Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HAL yang sudah lama didesakkan masyarakat itu akhirnya terwujud. Pemerintah membubarkan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) pada 13 Mei lalu. Anak perusahaan Pertamina itu selama ini mendulang kritik serta dituding penuh permainan dalam menyediakan minyak mentah dan bahan bakar minyak.
Perusahaan yang berkedudukan di Singapura itu membeli minyak dari mana saja untuk dijual ke Pertamina. Pembubaran Petral akhirnya membuat Pertamina berhemat US$ 20 juta (sekitar Rp 258 miliar). Atas rekomendasi Satuan Tugas Anti-Mafia Migas, kewenangan Petral dilimpahkan kepada Integrated Supply Chain (ISC), unit usaha Pertamina.
Di era pemerintahan Joko Widodo, pembubaran Petral tampak menjadi salah satu agenda penting. Tak kurang Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan pekerjaan rumah utama Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto adalah menganalisis secara mendalam keberadaan Petral. Dwi menjawab tugas itu dengan cukup cepat. Apa yang membuat ia seperti tak punya beban membubarkan Petral? "Barangkali mungkin karena saya berpikir terlalu simpel. Saya hanya berpegang pada fungsi dan dampaknya. Saya hanya berbicara bisnis, tidak macam-macam," katanya.
Mantan Direktur Utama Semen Padang ini berbicara banyak seputar pembubaran Petral dan kesiapan Pertamina tampil lebih mengkilap pada tahun-tahun mendatang. Pada Kamis pekan lalu, dia menerima wartawan Tempo Retno Sulistyowati, Bernadette Christina Munthe, Ayu Prima Sandi, Nur Alfiyah, dan fotografer Aditia Noviansyah di ruang kerjanya.
Mengaku sebagai petarung (fighter), Dwi siap menghadapi imbas dari pembubaran Petral. "Buat saya,leaderitu kerjanya ya melakukan perubahan," ujarnya.
Awalnya Anda menyebutkan bahwa pembubaran Petral hanya dilakukan sebagian, kemudian menjadi seluruhnya. Bisa diceritakan bagaimana pertimbangannya?
Saya lihat orang belum percaya kepada Pertamina. Karena itu, salah satu yang perlu didorong, Pertamina harus menjaditrusted company. Dengan begitu, ketika melakukan transformasi akan mendapatsupportdari banyak pihak. Salah satu langkah menjaditrusted company, perusahaan ini harus berjuang membangun efisiensi.
Kami mendengar ribut-ribut impor-ekspor dari crude ataupun produk. Ternyata kinerja keseluruhan itu sangat dipengaruhi proses di procurementataupun dicrude. Ternyata struktur biaya di kilang 93 persen dipengaruhi biaya bahan baku. Nah, proses pembeliancrudeini dilakukanby designoleh Petral. Proses pembelian yang panjang itu demi efisiensi harus dipotong. Pertamina harus beli langsung.
Jadi memperpendek proses bisnisnya?
Iya. Salah satunya efisiensi itu kan bisa dilakukan apabila proses bisnis itu semakin pendek. Apabila dilakukan lewat produsen dari a, b, c, itu pasti mahal karena setiap titik tersebut adafeeyang harus dibayar. Jadi rantai menuju Pertamina harus dipotong. Integrated Supply Chain (ISC) melakukan pembelian langsung. Jadi, tak hanya menetapkanownerestimate, tapi juga langsung melaksanakan pembelian.
Menteri BUMN mengatakan pembubaran Petral akan selesai pada April 2016. Bagaimana tahapannya?
Pertama, sekarang dilakukandue diligence, mendata secara detail asetnya. Kami amankan dulu datanya karena sebelumnya ada yang terpisah dengan server di sini. Kedua, kami cek asetnya, dicocokkan dengan data. Lalu masuk aspek legalnya, termasuk kontrak. Tidak bisa dong serta-merta langsung kami akui. Tetap kami lakukan audit dan legal, mengecek kontrak yang ada, renegosiasi kalau tak sesuai dengan kewajaran. Selain itu, ada permintaan dari pemegang saham untuk melakukan audit investigasi. Ini yang harus kami lakukan. Saya kira itu paling tidak butuh waktu empat bulanlah.
Hasil auditnya akan digunakan untuk apa?
Untuk melihat ada tidak hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.
Kalau ditemukan pelanggaran, apakah akan dibawa ke pihak yang berwajib?
Iyalah. Kalau enggak, nanti orang bertanya untuk apa dilakukan audit.
Bagaimana dengan tanggapan para penyuplai dari luar negeri setelah pembubaran ini?
Penyuplai di luar negeri tak langsung datang ke Pertamina, berdiskusi tentang posisi yang baru. Orang di sana masih banyak yang mikir, apa benar ini Pertamina yang akan meng-handle. Apa tidak mungkin pindah ke Petral lagi? Saya bertemu dengan beberapa supplier besar di luar negeri untuk mendapatkan harga terbaik, dia kayaknya masih menghindar. Akhirnya saya sampaikan,"OK, we will do directly, and we bring the relationship for long term." Kalau memang Anda tak berminat, ya oke, saya cari yang lain.
Lalu apa tanggapan mereka?
Mereka bilang,"No." Mereka paham Petral sudah tak ada dan akan langsung Pertamina. Saya melihat banyak pihak di luar negeri yang masih belum percaya Petral kami bubarkan, meskipun ini masih dalam proses. Mungkin mereka berpikir siapa tahu prosesnya yang sampai April tahun depan bisa goyah, lalu enggak jadi.
Bagaimana tanggapan pihak lain?
Awalnya banyak yang menyatakan tak mungkin karena butuhworkingcapitalbesar dan sebagainya. Tapi ternyata kalau diangkat mengenai workingcapitalitu sebenarnya adalah kebutuhan Petral untuk menerbitkan LC (letter of credit). Lalu orang berpikir tidak mungkin Pertamina mendapat dukungan sebesar itu dari bank. Sebenarnya yang tak masuk akal adalah, kalau untuk anak perusahaan bisa, masak untuk induknya tak bisa? Jadi saya katakan harus jalan.Perbankan kemudiansupport.
Sejak kapan pembelian itu tak menggunakan LC?
Januari, baru sekian persen. Sekarang semuanya sudah, kecuali ada beberapa yangcrude-nya hanya bisa dibeli di Arab Saudi. Karena memang sumbercrude-nya dari sana, misalnya untuk Cilacap. Ke depan, Pertamina harus mencarianotherresource, untuk menyebarpoweryang lebih kuat.
Kenapa Arab Saudi masih menggunakan LC, padahal mereka mitra lama?
Sekarang mereka masih mempersyaratkan ada LC. Namanya bisnis kan kedua belah pihak. Selama kami belum punya pilihan, tentu kami terima. Tapi Pertamina tidak boleh diam, harus membuka diri mencari anotherre source.
Apakah tak bisa jika sumber pembeliannya diganti, bukan dari Arab Saudi lagi?
Sementara ini belum. Nanti kami lihat setelahupgradingguna meningkatkan kapasitas dan kompleksitas produknya.
Selama ini kan ada asumsi Pertamina tanpa Petral tak akan mendapatkan barang dan harga yang bagus.
Kita alfa sudah bisa satu dolar lebih, lebih murah dari 2014 yang melalui Petral. Yang kedua, kami beli sebagian besar tanpa LC.
Bagaimana dengan pembelian pada semester kedua?
Pembelian untuk semester kedua mendapat harga yang lebih baik. Semester pertama kan masih belajar. Januari-Februari masih mencetak sistem dan sebagainya. Belum mendapat harga terbaik. Enam bulan mendatang lebih memantapkan, dan kami berharap tahun depan sudah punya pola yang jelas. Apakah orang yang memiliki produk ini ikut membangunstoragedan sebagainya.
Soal pengadaan, jadi nanti ISC akan langsung berhadapan dengan pasar?
Pertamina akan berhadapan langsung dengan pasar lewat ISC. Tak perlu (tangan lagi) untuk pengadaan. Kalau misalnya kami punyainternationaltradingarm, itu dari luar negeri. Kalau untuk ke Pertamina, ya, ngurusi sendiri.
Bagaimana memastikan apa yang terjadi di Petral tak terbawa lagi di ISC?
Terbuka, transparan. Semua orang bisa melihat ISC seperti apa, performanya seperti apa. Kalau sudah dipelototi banyak orang, insya Allah bersih.
Meski sudah tak lagi menggunakan Petral, kabarnya pengadaan untuk enam bulan ke depan, Juli-Desember, masih dilakukan pemain lama. Apa benar?
Enggak juga. Sepertinya karena lebih bervariasi dan lebih banyak. Siapa pun, misalnya adaplayerlama yang menang, kalau dia menawarkan lebih murah, apa kami tolak? Sebab, kepentingan buat kami, Pertamina mendapatkan angka terbaik, tidak peduli siapa dia.
Apakah akan ada perubahan masalah kontrak di bawah kepemimpinan Anda?
Ke depan, kami mungkin tak hanya berpikir spot. Sekarang kami masih menggarap spot, tiga bulan, enam bulan. Tentu saja kami akan masuk dilongtermapabila lebih menguntungkan Pertamina. Memang pada umumnya strategi antara longtermdanspotharus di-mix. Jadi, ketika harga turun, kita harus memanfaatkanspotbanyak karena memang kan kontrak yang dibeli masih harga mahal bisa dikurangi. Kalau harga naik seperti sekarang,long termini yang bagus. Jadimixini yang harus dilakukan.
Apa tujuan jangka panjang dari pembubaran Petral?
Suatu saat kami ingin membangun the real international trading arm. Karena itu, kami mesti membangun kepercayaan masyarakat kepada Pertamina. Sudah kami kalkulasi dan analisis dampaknya. Misalnya, oke kita mengeluarkancost,tapi efisiensi yang ditimbulkan dengan menjaditrustedcompanyakan menjadi lebih besar.
Apa harapan dari pembubaran ini?
Dengan pembubaran Petral, bukan hanya masalah Petral-nya, tapijuga culturedi Pertamina. Ini yang harus kita bangun, dan value ini yang untuk jangka panjang.
Keinginan publik membubarkan Petral ada sejak dulu, tapi saat itu susah terwujud. Ternyata, dalam beberapa bulan saja, Anda bisa. Apa sih persoalannya?
Barangkali mungkin karena saya berpikir terlalu simpel. Saya hanya berpegang pada fungsi, dampaknya. Saya hanya berbicara bisnis, tidak macam-macam. Hanya, oke ini fungsi penggantinya sudah ada, peran Petral sudah tak terlalu besar. Lalu masalahculture, tak bisa terlaksana apabilaculture lama masih eksis.
Ada orang-orang yang dulu mendapatkan kue dari Petral dan kini tentu saja tidak lagi. Anda mendapat tekanan ketika membubarkan Petral?
Ha-ha-ha.... Resistansi, kritik, dan tekanan itu pasti ada. Cuma, sekarang kan kalau tekanan kita hadapi. Ngelessana-ngeles sini kan itu biasa.
Ini sempat membuat Anda mengalami stres?
Barangkali, dibandingkan dengan pekerjaan lama, ada. Tapi kan saya berolahraga, melakukan kegiatan seni. Itu tempat hiburan saya.
Anda terlihat percaya diri membubarkan Petral dan melakukan bersih-bersih. Apa yang membuat Anda tak waswas? Apakah adabackup setelah Anda mendatangi Presiden?
Itu nomor satu.Supportdari Pak Presiden dan arahannya sudah jelas apa yang hendak dibangun dari pemerintah baru. Dan mungkin karena salah satunya saya seorangfighter.
Jika memang seorang fighter, tanpa datang lebih dulu ke Presiden pun Anda tetap akan membubarkan Petral?
Kalau melihat seperti tadi, dampaknya yang cukup bagus tadi, yo, kami lakukan. Kan, ini tanggung jawab direktur utama. Buat saya,leaderitu kerjanya ya melakukan perubahan. Jadi, kalau kawan-kawan di media merasa Pertamina tak ada perubahan, berarti saya gagal.
Anda sebelumnya memimpin Semen Indonesia. Ada perbedaan dengan saat memimpin Pertamina kini?
Pertama kali saat ditunjuk, saya coba renungkan apa sih tugas Pertamina. Sebab, sebagaileader,saya bisa saja berpikir tentangprofit supaya korporasinya berkembang, seperti di Semen Indonesia. Tapi di Pertamina lain. Apalagi arahan pemerintah adalah bahwa di era sekarang berkali-kali menggarisbawahi Pasal 33 (Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian). Ketika kita berbicara tentang energi, yang punya peran itu Pertamina, dan yang lainnya. Saya melihat ada dua peran yang harus dipikul Pertamina. Pertama, ikut menjadi tangan negara demi kemandirian energi. Kedua, peran korporasinya sendiri, membangun daya saing.
Anda tak memiliki latar belakang migas. Apa yang Anda lakukan untuk ngebut mempelajari semua ini?
Sejak ditunjuk di Pertamina, saya beri waktu diri saya tiap hari masuk pukul 7 pagi, bekerja sampai pukul 11 malam. Itu masih bawa lagi dokumen yang belum selesai ke rumah. Saya enggak punya hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur.
Setelah memimpin Pertamina, bagaimana Anda memandang perusahaan pelat merah terbesar ini?
Saya tak suka membanggakan Pertamina sebagai BUMN terbesar di Indonesia. Itu bukan tempat perbandingan yang bagus. Kalau yang bagus, ya, membandingkan di negara lain. Di situ kita akan lihat kelemahan kita. Kita bandingkan, misalnya, dengan Petronas, dengan Thailand. Kalau ternyataupstreamkita cuma 23-24 persen dari produksi minyak nasional, di sini kita harus teriak.
Lalu apa yang akan Anda lakukan jika melihat kondisi seperti ini?
Mau tak mau, berikanlah Blok Mahakam ke kami. Apa lagi blok yang mau habis, berikan ke kami. Tak boleh ada keraguan. Pertamina harus bisa dan mampu mengambil alih blok-blok yangexpired. Pada 2025, Indonesia harus mandiri energi, khususnya migas. Bagaimana kita mau menyatakan mandiri kalau lebih dari 50 persennya impor, tergantung orang lain? Kalau diembargo, kita bakal kelabakan. Karena itu, strateginya tidak boleh tidak, ekonomis tidak ekonomis, kilang harus dibangun.
Kinerja kuartal I sempat meleset. Kabarnya karena kena kontrak jangka panjang dengan harga yang lebih mahal.
Oh, iya. Yang Januari-Februari kan inventori produk kira-kira 18 hari. Inventori ini ketika dia di kapal, masuk kapal, lalu jalan sudah milik Pertamina. Sampai di Indonesia sekitar 20 hari, lalu inventori distoragesendiri 1 bulanan. Lalu kilang di produk, juga kira-kira 30 hari. Jadi, ketika kami jualan Januari, ada yang kami beli pada Oktober. Kan, enggak bisa inventori ini enggak diproses. Jadi, ya, inventori ini diproses dengan harga segitu.
Berapa target produksi Pertamina?
Saya enggak hafal angkanya. Tapi sekarang produksi di angka 5.000 barel per hari. Kami targetkan pada 2025 menembus angka 2 juta.
Itu berarti menambah lebih dari tiga kali lipat. Bagaimana komposisi produk dalam negeri nanti?
Kalau kira-kira sekarang di dalam negeri 2 juta, hanya 23-24 persen (oleh Pertamina). Kemudian di dalam negeri itu bisa 5 persen di atas produksi. Kalau bisa dipertahankan 2 juta, mungkin kira-kira 1 juta atau 1-1,5, yang 5.000 lagi dari luar negeri. Untuk kilang sekarang, 800 ribu. Dengan programupgrading,akan naik menjadi 1,6. Dannew grass rootnambah 300. Untuk menembus angka 2 juta, butuh satu lagi. Pemerintah akan bekerja sama dengan swasta yang berpotensi. Artinya, kita lihat 80 persen lebih dari demand nasional bisa disuplai oleh Pertamina.
Ada banyak masalah di Pertamina, termasuk soal penguapan minyak yang menyebabkan kerugian. Bagaimana mengatasi masalah ini?
Kami bentuk tim khusus penanganan losses ini. Kami lombakan kepada semua unit nanti pada ulang tahun 10 Desember. Akan kami beri penghargaan kepada siapa yangthelowest losses dan delta penurunanlossesterbanyak. Dan seperti kemarin, kalau ada kapal yang kayaknyalosses, ditahan kapalnya.
Toleransi losses seberapa besar?
Standar internasional 0,3 persen, tapi Pertamina bikin standar sendiri, 0,2 persen. Sekarang kami berada di 0,3-0,33.
Angka ini merupakannatural losses karena menguap?
Belum tentu. Kenapa tadi dia bisa losses sampai 0,4-0,5, ya, karena bocor di jalan, karena kapal-kapal bisa bermain. Kalau yang 0,2 itu natural. Bukan memberikan toleransi kepada yang mengambil.
Anda mengatakan melakukan transformasi di tubuh Pertamina. Untuk itu perlu sistem baru atau masih menggunakan cara lama?
Tergantung dalam perjalanan. Yang sekarang ini masih sangat relevan dengan lima pilar itu. Ke depan, kami akan membuat segmentasi anak perusahaan. Ada deputi direktur yang menangani per produk, minyak, gas, pelumas. Dia akan memegang dari Sabang sampai Merauke. Anak perusahaan yang tak terkait dengan undang-undang kemudiangopublic, ini juga akan memberikan transformasi. Apakah Pertamina ke depan akan membangunpureholding? Kalau sekarang masih ada operasinya di kilang, marketing masih Pertamina. Ke depan, kita akan melihat lagi apakah akan lebih baik.
Manajemen sebelumnya aktif sekali beli sana-beli sini, walau ternyata di bawah ekspektasi. Bagaimana dengan manajemen di bawah Anda?
Kami juga harus aktif. Karena itu, manajemen Pertamina harus cukup aktif melaksanakanroad show,dan kami sudah bilang ke pemerintah agar menjadi media ke negara-negara produsen.
Sudah ada yang dilirik?
Ada yang sudah menawarkan ke kita, misalnya Rusia, Iran, Irak, dan Nigeria. Semua ini akan kami pelajari.
Ihwal yang di bawah ekspektasi tadi, akan dijual atau bagaimana?
Kalau sekarang ini dengan harga yang rendah. Ini waktunya membeli, bukan menjual. Kalau membelinya di harga 100 tapi dijual dengan harga 60, kita yang rugi. Melihat kondisi bahwa Indonesia membutuhkan tambahan, sekarang akan kami pertahankan.
Dwi Soetjipto Tempat dan tanggal lahir: Surabaya, 10 November 1955 Pendidikan: Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (1975), Magister Manajemen Universitas Andalas, Doktor bidang ekonomi di Universitas Indonesia Karier: Direktur Litbang Semen Padang (1995-2003), Komisaris Utama PT Igasar (1998-2003), Direktur Utama Semen Padang (2003-2005), Direktur Utama PT Semen Gresik Tbk (2005-2014), Direktur Utama PT Pertamina (Persero) (2014-) |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo