Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Permukiman elit Pantai Indah Kapuk di pesisir Jakarta tak mampu mengelak dari dampak kemarau tahun ini. Kekeringan mereka alami sejak sebulan belakangan, membuat warganya berteriak berharap jaringan air bersih PAM Jaya bisa masuk kawasan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya ambil air sampai harus ke rumah mertua di daerah Pluit. Gosok gigi saja pakai air minum karena takut airnya kotor dan asin begitu,” kata seorang warga PIK, Jumat 4 Oktober 2019. Dia menolak namanya diberitakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hakim, Ketua RW 7 Pantai Indah Kapuk, mengatakan kalau air tak mengucur dari keran selalu terjadi setiap kemarau sejak lima tahun terakhir. Dia menduga itu karena sumber pengolahan air bersih di kawasan itu yang mengandalkan sumber dari sungai.
"Otomatis kalau musim kemarau semakin lama kan sungai juga semakin kering,” katanya.
Hermanto Doni, Ketua RT 12 RW 7, menerangkan kalau belakangan pengembang menyalurkan air bersih menggunakan truk-truk tangki. Itu pun sempat airnya keruh dan asin. "Sekarang sudah tidak keruh dan asin lagi tapi memang jumlahnya yang terbatas," katanya.
Ketersediaan air dari pengembang dengan jumlah rumah atau keluarga di kawasan PIK tidak sebanding. Dia menyebut hanya satu sampai empat truk tangki tersedia per kluster per hari. "Jadi harus bagi-bagi berapa liter per rumahnya,” kata Hermanto.
Penampakan air yang sudah mulai jernih namun masih asin seperti yang ditunjukkan oleh satu warga di perumahan di kawasan elit Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Jumat, 4 Oktober 2019. Sudah lima kali kemarau kawasan itu selalu kesulitan air bersih. TEMPO/Meidyana Aditama Winata
Atur-atur pembagian air bersih oleh warga permukiman elit ini juga diamini Bambang Irwanto, Ketua RT 11. “Sampai-sampai di grup percakapan Whatsapp saya minta list yang mau air dari tangki siapa saja? Yang membutuhkan di RT saya bisa sampai 50 orang,” katanya.
Walaupun sampai saat ini masalah keterbatasan air ini belum kunjung diselesaikan, mereka mengatakan pengembang tetap bertanggung jawab. Namun jika memang hal ini terus terjadi setiap kemarau dari tahun ke tahun dan tidak ada perubahan, mereka menyampaikan keinginan agar pengembang bekerja sama dengan PDAM.
“Harapan kami kalau memang mereka ga sanggup memberikan air bersih, biarkan pipa PAM masuk. Jadi kami juga dapet air dari PDAM. Investasi yang mereka (pengembang) sudah lakukan untuk pengolahan air bersih ya kami ga ganggu gugat, kami tetap bayar,” kata warga yang pertama.
MEIDYANA ADITAMA WINATA | ZW