Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Mimpi Besar Veddriq Leonardo Tampil di Olimpiade

Veddriq Leonardo berfokus mengumpulkan poin dan podium juara demi mendapat kuota tampil di Olimpiade 2024.

14 Mei 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Atlet panjat dinding Indonesia Veddriq Leonardo memecahkan rekor dunia kategori speed putra dengan catatan 4,98 detik dalam IFSC-Climbing World Cup di Seoul, Korea Selatan, 28 April 2023. Dok. IFSC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Veddriq Leonardo memecahkan rekor kecepatan panjat tebing dunia di bawah 5 detik.

  • Ia mulai menekuni panjat tebing ketika SMA, lalu berlanjut ke berbagai kompetisi.

  • Veddriq mengikuti kompetisi internasional pertama dalam Kejuaraan Dunia di Rusia pada 2018.

Nama Veddriq Leonardo terbang tinggi di kancah panjat tebing dunia. Betapa tidak, nama atlet berusia 26 tahun itu sukses menjadi yang tercepat dalam olahraga panjat tebing di nomor kecepatan alias speed.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pertandingan Kejuaraan Dunia Federasi Olahraga Panjat Tebing Internasional di Seoul, Korea Selatan, akhir April lalu, Veddriq berhasil meraih medali emas. Bahkan, ia mengukir rekor dunia menjadi atlet panjat tebing pertama yang mampu mencatat waktu di bawah 5 detik di nomor kecepatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Veddriq mencatatkan waktu 4,90 detik. Veddriq mematahkan rekor dunia sebelumnya yang dibikin oleh rekan satu tim nasional, Kiromal Katibin, dengan waktu 5,00 detik saat tampil di kejuaraan yang sama di Chamonix, Prancis, 8 Juli 2022.

Pria asal Pontianak itu puas luar biasa atas capaian rekor baru tersebut. "Rekor waktu itu pun jadi catatan bagus selain podium. Sangat prestisius kalau buat atlet-atlet," kata Veddriq ketika diwawancarai Tempo melalui sambungan telepon, Jumat lalu.

Selain bercerita tentang hasil di Seoul, Veddriq berbicara tentang capaiannya dalam Kejuaraan Dunia Federasi Olahraga Panjat Tebing Internasional yang dihelat di Jakarta, 6-7 Mei lalu. Dalam kejuaraan tersebut, Veddriq terhenti di babak semifinal. Meski begitu, ia mengaku puas atas catatan waktunya.

Veddriq juga berkisah tentang porsi latihan sebagai persiapan mengikuti kejuaraan dunia selanjutnya hingga mimpi besar meraih satu tiket di Olimpiade 2024 di Prancis. Berikut wawancara lengkap dengan Veddriq Leonardo.


Bagaimana proses latihan setelah kejuaraan di Jakarta lalu? 
Setelah kejuaraan dunia lalu, kami langsung berlatih. Biasanya setiap hari latihan pada sesi pagi dan sore. Nah, karena setelah pertandingan lalu, jadi sesi sore saja. Maka, dalam sepekan lima hari latihan, libur dua hari, pada Rabu dan Ahad.

Kalau variasi latihan itu sama saja. Kalau enggak panjat, ya di gym. Variasi dua itu saja, terkadang ada latihan tanding dan berenang. Jadi, sesuai dengan kebutuhan saja. Kalau misalnya untuk persiapan umum, ya latihannya berat. Tapi kalau sebelum kompetisi, latihannya lebih ringan tapi fokus ke panjatnya.


Bagaimana perjalanan Anda di Kejuaraan Dunia di GBK lalu?
Pertandingan yang lalu di Jakarta yang saya lihat itu animo masyarakat atau penonton sangat luar biasa. Jadi menambah motivasi dan semangat kami bertanding. Untuk pertandingan, dinamikanya sangat luar biasa. Yang lolos kualifikasi itu catatan terakhir di peringkat ke-16 itu di 5,3 sekian detik. Berarti sangat berat persaingannya. Dan untuk hasil, Indonesia bisa membawa satu medali emas dan satu perunggu di nomor putra dan satu medali perak di nomor putri. Sedangkan saya kandas di babak perempat final. Saya bertemu dengan wakil Cina dan sangat tipis perbedaan waktunya. Catatan waktu saya ketika itu 5,03 detik, sementara lawan saya itu 5,01 detik. Jadi, kalah tipis sepersekian detik itu bisa jadi bahan evaluasi kami ke depan.


Bagaimana cerita Anda bisa menang dalam Kejuaraan Dunia di Korea Selatan sampai pecah rekor tercepat dunia?
Dari babak kualifikasi memang waktu itu pertandingannya sangat mendukung. Iklim Korea Selatan itu subtropis, jadi kadang dingin banget, tapi kemarin suhunya lebih hangat mirip di Indonesia. Di Korea Selatan itu kan seri pertama kejuaraan dunia tahun ini. Jadi, kayak ada dorongan dari dalam diri untuk tampilkan sebaik mungkin karena sudah lama enggak ada kompetisi sejak tahun lalu. Lalu pesaing-pesaing sering unggah latihan mereka di media sosial. Jadi, momentum itu yang saya coba manfaatkan agar tim Indonesia lebih maksimal lagi.

Sejak kualifikasi itu saya geber saja. Dalam percobaan pertama memang sempat sedikit goyang di catatan waktu 5,3 detik. Lalu di panjat kedua dalam kualifikasi saya bisa pecah rekor di 4,93 detik. Lalu lanjut ke putaran final, saya ternyata ada dua kali catatan waktu di bawah 5 detik, yakni 4,90 dan 4,94 detik. Saya juga kaget dan enggak menyangka bisa dapat waktu 4,90 detik rekor dunia itu di babak semifinal. Kalau di laga final, catatan waktu saya 5,0 detik.


Seperti apa perasaan Anda bisa tiga kali tembus waktu kurang dari 5 detik?
Karena itu pertandingan pertama saya tahun ini, makanya saya gas saja. He-he. Apalagi kami lihat ada pesaing dari Amerika Serikat dan Cina yang kencang-kencang semua. Jadi, enggak ada pilihan buat saya main aman. Terlebih poin ini sangat penting bagi saya untuk menuju kualifikasi Olimpiade nanti.

Kalau ditanya perihal bagaimana perasaan saya, jelas senang banget jadi atlet pertama yang pecahkan waktu di bawah 5 detik. Rekor waktu itu pun jadi catatan bagus selain podium. Sangat prestisius kalau buat atlet-atlet.

Atlet panjat dinding Indonesia Veddriq Leonardo meraih medali emas dalam IFSC-Climbing World Cup di Seoul, Korea Selatan, 28 April 2023. Dok. IFSC


Sejak kapan kenal olahraga ini?
Awalnya ketika saya SMA kelas X tahun 2011-2012 saya bergabung dengan organisasi pencinta alam. Lalu dikenalkan oleh pembina dengan olahraga panjat tebing. Saya latihan sejak itu untuk pertandingan antar-sekolah. Waktu itu saya belum masuk di nomor speed. Masih di nomor lead dan boulder. Kelas XII SMA, ada seleksi untuk mewakili kontingen Kota Pontianak di kejuaraan daerah atau kejurda. Waktu itu saya masih belum lolos masuk tim, tapi tetap ikut latihan. Akhirnya, karena ada satu atlet yang lolos tapi tidak ikut berlatih, jadi saya dimasukkan ke dalam tim. Saat itu saya diberi kesempatan tampil di nomor speed perorangan dan beregu. Alhamdulillah, waktu itu mendulang medali emas dan perak.


Bagaimana ceritanya Anda yang latihan di nomor lead dan boulder tapi malah disuruh tampil di nomor speed?
Ketika itu, teman-teman yang senior sudah duluan main di lead dan boulder dan mungkin saya dianggap waktu itu masih belum bisa bersaing di nomor tersebut. Sehingga saya dimasukkan ke speed. Malah akhirnya saya merasa ada passion di nomor speed.


Lalu, bagaimana perjalanan karier Anda setelah di Kejurda mewakili Pontianak?
Pada 2014, saya bergabung ke tim Kalimantan Barat. Saya berfokus latihan di nomor speed. Saya bergabung pula mewakili Kalimantan Barat di Kejurnas dan kualifikasi PON. Di situ saya beberapa kali mendapatkan medali. Jadi, pada 2014 itu saya ikut Kejurnas Junior di Kepulauan Riau, tapi belum dapat hasil maksimal. Lalu ikut Kejurnas Junior di Bangka Belitung 2016, saya dapat medali pertama perunggu. Lalu saya dapat kesempatan tampil di Kejurnas Senior di Yogyakarta. Alhamdulillah, saat itu saya dapat medali perunggu juga.

Momentum itu pas banget Pelatnas untuk Asian Games sedang berlatih di Yogyakarta. Dari situ, pelatih Pelatnas mencari atlet buat latih tanding, dan saat itu terpilihlah saya salah satunya. Jadi, buat sparing partner tim nasional. Lalu saya berlatih beberapa bulan di sana. Sampai akhirnya kompetisi internasional pertama saya di Kejuaraan Dunia di Rusia pada 2018. Alhamdulillah, saya dapat medali perunggu. Di situ saya termotivasi giat berlatih. Memang fase-fase setelah 2018 itu ada yang hasilnya bagus, tapi ada yang kurang juga.


Adakah kompetisi yang paling berkesan untuk Anda?
Di Salt Lake City, Amerika Serikat, pada 2021. Waktu itu kompetisi pertama sejak 2019 karena pandemi Covid-19. Selama 2020, kami latihan terus, tapi enggak ada kompetisi. Lalu di Salt Lake City itu Indonesia tidak bisa kirim banyak atlet. Saat itu, saya dan Kiromal Katibin yang berangkat ke Salt Lake City.

Target pelatih saat itu cuma datang ke sana untuk pecahkan rekor. Alhamdulillah saat itu terwujud. Kami pecah rekor waktu tercepat dan bawa podium satu dan dua. Jadi, momentum bagusnya itu saat Kiromal Katibin pecahkan rekor dunia saat di kualifikasi dan saya bisa pecahkan rekor dia di final dengan catatan 5,20 detik. Hal itu yang sangat berkesan.


Catatan rekor Anda semakin tajam, dari 5,20 detik pada 2021, kemudian 4,90 pada 2023, apakah ke depan semakin cepat pecah rekor lagi mungkin oleh Anda atau pemain lain?
Bisa jadi dan sangat memungkinkan. Karena negara-negara lain semakin fokus. Mereka juga mengincar Olimpiade di panjat tebing nomor speed. Apalagi performa atlet putra itu semakin mepet waktunya. Catatan 5 detik itu sudah terlalu banyak. Pasti mereka semakin ingin pecahkan waktu di 4 koma sekian detik.

Altet panjat tebing Veddriq Leonardo (kanan) beradu kecepatan saat kualifikasi putra panjat tebing nomor speed di Gelora Bung Karno, Jakarta, 6 Mei 2023. ANTARA/Galih Pradipta


Bagaimana persaingan panjat tebing nomor speed di kancah internasional? Bagaimana peluang atlet Indonesia?
Kalau berdasarkan data hasil kompetisi, tim besar seperti Cina, Amerika Serikat, dan Italia sudah mulai merata. Setiap kontingen punya jagoan pemanjatnya sendiri-sendiri. Catatan waktunya sudah beda-beda tipis.

Kalau peluang atlet Indonesia, menurut saya, kita punya potensi itu, asalkan kita tetap kembangkan terus atletnya. Karena tim-tim lain pun berkembang baik. Mereka semakin banyak peminatnya. Bahkan ke arah latihan menggunakan sains dan dukungan pemerintah mereka yang enggak main-main. Jadi, Indonesia masih tetap berpeluang, tapi ya itu harus latihan terus.


Apakah tim Indonesia sudah pakai sains dalam latihan?
Hampir semua negara sudah, ya. Indonesia pun sudah, misalnya untuk aspek pemulihan, seperti makanan, jenis latihan, sudah mirip-miriplah dengan tim besar dunia. Tinggal atletnya saja lebih berfokus latihan dan lebih termotivasi.


Kejuaraan apa paling dekat dan bagaimana persiapan Anda?
Kejuaraan paling dekat adalah Kejuaraan Dunia seri ketiga di Salt Lake City, Amerika Serikat, pada 19 Juni mendatang. (Seri pertama di Seoul, Korea Selatan, pada akhir April lalu dan seri kedua di Indonesia pada akhir pekan lalu). Targetnya, saya ingin kumpulkan poin sebanyak-banyaknya agar bisa bertanding lagi di kualifikasi Olimpiade. Itu berarti saya minimal harus podium atau hasilnya bagus. Tapi target saya podium.


Seperti apa latihan menjelang ke kompetisi di Salt Lake City?
Kami enggak lama lagi berangkat. Tinggal latihan menjaga performa. Biar enggak terlalu drop saat bertanding. Jaga kondisi fisik saja dengan porsi latihan tidak terlalu berat. Kami berangkat ke Salt Lake City pada 14 Juni nanti dan bertanding pada tanggal 19. Dari tim Indonesia yang berangkat ada sembilan atlet—enam atlet putra dan tiga atlet putri.


Bagaimana target dari pelatih dan federasi di Kejuaraan Dunia di Salt Lake City nanti?
Kalau pelatih, enggak pasang target. Yang pasti, mereka minta kami tampilkan apa yang sudah kami tampilkan saat latihan. Misalnya catatan waktu segini ya harus ditampilkan juga di kompetisi. Kalau menang-kalah itu belakangan. Yang penting tampil maksimal saja.


Apakah ada misi mempertajam rekor dunia Anda?
Secara pribadi ada, he-he. Banyak teman yang bertanya itu juga. Dalam hati kecil, saya sebenarnya pengin. Cuma agak saya kesampingkan. Karena kejuaraan ini bagian dari poin menuju kualifikasi Olimpiade, jadi saya harus fokus untuk raih podium saja. Sebab, kalau terlalu digeber, takutnya bisa terpeleset.


Bagaimana cara mendapatkan kuota tampil di kualifikasi Olimpiade?
Buat kualifikasi Olimpiade ada tiga tahap. Pertama, di kejuaraan dunia dengan memperebutkan dua kuota untuk nomor speed putra. Di nomor speed putri pun memperebutkan dua kuota. Lalu ada di zona kontinental di kejuaraan Asia itu memperebutkan satu kuota di putra dan putri.

Lalu pada 2024 nanti ada kualifikasinya. Jadi, yang sudah dapat kuota tadi diadu lagi untuk bisa ikut Olimpiade. Jadi, memang sedikit kuotanya. Saya optimistis Indonesia bisa meloloskan atletnya di Olimpiade.


Bagaimana respon keluarga saat Anda pertama kali memilih fokus di olahraga ini?
Awalnya memang orang tua ingin saya fokus ke sekolah. Saat itu, peminat olah raga ini pun sangat kecil. Belum lagi dianggap cukup ekstrem. Jadi, semakin skeptis orang tua saya waktu itu. Di Pontianak pun olahraga ini belum terlalu dikenal saat itu.

Titik baliknya ketika saya berprestasi di kejuaraan daerah. Orang tua mengizinkan saya lanjut di olahraga ini. Mereka malah semakin mendukung saya ketika saya tampil di tingkat nasional dan internasional. Mereka bangga anaknya bisa berprestasi.


Bagaimana tanggapan orang tua Anda ketika tahu Anda pecahkan rekor dunia?
Yang pasti senang dan sangat bangga. Ya, pokoknya sangat luar biasa. Enggak cuma kerabat, tetangga dan teman saya juga ikut bangga.


Olahraga ini belum terlalu dikenal dan malah dianggap berbahaya. Bagaimana menurut Anda? 
Kalau menurut saya, sejak Asian Games 2018 panjat tebing nomor speed dapat medali itu mulai populer. Sudah banyak fasilitas panjat tebing dibangun bukan cuma di sekolah dan kampus. Menurut saya, itu sudah jadi satu langkah bagus dibanding dulu sebelumnya.
Sekarang, fasilitas semakin bagus, alat-alatnya semakin bagus. Sekarang sudah banyak orang yang mempelajari olahraga ini. Selain itu, pelatihnya semakin banyak, jadi bagus untuk mengarahkan yang muda-muda. Sekarang olahraga ini lebih aman, sehingga orang tua enggak perlu khawatir berlebihan.


Dalam olahraga panjat tebing, cengkeraman jari menjadi hal yang sangat penting. Bagaimana cara Anda melatih cengkeraman jari?
Kalau menurut saya, cengkeraman tangan itu sangat penting. Ibaratnya fondasi olahraga ini. Cengkeraman tangan itu jadi hal yang pertama dilatih. Latihannya seperti pull up, skipping berapa menit, lalu naik-turun itu bisa meningkatkan cengkeraman tangan kita.


Bagaimana risiko cedera dalam olahraga panjat tebing?
Pasti ada risiko di setiap aktivitas, enggak cuma olahraga. Jari harus bisa menopang berat badan kita sendiri pasti ada risiko. Lalu yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan risiko itu. Caranya dengan berlatih sesuai dengan porsi, siapkan pemanasan dengan baik.

Jangan terlalu memaksa dan berlebihan dalam berlatih. Tapi cedera paling sering dalam olahraga ini adalah cedera bahu, jari. Ada pergelangan kaki juga karena mungkin waktu mendarat tidak pas posisi kakinya.

Altet panjat tebing Veddriq Leonardo mengikuti sesi latihan saat Kejuaraan Dunia Panjat Tebing di Gelora Bung Karno, Jakarta, 6 Mei 2023. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah


Bagaimana bibit muda panjat tebing nomor speed di Indonesia?
Yang pasti ada perubahan semenjak Asian Games 2018 nomor speed panjat tebing bisa bawa medali. Jadi berimbas pada banyaknya animo masyarakat yang ingin berlatih panjat tebing. Seperti ada sekolah panjat tebing dibangun di setiap daerah. Ini bisa dongkrak prestasi dan atlet. Tapi harus kita sadari, saat ini Indonesia sedang berproses. Enggak bisa langsung bersaing di level internasional, khususnya di nomor lead dan boulder. Kita masih butuh waktu.

Karena memang Indonesia masih tertinggal beberapa puluh tahun dibanding negara-negara yang sudah lama jadi pusat olahraga ini. Contohnya, mereka punya fasilitas yang lebih lengkap dan pakem panjat tebing lebih baik. Semoga saja panjat tebing Indonesia dalam beberapa tahun ke depan punya banyak atlet bagus di nomor lead, boulder, dan speed juga.


Apakah Anda masih sering panjat tebing di alam?
Karena ini sudah masuk ke kalender kompetisi, jadi enggak boleh main di alam. Kalau main panjat tebing di dinding, masih boleh. Saya dasarnya itu panjat dinding, tapi kalau misalnya ada yang ajak ke tebing alam, ya oke saja, he-he.


Apa hobi Anda?
Hobi saya main bulu tangkis, he-he. Saya dulu senang bulu tangkis karena hampir setiap sore main sama teman-teman. Tapi untuk berfokus jadi atlet (bulu tangkis) enggak kepikiran juga. Karena memang waktu itu kondisi tidak memungkinkan.


Profil
Nama: Veddriq Leonardo
Lahir: Pontianak, 11 Maret 1997
Usia: 26 tahun
Pendidikan: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura

Prestasi
- Asian Games
2018, Jakarta-Palembang, Indonesia, 1 medali emas

- Kejuaraan Asia
2019, Bogor, Indonesia, 1 medali emas, 1 medali perak
2022, Seoul, Korea Selatan, 1 medali perak

- Kejuaraan Dunia IFSC
2018, Moscow, Rusia, 1 medali perunggu
2021, Salt Lake City, Amerika Serikat, 1 medali emas
2021, Villars, Swiss, 1 medali emas
2022, Seoul, Korea Selatan, 1 medali emas
2022, Salt Lake City, Amerika Serikat, 1 medali emas, 1 medali perunggu
2023, Seoul, Korea Selatan, 1 medali emas

- Pekan Olahraga Nasional
2021, Papua, 1 medali emas

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus