Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“MR. Premier, neither you nor I can speak English, but there are some things that can be said only in English….”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demikian Balram Halwai memulai surat elektroniknya yang panjang kepada Perdana Menteri Cina Wen Jia Bao yang akan berkunjung ke India. Begitulah sastrawan Aravid Adiga memulai novel berjudul The White Tiger setebal 321 halaman tersebut. Novel yang berhasil meraih penghargaan Booker Prize pada 2008 itu kini bisa disaksikan dalam film adaptasi di saluran digital Netflix. Film ini, antara lain, diproduksi oleh Priyanka Chopra Jonas, aktris India yang kini sudah terjun ke Hollywood.
Seperti novelnya, film arahan sutradara Rahmin Brahmani ini cukup setia memulai filmnya dengan narasi Balram (diperankan Adarsh Gourav dengan gemilang) pada 2010 yang sudah menjadi seorang bos pemilik usaha penyewaan taksi. Berkumis panjang melingkar, rambut panjang dilumuri minyak dan dikuncir satu, serta leher berkalung emas, “saya berhasil mendobrak kandang ayam itu,” ucap Balram dengan bangga. “Saya berhasil memperoleh kebebasan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Priyanka Chopra (kanan) dalam The White Tiger. Netflix
Di India, menurut Balram, hanya ada dua macam warga: warga berperut tambun dan warga yang tak berperut. Balram datang dari kasta yang rendah dan hidup di kerak paling bawah masyarakat. Karena itu, ia masuk kategori “lelaki tak berperut”.
Dia mengajak kita ke masa kecilnya ketika Balram mungil adalah seorang anak cerdas di kelas yang satu-satunya mampu membaca dengan cepat dan lancar berbahasa Inggris. Namun, karena keluarga mereka luar biasa miskin hingga ayahnya meninggal digerogoti tuberkulosis, Balram kecil serta kakaknya terpaksa bekerja mencari duit sebagai penjual teh. Mereka harus mengucapkan selamat berpisah kepada bangku sekolah. Balram adalah perwakilan puluhan juta anak di negara berkembang, termasuk Indonesia, tempat orang tua memaksa anaknya bekerja dan meninggalkan sekolah karena kebutuhan hidup. Sejak kecil itulah Balram tahu bahwa orang-orang miskin seperti keluarganya sekampung tak akan pernah keluar dari kurungan “kandang ayam”. Menurut dia, orang miskin sama saja seperti ayam yang berdesakan di kandang dan hanya menanti nasib untuk disembelih.
Balram anak cerdas. Sampai dewasa pun dia tahu bagaimana caranya menggeliat, keluar dari kurungan kemiskinan yang dia benci. Melihat tuan tanah keji yang dijuluki The Stork (Mahesh Manjrekar) berkunjung ke kampungnya mengendarai mobil mewah berkilat-kilat, mata Balram ikut berkilat. Saat itu juga Balram tahu apa yang harus dia lakukan. Dia akan mengabdikan seluruh hidupnya bekerja kepada putra Ashok (Rajkummar Rao) yang baru saja pulang dari Amerika Serikat serta istrinya Pinky (Priyanka Chopra Jonas).
Selama menjadi sopir keluarga besar The Stork yang memperlakukan Balram sebagai sopir/hamba yang rutin memijit kaki kepala keluarga, Ashok yang lulusan dari Amerika Serikat bersikap lebih “manusiawi” kepada Balram. Dia menolak dibukakan pintu mobil dan masih mencoba berbincang ramah dengan sopirnya. Tapi adalah Pinky yang mendorong Balram untuk “mempunyai cita-cita” dan keluar dari lingkaran kemiskinan, karena “saya pun dari keluarga imigran India di New York yang merangkak dari bawah,” demikian ucapan Pinky.
Film ini secara terang-terangan merupakan sebuah perlawanan narasi yang dipersembahkan film Slumdog Milionaire karya Danny Boyle (yang juga diangkat dari novel karya Vikas Swarup), yang menceritakan seorang anak miskin India memperoleh keberuntungan untuk naik kelas dalam strata masyarakat. Sastrawan Aravind Adiga tak percaya bahwa dengan kemenangan “satu juta rupee dalam sebuah game show” seseorang akan keluar dari kerangkeng kemiskinan. Dia lebih realistis, mendekati sinisme.
Setelah menyadari betapa keluarga itu bisa seenaknya memperlakukan dia—ketika sebuah kecelakaan terjadi dan mengorbankan Balram—terbukalah mata Balram. Dia hanya bisa keluar dari kandang kemiskinan dengan dua acara: politik atau kriminal.
Adarsh Gourav dalam The White Tiger. Netflix
Balram kemudian memperhitungkan dengan taktis agar dia bisa melepaskan kunci kandang itu. Bukankah pada masa kecil di sekolah gurunya mengatakan dia adalah “White Tiger”, harimau putih yang lahir hanya sesekali dalam berapa generasi? Sebuah anomali. Dengan keyakinan dialah harimau putih yang bisa mendobrak kandang itu, Balram akhirnya bisa mencapai “kebebasan” hingga kita bertemu dengan Balram baru. Dialah bos pemilik penyewaan taksi White Tiger yang berambut panjang, berkalung emas, berkumis melingkar, dan memiliki puluhan anak buah.
Film ini menyajikan kenyataan gelap dan sinis di negara berkembang terhadap jurang yang luar biasa besar antara si kaya raya yang korup dan si miskin yang (akhirnya) terpaksa korup. Sutradara Rahmin Brahmani, yang sebelumnya dikenal menyutradarai film-film independen dan selalu menyorot manusia marginal (seperti Man Push Cart dan Chop Shop), adalah sutradara yang cocok menggarap novel ini menjadi film layar lebar. Dengan para pemain yang tampil bagus dan meyakinkan serta sinematografi semidokumenter, film ini adalah salah satu karya yang akan melekat terus di benak dan hati kita, yang akan melahirkan diskusi tentang masalah jurang besar di negara berkembang yang tak kunjung selesai. Termasuk Indonesia.
LEILA S. CHUDORI
Netflix
THE WHITE TIGER
Sutradara:
Rahmin Brahmani
Skenario:
Rahmin Brahmani
Berdasarkan novel karya Aravind Adiga dengan judul sama
Pemain:
Adarsh Gourav, Priyanka Chopra Jonas, Rajkummar Rao
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo