Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Polisi Sebut Anarko Bukan Profesi tapi Berniat Membuat Kerusuhan

Sekitar seribuan orang yang ditangkap sebelum ikut aksi Omnibus Law menurut polisi hampir setengahnya adalah kelompok anarko.

9 Oktober 2020 | 15.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus ditemui awak media di Jalan Gerbang Pemuda, Jakarta Pusat, Kamis, 8 Oktober 2020. Tempo/M Yusuf Manurung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menangkap 1.192 orang yang akan berunjuk rasa menolak Omnibus Law di sekitar Istana Negara dan DPR.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus beralasan penangkapan ini dilakukan karena ada indikasi mereka akan berbuat anarkistis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dari pengalaman sebelumnya memang ada demo dan berakhir kerusuhan, ada indikasi itu ditunggangi oleh orang-orang yang memang anarko,” kata Yusri di kantornya, Jumat, 9 Oktober 2020.

Polisi kata Yusri belajar dari pengalaman itu. Sehingga mereka melakukan razia sebelum para pengunjuk rasa berangkat ke Istana atau DPR.

Yusri kemudian menjelaskan soal identitas massa tersebut. Menurut dia, anarko bukanlah sebuah profesi melainkan orang yang berniat membuat kerusuhan. "Mereka itu siapa saja, ada yang pelajar, ada yang pengangguran, hampir setengahnya dari 1.192 itu pelajar STM," ujar dia.

Ia juga mengkonfirmasi adanya buruh dan mahasiswa di dalam massa yang ditangkap tersebut. “Tapi memang tujuannya ini bukan bergabung dengan teman-teman serikat dan mahasiswa lainnya yang memang bertujuan menyampaikan pendapat menolak UU Cipta Kerja. Tujuannya membuat rusuh,” kata Yusri.

Saat ditanyai perihal tindak kejahatan yang sudah mereka lakukan, Yusri mengatakan polisi masih mendalami hal tersebut. “Kami melihat misalnya dia kejahatannya apa, dia merusak ada pasal pengrusakan, dia mengeroyok ada pasal pengeroyokan,” menurutnya. Ia mengaku berkaca pada pengalaman-pengalaman demonstrasi sebelumnya yang juga berujung ricuh.

“Yang 1.192 ini berdasarkan pengalaman kita kemarin-kemarin demo yang kita lakukan razia sebelum terjadinya. Ini preventif, pencegahan karena kita tahu mereka mau bikin rusuh kita kurangi, segitu saja masih ramai,” kata Yusri.

Yusri menyatakan massa kebanyakan datang dari luar daerah DKI Jakarta seperti Purwakarta, Kerawang, Bogor, dan Banten. Ia menilai mereka tidak memahami duduk perkara orasi, dan hanya datang karena ada tujuan melakukan kerusuhan.
“Yang dia tahu ada undangan untuk datang, disiapkan tiket kereta api, disiapkan truk, disiapkan bus kemudian nantinya akan ada uang makan untuk mereka semua,” kata Yusri.
Menurutnya polisi masih mendalami siapa yang memberikan fasilitas tersebut alias mendalangi massa bayaran ini.

Menurutnya dari jumlah total tersebut, sebanyak 285 orang masih diselidiki lebih dalam karena ada indikasi lebih kuat tentang niat merusuh, seperti membawa senjata tajam. “Saya belum menyatakan tersangka, itu masih kami lakukan pendalaman,” kata Yusri.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus