Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KRISIS finansial di Amerika Serikat, yang meledak pada pengujung 2008, ikut membuat dunia Islam meriang. Maklum, kebanyakan ekspor negara-negara Islam tertuju ke Amerika dan Eropa. Krisis ini menjadi salah satu agenda utama pembahasan dalam konferensi World Islamic Economic Forum ke-5 di Jakarta pekan lalu.
Dalam forum itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencetuskan gagasan pembentukan Islamic World Expenditure Support Fund, untuk membantu anggota Organisasi Konferensi Islam yang paling menderita akibat krisis ekonomi global. Dana cadangan itu diharapkan bisa menjadi solusi bagi negara Islam untuk selamat dari krisis.
Kendati suasananya muram, Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam Ekmeleddin Ihsanoglu, dalam pidatonya saat pembukaan konferensi Forum Ekonomi Islam Dunia itu, menyatakan optimistis krisis global justru bisa mendatangkan berkah bagi negara-negara muslim. Pelemahan ekonomi negara maju akan menjadi kesempatan untuk meningkatkan aktivitas perdagangan antarnegara muslim.
Ihsanoglu menjabat Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam sejak Januari 2005. Sebagai sekretaris jenderal, dia menerapkan kepemimpinan yang kuat atas 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam. Ihsanoglu terkenal gencar menyuarakan perdamaian. Dia mengecam aksi kekerasan di seluruh belahan dunia, dari aksi bom Bali hingga kekerasan di Palestina.
Di sela padatnya agenda selama berada di Jakarta, Ihsanoglu menyempatkan diri bertemu dengan Bunga Manggiasih, Harun Mahbub, dan fotografer Nickmatulhuda dari Tempo. Wawancara berlangsung di kantor Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations, Jalan Kemiri, Jakarta Pusat, Selasa lalu.
Bagaimana pengaruh krisis global terhadap negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam?
Sedikitnya 13 anggota OKI adalah negara yang paling terpengaruh oleh krisis dan memerlukan bantuan segera untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Forum Ekonomi Islam Dunia mendiskusikan masalah keamanan pangan dan energi, isu yang makin penting di masa krisis ini.
Apakah ada peluang di balik krisis ini?
Ya. Krisis sebetulnya juga membawa kesempatan bagi kita. Ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan menciut, tapi ada peluang peningkatan di dalam lingkar negara anggota OKI. Kami telah menciptakan preferential trade system, yang bisa digunakan oleh negara-negara anggota. Beberapa anggota telah menandatangani perjanjian itu. Tapi sekarang ada kebutuhan untuk melengkapinya, dan kami menganjurkan para anggota yang belum menandatangani dan meratifikasinya untuk melakukannya.
Perdagangan antarnegara memerlukan pembiayaan yang sangat langka pada situasi sekarang.
Ada dana berlebih yang dimiliki Bank Pembangunan Islam-organ OKI-yang bisa digunakan untuk memfasilitasi dan meningkatkan perdagangan antaranggota OKI. Pembiayaan perdagangan itu sangat penting.
Berapa negara yang sudah menandatangani perjanjian itu?
Tidak bisa saya sebutkan berapa. Bukannya saya tidak mau, tapi prosesnya masih berlangsung. Yang jelas, ini untuk kebaikan negara-negara anggota.
Perdagangan di negara anggota OKI pada 2007 tumbuh 16,67 persen. Setelah krisis ini, Anda masih optimistis pertumbuhannya bisa mencapai 20 persen pada 2015?
Perhitungan itu dibuat sebelum krisis finansial. Kami masih mengkaji seperti apa dampak krisis ini.
Bagaimana dengan prediksi pertumbuhan perdagangan antarnegara anggota OKI pada 2008 dan 2009?
Saya tak ingin membuat perkiraan yang terlalu dini. Mari kita tunggu saja perhitungannya.
Bisa lebih dari 16,67 persen?
Kami harap angkanya bisa lebih besar daripada itu. Sebab, untungnya, tak semua negara OKI terpukul krisis finansial.
Seberapa signifikan pertumbuhan perdagangan antarnegara anggota OKI?
Program sepuluh tahun peningkatan perdagangan antarnegara anggota yang dicanangkan OKI di Mekah pada 2005, yang bertajuk "Solidaritas dalam Aksi", kini sedang dan masih berjalan. Pada 2006, dengan populasi penduduk OKI yang 22 persen populasi dunia, produk domestik bruto negara OKI 6,1 persen dari PDB dunia, dan ekspornya 9,2 persen dari total nilai ekspor dunia. PDB dan ekspor negara OKI itu meningkat menjadi 6,8 persen dan 9,8 persen pada 2007. Pada 2008, porsi PDB negara OKI diperkirakan naik lagi menjadi 7,3 persen.
Komoditas apa yang bisa diandalkan dalam program 10 tahun itu?
Semua komoditas, dari sumber daya alam, makanan, hingga manufaktur. Tiap negara anggota OKI punya beragam industri unggul. Kita bisa meningkatkan perdagangan lebih jauh lagi. Target 20 persen sebetulnya sangat rendah, tidak ambisius. Saya yakin, setelah 2015, peningkatan perdagangan antarnegara anggota OKI bisa lebih pesat. OKI berencana menciptakan area perdagangan bebas setelah 2015, tapi kerangkanya mungkin akan mulai disusun beberapa tahun lagi.
Negara-negara kaya minyak di Teluk meraup sekitar US$ 4 triliun saat harga minyak melonjak. Apakah uang itu bisa digunakan untuk membantu negara-negara Islam lain dari krisis?
Cara terbaik di antara keruntuhan perbankan, perusahaan asuransi, dan segala manifestasi krisis ialah menginvestasikan uang di pasar negara berkembang yang sedang tumbuh. Saya pikir banyak negara anggota OKI merupakan contoh negara berkembang yang bagus. Sebaiknya modal ditanamkan ke proyek agrikultur, industri, dan infrastruktur di negara-negara yang paling terpukul akibat krisis.
Apakah negara-negara Teluk itu betul-betul bersedia berinvestasi di negara OKI lainnya?
Ya, saya yakin. Pertandanya mengarah ke sana, dan mereka sudah mulai berinvestasi, terutama di sektor agrikultur di beberapa negara yang tanahnya subur.
OKI relatif bergantung pada negara Arab penghasil minyak. Bagaimana Anda melihat peran negara lain, seperti Turki, Malaysia, dan Indonesia?
Turki dan Malaysia aktif di perekonomian dan politik dalam OKI dengan cara yang berbeda. Kami menanti Indonesia meningkatkan aktivitasnya dalam OKI. Hal ini saya sampaikan dalam pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin.
Presiden Yudhoyono mengusulkan Islamic World Expenditure Support Fund untuk mengatasi krisis. Apakah menurut Anda usul itu bisa terwujud?
Ya, kenapa tidak? Kita harus mengeksplorasi semua cara kerja sama demi menghadang krisis. Awalnya OKI juga didirikan dengan semangat serupa.
Apa yang Anda harapkan dari Indonesia?
Ada banyak proyek dalam program 10 tahun OKI yang bisa didapatkan Indonesia. Tapi, menurut saya, salah satu hal terpenting dari Indonesia ialah sistem demokrasinya. Jika negara dengan penduduk muslim terbanyak, dengan bentang geografis dan demografis yang luas, sukses dalam demokrasi, hal tersebut akan mengirimkan pesan kuat ke seluruh dunia bahwa meski dihadang beragam kesulitan, demokrasi tetap bisa dijalankan.
Seberapa menarik Indonesia untuk berinvestasi?
Indonesia kini menunjukkan stabilitas politik yang baik. Perekonomiannya pun tetap tumbuh di tengah krisis, indikator yang sangat baik dibanding negara berkembang lain. Dalam forum kemarin, kami telah melihat negara-negara Timur Tengah, terutama perusahaan swastanya, menunjukkan minatnya menanamkan modal di Indonesia.
Apa yang harus diperbaiki Indonesia dan negara lain untuk meningkatkan iklim investasinya?
Saya pikir kita harus membuat regulasi perdagangan antarnegara anggota OKI. Salah satunya dengan menandatangani perjanjian perdagangan dan investasi yang saya sebutkan di awal tadi. Dalam regulasi itu, kita bisa mengatur bea masuk, pajak, dan sebagainya.
Bagaimana pendapat Anda tentang kebijakan luar negeri pemerintah baru Amerika Serikat? Apakah lawatan Hillary Clinton ke Indonesia, sebagai negara muslim terbesar di dunia, merupakan pertanda baik?
Saya rasa itu pertanda baik, mungkin karena Obama ingat ia pernah menghabiskan masa kecilnya di sini. Kami menyambut dan menghargai cara-cara pendekatan Obama. Tapi kami menginginkan adanya sikap saling memahami dan saling menghormati antara Amerika Serikat dan dunia Islam. Mereka punya kepentingan, kita juga punya kepentingan. Sebagai negara adidaya, mereka punya kepentingan mengajukan kebijakan-kebijakan tertentu. Kita umat muslim punya kepentingan mempertahankan integritas dan kedaulatan. Tanpa saling memahami dan menghormati, hal itu tak bisa terjadi. Kami sudah menyampaikan semua ini dalam surat kepada Obama, dan ia sudah membalasnya, mengatakan ia ingin bekerja sama dan menjalin hubungan lebih baik dengan OKI dan negara muslim. Sekarang kami menunggu langkah-langkah konkret Obama.
Dibandingkan dengan masa pemerintahan Presiden Bush, apakah hubungan Amerika Serikat dan dunia Islam sekarang akan membaik?
Saya harap begitu. Saya pikir hubungan yang lebih baik akan bisa tercapai. Tentu itu semua tergantung seberapa komprehensif langkah Obama dan seberapa jauh Amerika Serikat menggunakan kekuatannya untuk mempengaruhi dunia internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Prof Dr Ekmeleddin Ihsanoglu
Tempat dan tanggal lahir: Kairo, Mesir, 26 Desember 1943 Pendidikan: Karier:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo