Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENANTIAN panjang Jarmin, warga Desa Karaban, Pati, Jawa Tengah, akhirnya terbayar. Pada Senin pekan lalu, pria 44 tahun itu mendapat arisan sepeda motor sistem lelang karena nilai nominal penawarannya tertinggi dibanding peserta lain. Jarmin berhak membeli satu unit sepeda motor. "Sejak akhir 2008 saya ikut. Tapi baru mendapat sekarang," katanya.
Jasmin merupakan salah satu peserta dari tiga kelompok arisan yang dikelola Edi Kiswanto, pengurus Koperasi Mitra Mandiri Abadi. Setiap kelompok diikuti 60 peserta. Iurannya Rp 100 ribu per bulan, sehingga selama 30 hari terkumpul dana Rp 6 juta untuk dibelikan Honda Supra Fit. Harga Supra Fit Rp 10-11 juta. Panitia arisan lalu melakukan lelang kepada peserta arisan dengan harga dasar (harga minimal) Rp 6 juta. Peserta yang penawarannya tertinggi, misalnya Rp 6,1 juta—jumlah ini untuk menutup kekurangan dana pembelian sepeda motor—akan menjadi pemenang. Si pemenang berhak mendapat uang arisan Rp 6 juta, yang lalu menggabungkannya dengan uang penawaran tadi, Rp 6,1 juta, untuk dibelikan sepeda motor.
Dengan sistem ini, peserta arisan hanya menanggung harga tertinggi pembelian sepeda motor, sekitar Rp 12 juta. "Jauh lebih rendah ketimbang membeli sepeda motor kredit, sampai Rp 15 juta," kata Edi, yang berprofesi guru Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Bangsa, Pati. Keuntungan lainnya, kelebihan dana pembelian sepeda motor akan dikembalikan ke saldo arisan bulan berikutnya, sehingga lelang bulanan bisa memunculkan dua pemenang. Panitia hanya memotong biaya administrasi Rp 700 ribu.
Bisnis arisan kendaraan bermotor ala Edi sekarang menjamur di daerah-daerah, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Cicilan ringan dan beban biaya pembelian sepeda motor yang relatif ringan memikat masyarakat ikut serta. Tak hanya perorangan, sejumlah dealer memanfaatkan peluang bisnis ini dan menyelenggarakan arisan sepeda motor untuk mendongkrak pemasaran. Salah satunya PT Indoagung Surya Motor, pemilik dealer Yamaha Agung Motor, Semarang.
Saat ini Indoagung mengelola delapan kelompok arisan yang tersebar di sembilan cabang. Setiap kelompok diikuti 399 peserta dengan iuran Rp 250 ribu sebulan. Jangka waktu arisan ini tiga setengah tahun. Setiap bulan Indoagung bisa mengumpulkan Rp 99,7 juta per kelompok. Duit itu akan dipakai untuk membeli sepeda motor seharga Rp 10,5 juta—setara dengan cicilan 42 bulan—di dealer Yamaha Agung Motor. Pengocokan dilakukan untuk menentukan pemenang arisan.
Sebagai bumbu agar peserta tertarik, pemenang arisan bulan pertama hingga ke-41 tak akan ditagih iuran pada bulan terakhir alias dianggap lunas. Nah, pada bulan terakhir, peserta arisan yang namanya belum muncul dalam undian akan mendapat uang tunai Rp 10,5 juta untuk dibelikan satu unit sepeda motor di dealer pengelola arisan.
Dengan sistem ini, dealer memang tak banyak menangguk untung. Tapi, dengan asumsi setiap kelompok mengumpulkan duit Rp 99,7 juta saban bulan, pada bulan yang sama kas Yamaha Agung melimpah hampir Rp 800 juta dari delapan kelompok arisan. "Efeknya, arus kas kami setiap bulan lancar, dan sepeda motor sudah pasti ada yang membeli," kata Manajer Pemasaran Yamaha Agung Motor Sumali Putu Wijaya.
Sejauh ini sistem arisan sepeda motor tak mempengaruhi persaingan dengan perusahaan leasing (pembiayaan). Lembaga pembiayaan tak risau akan kemunculan arisan sebagai alternatif dana pembelian kendaraan bermotor. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Wiwie Kurnia menilai masyarakat lebih mempercayai sumber pendanaan daripada lembaga pembiayaan berizin dan memiliki sistem profesional. "Selama ini arisan berdasarkan pertemanan, bukan kemampuan. Ini yang berbahaya," katanya.
Beberapa tahun terakhir, arisan sepeda motor memang kerap berujung pidana. Terakhir, pada Juli lalu, sedikitnya 350 pedagang di Masaran, Sragen, melaporkan dugaan penipuan arisan sepeda motor Gugur Melati ke kepolisian karena duit iuran Rp 1,3 miliar amblas tak berbekas.
Agoeng Wijaya, Sohirin (Semarang), Ahmad Rafiq (Solo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo