ENTAH apa sebabnya jumlah komposisi lagu populer yang masuk ke
meja panitia tahun ini merosot. Kalau tahun kemarin pengikut
mencapai 200, dalam Festival Lagu Populer VI/78 ini hanya masuk
90 buah komposisi. "Mungkin para komposernya sedang sibuk,"
tukas Paul Hutabarat, ketua panitia.
Setelah terombang-ambing mencari jalan penjurian yang paling
adil, panitia kini menentukan kebijaksanaannya tidak mengikutkan
lagi masyarakat dalam penilaian. Rupanya masyarakat yang
dipercayai sebagai juri bukannya membawa kejernihan, malahan
hanya bikin repot dan memancing isyu-isyu yang bikin pusing.
Maka diam-diam bergeraklah sejumlah musisi yang ditunjuk sebagai
juri mengadakan penyaringan.
Mus Mualim
Setelah main kocok, para juri berhasil memilih 6 buah lagu yang
diangkat sebagai finalis. Lagu-lagu tersebut adalah Bahana
Perdamaian (Baskoro), Waktu (sagio Mangkuwiduro), Harmoni
Kehidupan (Ully Sigar), Akhir Balada (Ully Sigar), Hidup
Manusia (Bagio Mangkuwiduro) dan Berkesan Namun Hampa (Mamad
Rohan Amir).
Dalam babak final pemilihan penyanyi pop, 5 finalis memilih lagu
Bahana Perdamaian, 4 Waktu sedang hanya Zwesty yang memilih
Harmoni. Sementara itu dengan bantuan beberapa orang penyanyi
non-festival, lagu-lagu finalis ini masuk ke dalam kaset lewat
PT Yukawi. Lalu apa kata Mus Mualim, salah seorang juri yang
ikut menilai? "Yah, baik dalam kwalitas maupun kwantitas tahun
ini memang menurun, katanya. "Hanya saja saya catat lirik
rata-rata peserta agak puitis. Tapi sayang kebanyakan berirama
hustle. Ini terang sepihak dong, masak hampir semuanya hustle."
Mus tidak mau meramal, namun demikian dapat diperkirakan Bahana
Perdamaian dan Waktu akan unggul.
Penilaian Mus sebagai seorang ahli mungkin tidak banyak bedanya
dengan penilaian para penonton. Dibanding lagu pemenang
sebelumnya seperti lenjana (Guruh), terasa finalis tahun ini
encer. Sedang dibanding lagu pemenang macam Cinta (Titiek Puspa)
lagu-lagu finalis tersebut kurang atraktif. sahkan kalau tidak
terlalu kurang ajar, dibanding lagu-lagu remaja tercantik
pilihan Prambors tahun ini, para finalis terasa tidak segar.
Tapi karena memang demikian adanya, mau apa?
Berbeda dengan pemenang penyanyi terbaik, pemenang lagu masih
akan melanjutkan tradisi Tokyo sebagai target. Seperti tahun
lalu, sebuah lagu akan dikirim ke Tokyo dengan membawa penyanyi
yang ditunjuk komponisnya. Paul Hutabarat menyatakan, kalau toh
festival ini masih merupakan promosi untuk Yamaha Music yang
mensponsori pemaketannya ke Tokyo, itu bukan urusannya. "Yang
penting festival ini bisa menggalakkan kreativitas para pencipta
lagu," ujarnya dengan tenang. Jadi kalau suka boleh ikut, tidak
suka kenapa ikut. "Antara festival penyanyi pop Indonesia dengan
festival lagu pop Indonesia tidak ada hubungan diplomatik. Yang
tinggal hanya hubungan kebudayaan," kata Paul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini