Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Misalnya saat ia menerangkan pembunuhan sebagai hal inti Dionysus. Ia mendadak berdiri dan panjang-lebar menjelaskan tafsirnya terhadap Dionysus. Klimaks pertunjukan Dionysus adalah Agave menenteng kepala anaknya sendiri, Pentheus. Agave, yang menjadi penganut agama Dionysian, tak sadar membawa kepala Pentheus, yang dibunuh beramai-ramai oleh para perempuan penyembah Dionysus. Ia mengira kepala itu kepala anak singa. “Kota Thebes dikutuk oleh Dio-nysus karena mengingkari ketuhanannya. Agave menjadi kambing hitam,” kata Suzuki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tadashi Suzuki mendapat tempat istimewa dalam Singa-pore International Festival of Arts. Selain dialog, ada se--buah diskusi khusus membahas bukunya, Culture is the Body. Pembahasnya adalah Dr Lee Chee Keng dari Yale-NUS College, Singapura. Diadakan pula lokakarya “Suzuki Method”. Suzuki memiliki cara latihan tubuh sendiri. Setiap aktor yang bekerja sama dengannya harus menjalani latihan tubuh tertentu yang berfokus pada penguatan otot kaki. Me-ngembalikan kekuatan tubuh selaras dengan gravitasi bumi adalah fokus Suzuki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para aktor Indonesia yang terlibat dalam Dionysus hampir dikatakan dalam rentang tiga tahun harus bolak-balik In-donesia-Toga (Jepang) untuk menjalani latihan dasar Suzuki method. Mereka masuk karantina yang keras dengan disiplin ketat. Berbagai variasi cara berjalan dari jongkok sampai jinjit dengan kesadaran pandang dan keseimbangan tubuh diajarkan. Lokakarya singkat di Singapura dibawakan oleh Kameron Steele, salah satu murid senior Suzuki asal Amerika Serikat dan penerjemah bukunya ke bahasa Inggris.
Selain itu, produser Dionysus, Restu Imansari Kusuma-ningrum, mendapat kesempatan dalam satu sesi diskusi khu-sus menjelaskan prosesnya berkolaborasi dengan Suzuki. ”Saya harus berani melakukan negosiasi-negosiasi dengan Tadashi, dari soal bahasa yang diucapkan aktor sampai kostum,” tutur Restu. Penggunaan enam bahasa Nusantara dan bukan bahasa Indonesia atau Inggris untuk pementasan adalah usul Restu. “Bahkan juga bahasa Rejang yang jarang dikenal,” ucapnya.
Suzuki memang dikenal sering menyajikan pentas multiba-hasa. Pernah untuk pentas King Lear ia menampilkan aktor-aktornya menggunakan bahasa Inggris, Jerman, Jepang, juga Korea. Namun penggunaan materi bahasa Nusantara, yang beraneka ragam, tak pernah dibayangkan sama sekali untuk pementasan naskah Yunani kuno Dionysus. Seperti disaksikan Tempo pada awal latihan di Toga pada September 2016, Suzuki tertawa saat pertama kali mengetahui bahwa pemain Indonesia sendiri tak memahami bahasa daerah sesama aktor.
SenoJokoSuyono
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo