Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengakuan Nikita Mirzani yang baru saja melakukan operasi vagina atau vaginoplasty menjadi perhatian banyak orang. Pasalnya, operasi ini belum terlalu akrab untuk wanita Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, vaginoplasty sendiri dilakukan untuk mengencangkan kembali bagian vital wanita dengan prosedur melibatkan pembuatan vagina baru dari jaringan bagian labia dan juga perineum. Dengan prosedur tersebut, melibatkan berbagai jaringan seperti cangkok kulit, usus, cairan ketuban, dan juga membran mukosa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentunya operasi yang dilakukan Nikita Mirzani ini seperti operasi lainnya yang memiliki risiko. Meski dilakukan dengan harga yang fantastis, mencapai Rp 500 juta, operasi ini juga punya beberapa jenis risiko.
Secara umum terdapat beberapa risiko seperti perdarahan, infeksi, dan kecelakaan anastesi. Bekas luka parah juga dapat terbentuk sebagai akibat dari vaginoplasty. Luka tersebut bisa jadi tak dapat diperbaiki di kemudian hari.
Pembekuan darah dapat terbentuk di pembuluh darah setelah operasi. Risiko ini memang jarang terjadi jika pasien memang dalam kondisi sehat dan dalam pantauan dokter.
Sementara itu, ada juga beberapa risiko yang lebih spesifik akibat dari operasi vaginoplasty seperti yang dijalani Nikita Mirzani. Ada beberapa yang kerap terjadi, seperti peritonitis atau peradangan di bagian dinding dalam perut. Risiko lainnya bisa berupa kolitis atau peradangan usus besar yang mengebabkan rasa nyeri, diare dan juga perdarahan di bagian anus.
Di luar dua risiko itu, ada lima risiko lainnya yang mungkin terjadi pada pasien yang menjalani vaginoplasty.
Baca juga:
Nikita Mirzani Vaginoplasty, 3 Alasan Utama Wanita Melakukannya
Kata Pakar Manfaat Vaginoplasty yang Dilakukan Nikita Mirzani
Mengenal LVT Perawatan Vagina yang Dilakukan Nikita Mirzani
1. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf bisa terjadi saat pembedahan jaringan di daerah perineum dan pelvis. Hal ini bisa menyebabkan nyeri kronis.
2. Penyempitan yang tidak normal
Penyempitan ini salah satu komplikasi setelah operasi vaginoplasty dan butuh evaluasi ahli dan koreksi yang tepat. Operasi lanjutan pun butuh waktu observasi lebih lanjut sebelum dilakukan tindakan.
3. Komplikasi kulit
Komplikasi ini bisa berupa rektovaginal atau uretrovaginal, yang terjadi karena cedera rektal atau uretra selama prosedur dan mungkin memerlukan operasi kedua untuk perbaikan. Risiko komplikasi kulit atau fistula ini dianggap rendah, asalkan ahli bedah cukup terampil.
4. Ketidakpuasan
Ada saja yang ternyata tak puas setelah vaginoplasty dilakukan. Salah satunya mengeluhkan vagina yang terlalu sesak sehingga bisa mengganggu aktivitas ranjang dan juga bisa mengganggu wanita yang kerap menggunakan tampon.
5. Gangguan pencernaan
Risiko ini meliputi kondisi ileus paralitik atau abdomen akut berupa kembung distensi usus karena tidak dapat bergerak. Sulit buang air besar atau gangguan dengan produksi lendir yang berlebihan dan membuat pasien harus memakai pembalut secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang.