. Namun naskah Kelinci Putih Kelinci Merah tampaknya akan terus bertualang dan memberi kejutan kepada aktor-aktor serta penonton berikutnya.

Moyang Kasih Dewimerdeka

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus