Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jenis Kontrasepsi Darurat untuk Mencegah Kehamilan

Sebenarnya kontrasepsi darurat juga merupakan salah satu alat kontrasepsi, tetapi alat kontrasepsi ini dapat digunakan segera setelah berhubungan

16 Agustus 2019 | 22.00 WIB

Ilustrasi wanita memegang pil KB. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi wanita memegang pil KB. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan  yang ingin menunda memiliki keturunan, biasanya akan menggunakan kondom ataupun alat kontrasepsi lainnya untuk mencegah kehamilan. Namun, jika kondom yang digunakan mengalami kebocoran, bagaimana mencegah kehamilan? 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Anda dapat menggunakan kontrasepsi darurat untuk mencegah kehamilan setelah melakukan hubungan intim yang tidak terproteksi maupun saat alat kontrasepsi tidak berfungsi dengan baik. Sebenarnya kontrasepsi darurat juga merupakan salah satu alat kontrasepsi, tetapi alat kontrasepsi ini dapat digunakan segera setelah melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tapi efektivitas kontrasepsi darurat tentunya lebih rendah dari alat kontrasepsi lainnya, seperti kondom dan pil KB. Kontrasepsi darurat terbagi menjadi dua jenis, yaitu dalam bentuk pil dan IUD atau spiral. Penggunaan kontrasepsi darurat tergantung dari jenis yang dipilih. Namun, kontrasepsi darurat akan jauh lebih efektif bila digunakan secepatnya setelah berhubungan intim.

Kontrasepsi darurat IUD dinilai lebih efektif dalam mencegah kehamilan dengan risiko kehamilan kurang dari 1 persen, tetapi kontrasepsi darurat berupa pil lebih praktis dan mudah untuk digunakan. Kedua jenis kontrasepsi darurat tersebut memiliki kegunaan yang sama, yaitu untuk mencegah kehamilan. Namun, kedua jenis kontrasepsi darurat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

1. Kontrasepsi darurat berupa pil
Penggunaan kontrasepsi darurat berupa pil mampu mengurangi resiko kehamilan sebesar 95 persen. Tergantung dari pil yang digunakan, kontrasepsi darurat berupa pil harus digunakan dalam waktu 3-5 hari setelah berhubungan seksual.

Pil kontrasepsi darurat bekerja dengan memperlambat pelepasan sel telur dari indung telur dan karenanya kontrasepsi darurat tidak menimbulkan aborsi karena pil ini mencegah agar kehamilan tidak terjadi.

Meskipun pil kontrasepsi darurat mudah dikonsumsi, tetapi ada beberapa efek samping seperti sakit kepala, perdarahan, muntah, melunaknya payudara, mual, kelelahan, sakit perut, dan pusing. Pada kasus tertentu, pil kontrasepsi darurat dapat memicu menstruasi yang melambat atau lebih menyakitkan dari biasanya. Apabila setelah mengonsumsi pil kontrasepsi darurat Anda mengalami muntah, maka Anda perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah konsumsi pil kontrasepsi darurat perlu dilakukan lagi.

Terdapat berbagai jenis pil kontrasepsi darurat, seperti pin dengan zat aktif Levonorgestrel dan Ulipristal acetate. Levonorgestrel umumnya bisa didapatkan tanpa resep dokter, tetapi untuk Ulipristal acetate, Anda memerlukan resep dokter untuk bisa mendapatkannya. Biasanya Levonorgestrel harus dikonsumsi setidaknya tiga hari seusai melakukan hubungan seksual dan Ulipristal acetate perlu dikonsumsi setidaknya lima hari setelah hubungan intim dilakukan.

2. Kontrasepsi darurat IUD
Kontrasepsi darurat IUD memiliki efektivitas penurunan risiko kehamilan yang lebih besar daripada pil kontrasepsi darurat, yaitu sebesar 99 persen. IUD berbentuk seperti huruf T dan terbuat dari tembaga serta plastik, serta hanya bisa dipasang oleh dokter. Selain harus dipasang oleh dokter dan memerlukan resep dokter, kontrasepsi IUD memiliki biaya yang lebih besar daripada pil kontrasepsi darurat.

Kontrasepsi darurat IUD juga bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi yang digunakan sebelum berhubungan seksual, seperti IUD Paragard yang dapat dibiarkan begitu saja hingga 10 tahun. Akan tetapi, tidak semua IUD bisa digunakan sebagai kontrasepsi darurat, misalnya saja IUD Mirena dan Skyla.

Kontrasepsi darurat IUD bekerja dengan melepaskan tembaga ke dalam saluran rahim atau uterus dan tuba falopi untuk mencegah pembuahan. Tembaga tersebut memiliki guna yang serupa dengan spermisida yang berfungsi untuk membunuh sperma.

Beberapa efek samping dari kontrasepsi darurat IUD adalah kram, ketidaknyamanan saat dimasukkan, perdarahan yang lebih banyak, lebih sakit, dan lebih lama saat menstruasi, pusing, serta adanya penngkatan risiko penyakit radang panggul.  Kontrasepsi darurat IUD yang terbuat dari tembaga umumnya tidak direkomendasikan untuk wanita yang baru saja mengalami infeksi radang panggul ataupun mudah mengalami infeksi.

Namun, sebelum memilih jenis kontrasepsi darurat yang diinginkan, Anda tetap harus berdiskusi dengan dokter untuk mengetahui secara pasti jenis kontrasepsi darurat yang sesuai.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus