Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Fogging Dituding Tidak Efektif Cegah DBD, Ini Kata Guru Besar UI

Wali Kota Depok menyebut dua pasien DBD meninggal menunjukkan fogging sebagai gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) tidak efektif.

13 Februari 2019 | 16.06 WIB

Petugas Fogging Kecamatan Palmerah melakukan pengasapan di SDN Kota Bambu 07 Pagi, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat, 25 Januari 2019. Pemerintah DKI Jakarta menginstruksikan seluruh sekolah di Ibu Kota untuk mengantisipasi merebaknya kasus demam berdarah dengue atau DBD. ANTARA/Sigid Kurniawan
Perbesar
Petugas Fogging Kecamatan Palmerah melakukan pengasapan di SDN Kota Bambu 07 Pagi, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat, 25 Januari 2019. Pemerintah DKI Jakarta menginstruksikan seluruh sekolah di Ibu Kota untuk mengantisipasi merebaknya kasus demam berdarah dengue atau DBD. ANTARA/Sigid Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Universitas Indonesia Prof dr Saleha Sungkar menyatakan fogging sangat efektif untuk memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD). Bahkan pengasapan insektisida ini sangat efektif untuk penanggulangan ketika terjadi wabah.  

Baca: 2 Pasien DBD Meninggal, Wali Kota Depok: Fogging Tidak Efektif

Namun Saleha mengatakan fogging hanya efektif untuk penanggulangan saat terjadi kasus kejadian luar biasa (KLB) DBD di suatu daerah. 

"Pengasapan sangat efektif untuk membunuh nyamuk dewasa saat populasinya sedang tinggi. Jadi masih efektif kalau untuk kedaruratan saja," ujarnya dalam diskusi mengenai penyakit DBD di Jakarta, Rabu 13 Februari 2019. 

Fogging, kata Saleha, cepat sekali untuk menurunkan populasi nyamuk. Namun dia tidak menganjurkan jika pengasapan dilakukan secara rutin karena dinilai kurang efektif untuk memberantas populasi nyamuk.

Tak hanya kurang efektif, pengasapan menggunakan insektisida secara rutin juga mahal, mencemari lingkungan, bisa membuat vektor penular resisten, dan hanya memberikan keamanan palsu.

Dia menilai masyarakat sering kali merasa aman jika daerahnya sudah dilakukan pengasapan untuk mencegah demam berdarah padahal fogging tersebut hanya membunuh nyamuk dewasa dan masih menyisakan telur dan larva atau jentik nyamuk.

Terlebih lagi ada sejumlah masyarakat yang tidak mau dilakukan fogging di dalam rumah dan hanya di lingkungan sekitarnya saja. Padahal banyak nyamuk yang bersembunyi di dalam rumah seperti tumpukan pakaian atau barang-barang lainnya.

"Fogging memang membunuh nyamuk dengan cepat, tapi seminggu kemudian nyamuknya keluar lagi. Harusnya diikuti pemberantasan sarang nyamuk," ujar Saleha.

Cara paling efektif untuk menurunkan populasi nyamuk ialah dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di dalam rumah dan lingkungan sekitar rumah. Saleha memberi perhatian khusus pada tempat-tempat penampungan air atau yang bisa menampung air yang bisa menjadi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

Dia mengimbau agar masyarakat tidak hanya sekadar membuang air di bak mandi atau ember, tetapi juga menyikat dinding-dinding nya karena telur nyamuk bisa saja menempel. Saleha menekankan PSN merupakan cara paling efektif dalam pencegahan demam berdarah, namun perilaku masyarakat di Indonesia dinilai masih belum patuh dalam melaksanakannya. 

Sebelumnya, Wali Kota Depok Mohammad Idris menyebut jatuhnya korban jiwa di Kota Depok menunjukkan fogging sebagai gerakan pemberantasan  sarang nyamuk (PSN) tidak efektif. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“(Selama ini) Pemahaman masyarakat dengan fogging ini efektif, padahal ini cuma membuat nyamuk mabuk,“ ujar Idris di kantornya, Kamis, 7 Februari 2019.

Baca: Cegah DBD, Jakut Sebar Ikan Cupang di Penampungan Air

Kejadian dua warga Depok meninggal karena DBD, menurut Idris menjadi pelajaran pentingnya PSN menjelang memasuki peralihan musim. Fogging, kata Idris tidak mematikan jentik nyamuk penyebab DBD. Jadi, kader-kader juru pemantau jentik (Jumantik) harus diefektifkan kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus