Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ambulans berlogo Partai Gerindra masuk ke halaman IGD RSUD Tarakan malam ini, 22 Mei 2019 sekitar pukul 20.24 WIB. Di dalamnya ada dua orang korban aksi 22 Mei yang memerlukan perawatan medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kena gas air mata di Bawaslu," kata seorang yang ikut membawa korban di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Rabu malam, 22 Mei 2019.
Kedua korban adalah Habibi Rumen, 22 tahun, dan Roby Sanjaya (18 tahun). Habibi tercatat sebagai warga Karet Tengsin, Jakarta Pusat, sedangkan Roby berasal dari Sawangan.
Dari pantauan Tempo, korban dibawa dalam kondisi tak sadarkan diri. Mayoritas mereka yang terpapar gas air mata tiba di rumah sakit dengan nafas tersenggal-senggal atau tak sadarkan diri.
Sekitar pukul 21.10 WIB, satu korban dibawa lagi menggunakan ambulans Gerindra. Pihak RSUD Tarakan belum menuliskan identitas korban.n"Masih ada banyak (korban) di Bawaslu," ujar seorang yang ikut mengantar korban, Arfan.
Hingga Rabu malam tercatat 148 korban aksi 22 Mei yang dibawa ke RSUD Tarakan. Dua di antaranya meninggal pada Rabu pagi. Sementara itu 13 orang sebelumnya dikabarkan sudah dioperasi dan masih dalam perawatan.
Massa dan aparat kembali bersitegang Rabu malam. Kejadian dimulai setelah buka puasa berakhir. Kejadian berawal ketika mobil komando milik polisi meminta massa dari Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat untuk bubar.
Namun, massa aksi 22 Mei melemparkan sejumlah botol kaca dan plastik ke arah petugas. Tak hanya botol, massa juga sempat melempar petasan. Bahkan, sempat ada gas air mata dari kerumunan massa, meski belum diketahui apakah gas air mata itu milik massa atau polisi.