Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Tatkala Tom Hanks Membela Mata-mata

Steven Spielberg dan Tom Hanks kembali berkolaborasi dalam film berlatar sejarah. Hanks berhasil menghidupkan tokoh utama film ini.

26 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bridge of Spies
Sutradara: Steven Spielberg
Penulis skenario: Matt Charman, Ethan Coen, Joel Coen
Pemain: Tom Hanks, Mark Rylance, Amy Ryan, Alan Alda, Austin Stowell, Scott Shepherd, Sebastian Koch, Mikhail Goreyov, Billy Magnussen, Edward James Hyland, Will Rogers

Jembatan yang membentang di atas Sungai Havel, Jerman, itu bernama Glienicke, sesuai dengan nama istana terdekat. Tapi para jurnalis lebih suka menyebutnya bridge of spies. Sebab, sepanjang masa Perang Dingin, jembatan itu dikenal menjadi tempat pertukaran agen rahasia yang tertawan musuh.

Sebutan itu yang menjadi judul film terbaru Steven Spielberg. Film berdurasi 2 jam 21 menit ini diangkat dari kisah nyata pada 1962. Judul itu juga merujuk pada plot film yang berkisah tentang pengacara asuransi James B. Donovan (Tom Hanks) yang menjembatani negosiasi di antara dua negara adidaya yang melakukan aksi spionase.

Di jembatan itu, Donovan memimpin pertukaran tawanan antara Rudolf Abel (Mark Rylance), mata-mata Uni Soviet, dan Francis Gary Powers (Austin Stowell), pilot U-2 Amerika yang tertawan saat melakukan pengintaian, serta Frederic Pryor, mahasiswa Amerika berusia 25 tahun. Donovan, pengacara idealis, siap memberikan keadilan konstitusi bagi sang mata-mata. Dia tak meminta tugas ini. Dia dipilih oleh asosiasi pengacara karena pernah menangani kasus Nuremberg, pengadilan militer setelah Perang Dunia II.

Tugas itu ternyata membuat semua orang Amerika menatapnya sinis. Bahkan rumahnya ditembaki orang tak dikenal. Istri dan anaknya pun mempertanyakan alasan Donovan mengajukan permohonan banding ke Mahkamah Agung. Ia kalah, tapi Abel lolos dari hukuman mati. Putusan Mahkamah Agung yang hanya memenjarakan Abel ternyata ada gunanya dalam beberapa tahun ke depan.

Gara-gara membela mata-mata itu, Donovan mampu menyelamatkan dua orang Amerika yang tertawan. Francis Powers adalah pilot andal Amerika yang menerbangkan pesawat berkamera di ketinggian 70 ribu kaki untuk mengambil foto udara di wilayah musuh. Sialnya, salah satu rudal menghantam pesawat ini. Ia lantas tertangkap.

Di Berlin, Frederic Pryor, yang berada di sisi Tembok Berlin yang salah, juga tertangkap. Pemerintah Amerika hanya menginginkan pertukaran Powers, tapi Donovan berkeras Pryor juga harus mendapat perlindungan yang sama. Di titik ini, Donovan bertindak berdasarkan nuraninya.

Sulit meringkas sejarah secara detail dalam 141 menit. Walhasil, ada terlalu banyak cerita pada paruh pertama film ini. Adegan-adegan pendek berganti dengan cepat. Idealisme Donovan dianggap amat penting, sampai-sampai ditekankan berulang kali dalam beberapa adegan—yang justru membuatnya terasa klise. Karakter Abel rupanya tak kalah penting. Itu sebabnya menit-menit pertama film ini justru dibuka lewat adegan dramatis Abel yang menatap cermin tanpa suara atau kata—simbolisme dua dunia agen rahasia Uni Soviet itu. Plot mulai berfokus pada paruh kedua saat Donovan menjalani tugasnya sebagai negosiator.

Film ini belum tentu hidup bila Tom Hanks bukan pemeran utamanya. Dari sisi sinematografi, film ini mengingatkan penonton akan adegan film noir, seperti ketika Donovan dikuntit lelaki bermantel panjang pada malam hari saat hujan turun di New York. Humor dibangkitkan lewat gedung-gedung hancur dan pembangunan Tembok Berlin, juga melalui Mary (Amy Ryan), istri Donovan, yang sosoknya ideal di masa itu: berkalung mutiara, langsing, dan rambut tertata rapi saat menyambut suami di rumah.

Kekontrasan juga jadi bumbu lain film ini. Ada beberapa adegan yang sengaja disorot berulang. Misalnya adegan Donovan melihat warga ditembak mati saat melompati Tembok Berlin dari kereta S-Bahn. Lalu, di akhir cerita, ia melihat anak-anak bermain melompati pagar di New York, juga dari kereta.

Bridge of Spies kaya sejarah, serius, tapi masih memberi ruang untuk tertawa lewat humor-humor pendek yang disisipkan merata sepanjang film. Salah satunya ucapan Abel saat Donovan terheran-heran melihat kliennya selalu tenang menghadapi ancaman hukuman mati. "Would it help?" kata mata-mata Uni Soviet itu.

Amandra Mustika Megarani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus