Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mamih, 50 tahun, terus menggaruk badan dan kakinya yang gatal bukan main. Sela sela jari kakinya kemerahan dan sedikit terkelupas karena kutu air. "Gatalnya bukan main dan susah hilangnya," kata warga RT 01, RW 02, Kampung Gaga Wetan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang saat ditemui Tempo di rumahnya, Kamis, 17 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain penyakit kulit yang menderahnya, Mamih harus setiap hari menyerok air yang masuk ke dalam rumahnya agar tidak parah menggenang. "Meski lantainya sudah ditinggikan tetap saja air masuk sampai setinggi betis," ujarnya.
Kondisi rumah Satah, 75 tahun, warga kampung Gaga Kulon lebih parah lagi. Dia dan 40 rumah warga lainnya harus bertahan hidup di tengah kepungan banjir. Air setinggi lutut orang dewasa menggenangi kawasan RT 01, RW 02, tidak hanya jalan dan lingkungan, air juga masuk ke rumah mereka. "Sudah tiga bulan seperti ini," ujarnya.
Satah, tinggal bersama enam anggota keluarganya yang memilih menetap di rumah yang terendam banjir itu. "Kami hanya bisa bertahan, lantai rumah sudah tidak bisa ditinggikan, jadi kami buat balai-balai saja untuk tempat duduk dan tidur," kata buruh tani ini.
Soal penyakit kulit, kata Satah, sudah tidak mereka hiraukan lagi. "Yang kami khawatirkan kalo ada ular berbisa dan banjir semakin merusak rumah kami," ujarnya.
Mamih dan Satah, adalah potret hidup ratusan warga kampung Gaga yang sudah terendam banjir sejak Desember 2021 lalu. Banjir yang melanda pemukiman mereka tidak kunjung surut karena air tidak bisa mengalir. Air terkepung di dalam kampung itu karena tidak ada saluran pembuangan.
Pengamatan Tempo, banjir di kampung Gaga Kulon yang kondisinya sangat parah. Air berwarna hitam pekat dengan ketinggian betis orang dewasa menggenangi jalan dan rumah warga. Bau tak sedap menyengat dari genangan air itu.
Menurut Asep Suryadi, warga lainnya, banjir terjadi di kampung itu sejak pengembang Agung Sedayu menguruk area sawah dan empang dekat mereka tinggal. Pengembang raksasa itu kini sedang membangun kawasan hunian PIK 3 di sana. "Dulu disini tidak pernah banjir, tapi sejak pengembang membangun disini banjir dan parahnya air terjebak tidak bisa keluar," kata Asep.
Menurut dia, saluran air di Kampung itu sudah kalah tinggi dengan area pengurukan proyek pengembang itu.
Pengembang Agung Sedayu berjanji akan membuat sodetan dan saluran perimeter sebagai solusi jangka pendek dan jangan panjang penanganan banjir di kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. "Sodetan sudah kami siapkan saat ini sedang tahap pengerjaan," kata Eman Sulaeman, Manager Pembebasan Lahan PT Agung Sedayu, kepada Tempo, Kamis, 17 Februari 2022.
Menurut Eman, sodetan yang dibuat sepanjang 500 meter mulai dari kampung Gaga, desa Tanjung Pasir menuju desa Muara dan berujung ke laut. Hanya saja, kata Eman, proyek ini masih terkendala proses pengurukan dan hujan deras. " Memang ada pengurukan ditambah hujan deras. Efek dari pengurukan sodetannya belum bisa menampung air, akan kami perbesar. Sekarang masih ada genangan (kampung Gaga).
Selain itu, Eman melanjutkan, PT Agung Sedayu menyiapkan beberapa opsi jika sodetan ini tidak signifikan menyelesaikan banjir di Kampung Gaga yaitu polder dan pembangunan saluran perimeter. "Enam polder akan kami bangun dan nantinya pembuangan air dengan sistem pompa," kata dia.
JONIANSYAH HARDJONO