Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Budi Karya Sumadi: Harus Ada Pemetaan Mudik Tiap Tiga Jam

"Waktu orang mudik harus dipastikan. Kalau semua keluar di waktu yang sama, ya jalan macet."

23 Juni 2018 | 00.00 WIB

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi: Kapal Harus Sehat, dan Orangnya Didisiplinkan
Perbesar
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi: Kapal Harus Sehat, dan Orangnya Didisiplinkan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Libur Idul Fitri selalu menjadi masa yang sibuk bagi Budi Karya Sumadi. Sejak menjabat Direktur Utama PT Taman Impian Jaya Ancol sampai menjadi Menteri Perhubungan, ia tak pernah merasakan nikmatnya libur Lebaran. Pada momen mudik dua tahun ini, Menteri Budi justru mesti berkeliling dan memastikan masyarakat dapat pulang ke kampung halaman dengan aman dan selamat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Budi Karya secara intensif berkeliling meninjau berbagai tempat, memeriksa kesiapan berbagai moda transportasi. Hasilnya? Angka kecelakaan dan korban meninggal pada musim mudik tahun ini menurun dibanding tahun lalu. Setidaknya sampai H+3 Lebaran, angka kecelakaan menurun sampai 30 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun Budi Karya merasa masih ada sejumlah hal yang harus dibenahi terkait dengan transportasi mudik Lebaran-terutama pada moda transportasi bus dan kapal laut. Ia berharap bisa menyelesaikan dua masalah itu dalam satu tahun terakhir usia Kabinet Kerja.

Jika kelak jabatannya berakhir, ia berencana membuka usaha kecil-kecilan. "Saya punya warung pempek, dan bisa oprek-oprek di sana nanti," katanya saat ditemui wartawan Tempo, Diko Oktara, dan fotografer Muhamad Hidayat di rumah dinasnya, di Jalan Widya Chandra, Jakarta, pada Rabu malam lalu.

Berikut ini petikan wawancara dengan Menteri Budi:

Apa evaluasi Anda terhadap arus mudik dan balik tahun ini?

Kami sempat deg-degan, karena jumlah kendaraan keluar Jakarta pada H-2 tinggi sekali. Jika selama ini kami memetakan arus kendaraan hanya per hari, maka yang akan datang harus ada pemetaan tiap tiga jam. Katakanlah, saya akan mudik pada H-2. Saya ingin berangkat pagi, siang, atau malam? Jam berapa? Kementerian Perhubungan akan memastikan kapasitas jalan dan kendaraan per tiga jam ketika saya mudik.

Berapa jumlah kendaraan saat H-2 itu?

Ada 104 ribu kendaraan. Sebetulnya lebih rendah dari H-6, 109 ribu kendaraan. Tapi pada H-2, macet. Sebabnya apa? Karena berkumpul semua. Ke depan harus ada pemetaan per tiga jam itu. Juga harus ada perbaikan manajemen di jalan alternatif. Bagaimana, misalnya, jalan-jalan nasional itu berfungsi secara baik.

Jalan nasional itu untuk menopang jalan tol?

Supaya jangan membebani jalan tol. Selain itu, ekonomi masyarakat bisa tumbuh. Kemarin, jalan nasional berhasil untuk sepeda motor. Angka pemudik sepeda motor turun 40 persen. Tadinya, kami pikir akan naik 30 persen. Karena itu pula angka kecelakaan lalu lintas turun. Bagaimana menurunkan penggunaan sepeda motor? Selain memberi pengertian akan bahaya berkendara dengan motor, mereka diberi alternatif.

Apa saja alternatifnya?

Katakanlah bus gratis. Sekarang sudah bisa disediakan lebih dari 100 ribu (penumpang). Ke depan, saya ingin 300 ribu. Kapal sekarang memuat 30 ribu penumpang, kami mau jadi 100 ribu pada tahun depan. Jadi orang tidak boleh naik sepeda motor, tapi dikasih substitusi itu. Kami juga mau kapal jadi pilihan karena kapasitasnya besar. Saya sengaja datang ke Pelabuhan Tanjung Priok, saya tanya mereka, apa mau naik kapal laut lagi? Mereka menjawab mau dan mereka merasa gembira. Ini optimisme baru.

Apa benar angka pengguna kendaraan pribadi menurun?

Iya. Dari angka-angka pengguna roda empat dan roda dua menurun, sedangkan bus, pesawat, kereta, naik. Jadi sudah ada pergeseran menggunakan angkutan massal. Sekarang apa yang harus dilakukan? Revitalisasi bus. Bus ini agak ditinggalkan.

Apa langkah meningkatkan kualitas bus?

Saya menemukan satu resep yang mudah-mudahan bisa diikuti pemilik bus. Orang maunya naik bus yang bagus, kalau jelek penumpang tidak mau. Saya ingin memperhatikan rute-rute bus favorit, seperti Jakarta-Semarang, Jakarta-Solo, dan Jakarta-Yogyakarta. Yang kami lakukan adalah memperbaiki kualitas bus. Bus juga mesti (menjual tiket) online dan memperbaiki citra perusahaannya.

Ada penurunan angka kecelakaan?

Belum ada data akurat, kira-kira 40 persen. Korbannya juga turun signifikan sekitar 50 persen (berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan sampai H+3, angka kecelakaan turun 30 persen dari periode yang sama pada 2017. Begitu pun angka korban meninggal, turun 59 persen)

Apa yang Anda temukan saat memantau kegiatan mudik di bandara dan dermaga kapal?

Di transportasi udara memberi harapan karena naik 9 persen. Artinya masyarakat memiliki daya beli. Saya ingin mengajak stakeholder berkonsentrasi agar pasarnya lebih besar lagi dan mengurangi beban di darat, apalagi sudah ada Bandara Kertajati. Yang kedua urusan kapal, ini unik karena orang tak terbiasa menggunakan kapal.

Cara mengajak menggunakan kapal untuk mudik?

Dibujuk baru mau. Saya kasih gratis naik kapal, motornya juga gratis. Kami malah mengiming-imingi dapat motor. Kami sediakan 20 sepeda motor. Kalau dengan metode gratis berhasil sampai 5 tahun, perlahan mereka akan bayar, karena mereka sudah terbiasa. Untuk kapal dan bus, memang harus ada effort tertentu yang dikerjakan, tapi yang paling harus diatur adalah soal jalan.

Pengaturan jalan seperti apa?

Tipe orang mudik lain-lain, ada yang menikmati dan dia akan berhenti di tempat-tempat yang bisa berhenti makan dan sebagainya. Ada juga yang ingin cepat. Kalau tidak punya uang, dia bawa bekal. Pola-pola ini harus dicari di mana mereka harus berhenti, apa saja yang mereka butuhkan.
Begitu pula pola orang-orang yang berhenti di Cirebon, Brebes, Batang, Pekalongan, dan lain-lain harus diperhatikan. Tujuannya apa? Agar kota-kota (di sekitar jalur mudik) dapat manfaat. Sekarang orang Jakarta ke Semarang, naik mobil, kan hambar (kalau terus berada di jalan tol). Tapi kalau mampir di Pekalongan kan berbeda. Ini mesti dipikirkan. Di tempat itu bisa dibuat pusat-pusat kegiatan kuliner dan kearifan lokal lain. Agar mudik jadi berwarna, tidak monoton di jalan tol terus. Ini harus dibuat dan pemerintah daerah mesti kreatif.

Sejak kapan Anda mulai intensif mengecek kesiapan mudik?

Kira-kira sebulan sebelum Lebaran. Pengecekan setiap hari mulai H-7 Lebaran. Waktu puasa malah enak, karena tidak terasa. Berat saya turun enam kilogram, sama sekalian mengurangi makan nasi soalnya.

Sudah berapa lama Anda tidak merasakan libur Lebaran?

Bukan sok, saya tidak pernah libur Lebaran sejak 2002. Saya 11 tahun di Ancol, lalu di Angkasa Pura II, dan sekarang di Kementerian Perhubungan. Justru saat liburan saya harus hadir, apalagi sebagai Menteri Perhubungan. Memang amanahnya seperti itu, harus bekerja semaksimal mungkin. Kalau ada keperluan pribadi atau keluarga, di sela-sela itu saja.

Keluarga diajak ke tempat kerja?

Kemarin saya ajak istri ke Semarang. Saya minta dia di Semarang dulu, saya "lompat-lompat" dulu ke kota lain, malamnya saya ke sana. Paginya saya sudah kabur lagi. Tahun baru juga begitu, waktu itu bareng anak. Jadi tetap bisa bertemu keluarga, tapi tetap bisa bekerja. Saya pikir kalau ada komunikasi yang baik, mereka juga bisa mengerti.

Keluarga sering mengeluh soal ini?

Keluhannya manusiawi saja, takut saya sakit. Sejauh ini terjadi kompromi, istri dan anak saya sangat pengertian serta mendukung karena kegiatannya jelas. Saya juga, kalau bisa tidak menginap. Kalau naik pesawat, saya bisa bolak-balik pulang. Jadi tetap tidur di rumah.

Tidak mengambil libur pada waktu lain?

Saya pikir tidak bisa. Ketika saya mendapat amanah sebagai Menteri Perhubungan, saya harus siap bekerja untuk bangsa dan negara. Kalau bisa, saya tidak perlu menghitung-hitung soal libur.

Punya pengalaman mudik seru?

Saat mahasiswa, saya berkuliah di Yogyakarta dan rumah di Palembang, Sumatera Selatan. Kadang-kadang saya dari Yogyakarta naik bus ke Jakarta. Lalu dari Jakarta ke Merak naik kendaraan umum, terus naik kapal, baru naik kereta api. Saya banyak teman dari kelompok lain, seperti dengan pelajar dari Gontor, kenal anak-anak yang rada preman. Dari situ saya memiliki keberanian. Dulu kan saya jago kandang, tidak ke mana-mana sebelum kuliah. Itu menjadikan saya tangguh.

Apa kekurangan yang akan diperbaiki soal mudik?

Berusaha untuk memastikan waktu orang mudik, harus ada jamnya, tak bisa lagi seenaknya sendiri. Kalau semua keluar di waktu yang sama, ya jalan macet. Kedua, meningkatkan moda angkutan khususnya bus dan kapal. Lalu soal angkutan truk, sebenarnya bisa dipakai, bisa tetap jalan. Hanya sekarang mereka kelebihan beban, kecepatan seharusnya 70 kilometer per jam, jadi hanya 30 kilometer per jam, sehingga ada pembatasan.

Kalau soal tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba...

Saya memang katakan di Kementerian Perhubungan, ada dua pekerjaan rumah paling berat, yaitu pelayaran rakyat dan (sistem) online. Online adalah keniscayaan. Di sana (Danau Toba) sangat minimal sekali. Di sana juga tidak ada equilibrium dan feasibility yang baik. Sehari-hari kapal penyeberangan tak ada yang memakai, tapi saat liburan dibutuhkan, sehingga mereka tak punya uang untuk memperbaiki fasilitas keamanan, keselamatan, dan investasi untuk memperbagus kapalnya.

Solusinya?

Sama seperti yang saya lakukan di bus, bagaimana kapal-kapal itu diupayakan memiliki durasi pemakaian yang banyak. Kalau dipakai lebih banyak, dia punya penerimaan lebih banyak. Kalau penerimaan banyak, bisa lebih baik. Itu prinsip, selain kami memberi tambahan kapal-kapal subsidi, baru (kemudian) berbicara ketaatan.

KM Sinar Bangun tidak memiliki manifes?

Kapal tersebut kelebihan penumpang, hal itu menunjukkan tidak ada manifes. Kalau surat izin berlayar (SIB) tidak ada, sama dengan dia melanggar, apalagi berbicara life jacket. Kapasitas 43 orang, ada yang berbicara ditumpangi 200 orang. Saya tidak percaya. Karena dua kali lipat saja sudah padat. Pesan yang kami lakukan adalah bagaimana membuat feasibilitas kapal-kapal itu lebih baik, agar bisa memperbaiki kapalnya. Lalu yang kedua penegakan hukum.

Cara meningkatkan feasibilitas?

Ya, (dipakai untuk) wisata. Kapal itu cuma dipakai Sabtu-Minggu, padahal kan investasinya mahal. Bagaimana (kapal) itu bisa terus jalan, bisa mengangkut turis, open trip. Tugas kami melakukan revitalisasi. Kami juga secara konsisten membangun kapal-kapal rakyat yang kira-kira harganya Rp 1 miliar, agar mereka bisa meningkatkan layanan.

Penindakan untuk syahbandarnya?

Kalau syahbandarnya gampang, bukan mau kasar, bisa saja diberhentikan. Masalahnya jika itu kami lakukan, kalau kapalnya tidak sehat, ya sama saja, tak menyelesaikan masalah. Ini kapalnya harus sehat, pendisiplinan orang juga mesti dilakukan. Langkah itu harus diikuti bagaimana feasibilitas kapal-kapal itu.

Usia kabinet tinggal setahun, setelah ini apa yang ingin Anda kerjakan?

Saya itu tidak bisa tak bekerja. Saya beruntung dulunya arsitek, masih bisa mengoprek-oprek. Saya juga ada warung pempek, bisa ke sana. Bisa juga mencoba membuka bisnis kecil-kecilan, yang penting ada kegiatan. Kalau mengajar saya tidak begitu berbakat, kurang pintar saya, he-he-he.
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus