Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cerita Ustad Abdul Somad Minta Maaf Karena Tak Bisa Bela Anies

Ustad Abdul Somad mohon maaf ke Anies Baswedan karena dirinya gak bisa bela dia yang kerap dibully wsrganet.

2 Maret 2020 | 05.05 WIB

Ustad Abdul Somad. Instagram/@ustadzabdulsomad_official
Perbesar
Ustad Abdul Somad. Instagram/@ustadzabdulsomad_official

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ustad Abdul Somad alias UAS diundang memberikan tausiah dalam peresmian renovasi Masjid Cut Nyak Dien, Jakarta Pusat, Ahad, 1 Maret 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dalam ceramahnya itu, UAS menyinggung soal perundungan atau bully yang kerap dialamatkan Gubernur DKI Anies Baswedan, dari warganet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Anies yang hadir dalam peresmian itu hanya tersenyum menanggapi ceramah Somad.

Tausiah yang menuai gelak tawa itu dimulai saat Somad menyampaikan bahwa dirinya tidak bisa ikut salat Isya berjamaah dengan para jamaah yang hadir di Masjid Cut Nyak Dien.

Sebabnya, penceramah kondang itu mengaku telah melakukan salat jamak takdim atau menggabung salat Magrib dan Isya. Tausiah yang dimulai bada Magrib, kata Shomad, harus diselesaikan sebelum salat Isya, karena pria asal Pekanbaru, Riau, itu akan memenuhi undangan selanjutnya.

"Saya akan menyampaikan ini (tausiah) sampai tepat pukul 19.20," ucap Somad. "Loh kok gak sampe solat berjamaah? Apa gak solat isya? Saya sudah jama Takdim."

Somad pun berharap ketidak ikut sertaannya dalam salat berjamaah tidak menjadi fitnah. Sebab, Somad diundang gubernur untuk ikut meresmikan dan berceramah di Masjid Cut Nyak Dien.

"Somad diajak gubernur gak solat Isya berjamaah, Entar gubernur lagi yang kena (bully)," ujarnya. "Saya mohon maaf Pak Gubernur, saya gak bisa bela di sosmed. Karena saya pun babak belur juga (di bully di sosmed)."

Namun, Somad mengaku tidak menaruh dendam dengan perundungan yang diterimanya selama ini. "Tidak ada dendam, tidak ada marah. Enjoy semua kritikan itu. Kita anggap sebagai cara orang untuk menunjukkan bahwa kita rendah dihadapan Allah Swt."

Menurut Somad, perundungan bisa mengajarkan seseorang menjadi lebih bijaksana. Sebab, kritkan bisa mengingatkan orang akan kekeliruannnya. Sebab, kalau tidak ada kritikan manusia cenderung akan menjadi jumawa.

"Di sini saja saya ceramah berdiri. Biasa. Itu kalau tidak dibuly orang. Itu lama-lama ujung kita dipanggil kita Al mukarom profesor Ustad Abdul Somad LC MC. Tapi begitu kita dibuli, diejek orang baru sadar. Hei Somad. Hei tomat, hei kurus kering kerempeng," ujarnya.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus