Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - TikTok dikabarkan sedang mempersiapkan berbagai skenario untuk kemungkinan larangan operasional di Amerika Serikat. Dalam memo internal yang diperoleh dan diberitakan The Verge, perusahaan menyatakan ‘melanjutkan perencanaan langkah ke depan’ sembari menunggu keputusan Mahkamah Agung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami tahu, bahwa ketidakpastian yang akan terjadi selanjutnya bisa membuat tidak nyaman,” tulis memo tersebut, dikutip Rabu, 15 Januari 2025. TikTok menegaskan bahwa kantor-kantornya akan tetap beroperasi terlepas dari apa yang terjadi pada aplikasi di AS dalam beberapa hari mendatang. “Undang-undang ini tidak ditulis sedemikian rupa sehingga mempengaruhi entitas tempat bekerja, hanya pengalaman pengguna TikTok di AS.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situasi di dalam perusahaan dilaporkan cukup menegangkan. Sumber lain mengatakan bahwa karyawan yang berhasil melewati ancaman larangan sebelumnya kini ‘terlihat terguncang’. Keberadaan TikTok di Amerika sudah pernah dipermasalahkan sebelumnya di ujung masa pemerintahan Donald Trump yang pertama pada 2020 lalu.
Saat ini TikTok kembali menghadapi beberapa kemungkinan skenario, termasuk potensi penjualan TikTok kepada pihak ketiga. Pemerintah Cina, yang memiliki keputusan akhir terkait penjualan TikTok, dilaporkan sedang mempertimbangkan penjualan aplikasi tersebut kepada calon pembeli seperti Elon Musk atau Frank McCourt, yang telah mengajukan proposal melalui proyek bernama Project Liberty.
Selain itu, TikTok juga kembali bersiap menghadapi kemungkinan larangan total di AS di ujung era Presiden AS Joe Biden sekarang. Dalam skenario ini, anak usaha ByteDance ini memastikan bahwa pekerjaan, gaji, dan tunjangan karyawan tetap aman, meskipun aplikasi tidak lagi tersedia untuk pengguna di AS. “Sebagai karyawan di AS, pekerjaan, gaji, dan tunjangan Anda aman, dan kantor kami akan tetap buka, bahkan jika situasi ini belum terselesaikan sebelum tenggat 19 Januari,” tulis memo tersebut.
Sebelumnya, Donald Trump, sebagai Presiden AS terpilih periode 2025-2029 dan akan mulai berkantor 20 Januari, juga mengatakan bahwa dia ingin menyelamatkan TikTok dengan merundingkan semacam kesepakatan. Diketahui, TikTok saat ini digunakan oleh sekitar 170 juta orang di Amerika Serikat, hampir setengah dari populasi negara tersebut.
Pilihan Editor: Bisakah Horor Kebakaran Hutan California Terjadi di Indonesia?