Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1>Bisnis Informasi</font><br /> Menahan Laju Raja Peranti Lunak

Angka yang ditawarkan Microsoft untuk mengakuisisi Yahoo! terbesar dalam sejarah. Google berusaha menggagalkannya.

11 Februari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM hal meramal persaingan di Silicon Valley, Andrew S. Grove boleh dibilang salah satu jagonya. Bekas CEO Intel—perusahaan semikonduktor asal Amerika Serikat—itu mengatakan, hanya perusahaan paranoid yang sanggup bertahan di tengah sengitnya persaingan di pusat industri teknologi informasi yang terletak di negara adikuasa itu.

Apa yang ditulis Grove dalam buku berjudul Only the Paranoid Survive lebih dari satu dekade lalu itu kini menjadi kenyataan. Kabar Microsoft hendak mencaplok Yahoo! senilai US$ 44,6 miliar (Rp 419,24 triliun dengan kurs Rp 9.400 per dolar) pada Jumat dua pekan lalu, dan upaya Google menggagalkan aksi korporasi itu, mirip dengan ”ketakutan” para perusahaan yang digambarkan Grove.

Kalangan analis bahkan menilai rencana Microsoft membeli Yahoo! sebagai langkah putus asa. Soalnya, perusahaan peranti lunak milik Bill Gates itu, lewat portalnya MSN, selalu takluk pada Google dalam memperebutkan pasar periklanan online dan mesin pencari di internet.

Maraknya penilaian analis itu berembus setelah Steve Ballmer, CEO Microsoft, mengirim sepucuk surat kepada CEO Yahoo!, Jerry Yang. Dalam surat itu Ballmer mengutarakan niatnya untuk membeli setiap lembar saham Yahoo! seharga US$ 31.

Angka yang disodorkan untuk membeli seluruh saham Yahoo! itu adalah yang terbesar dalam sejarah akuisisi di industri teknologi informasi. Penawaran ini, kata Ballmer, juga lebih tinggi 62 persen dari nilai saham premium Yahoo! yang diperdagangkan pada penutupan 31 Januari lalu. Rekor akuisisi selama ini dipegang Lucent Technologies saat hendak membeli Ascend Communications senilai US$ 23,87 miliar pada 1999.

Microsoft mengaku melirik Yahoo! karena pasar periklanan online terus menanjak. Dari US$ 40 miliar pada 2007, ceruk bisnis ini diperkirakan akan berlipat dua pada 2010. Dari angka itu, Google menguasai 78 persen pangsa pasar dan menangguk US$ 11,7 miliar tahun lalu. Sedangkan Microsoft di urutan ketiga setelah Yahoo!. Itu sebabnya Ballmer berikhtiar mematahkan dominasi Google.

Ia percaya kombinasi keduanya akan memberikan nilai lebih buat pemegang saham, dan menempatkan posisi yang lebih baik dalam persaingan merebut pasar online. ”Sehingga menjadi pilihan yang terbaik buat konsumen, pengiklan, dan penerbit,” Ballmer menjelaskan dalam suratnya.

Steve Neimeth, Manajer Investasi di AIG Sun America, mengatakan, hasil kombinasi itu akan membuat portal keduanya dikunjungi 86 persen pengguna internet di Negeri Abang Sam, dan mengontrol 59 persen pasar periklanan online. ”Bila terlaksana, akuisisi itu akan menjadi peristiwa terpenting dalam industri internet tahun ini,” ujar Ken Cassar, analis Nielsen Online.

Akuisisi itu sendiri diharapkan kelar pertengahan 2008. Agar mulus, Microsoft sudah menyiapkan jurus-jurusnya. Raksasa peranti lunak itu siap menggelontorkan US$ 20 miliar, tunai. Sisanya akan ditutup lewat pinjaman yang diperoleh dari investor. ”Kami akan mencari pinjaman untuk pertama kalinya,” kata Direktur Keuangan Microsoft Christopher Liddell.

Bila rencana itu terwujud, menurut Standard & Poor’s Capital IQ, Jerry yang mengantongi 52,8 juta lembar saham Yahoo! akan mereguk US$ 1,6 miliar. Adapun pendiri Yahoo! lainnya, David Filo, yang menggenggam 79,1 juta lembar saham, akan memperoleh US$ 2,5 miliar.

Langkah Microsoft itu langsung mendapat reaksi keras dari Google. David Drummond, Direktur Hukum Google, mengatakan, penawaran yang disodorkan Microsoft itu akan mengancam keterbukaan dan inovasi di dunia internet. ”Jadi, lebih dari hanya sekadar transaksi keuangan.”

Eric Schmidt, CEO Google, bahkan sampai menelepon Jerry Yang. Dalam pembicaraan itu, Schmidt sempat menawarkan dukungan buat Yahoo! agar tetap independen dari cengkeraman Microsoft. Tak hanya itu. Google juga melobi Washington agar tidak merestui transaksi raksasa itu.

”Ini jelas pertarungan antara Microsoft dan Google,” kata Colin Gillis, analis industri internet dari Canaccord Adams. Maklum, sebelum bergabung dengan Google, Schmidt banyak menjalani kariernya melawan dominasi Microsoft. Hal itu berlangsung saat ia bekerja di Sun Microsystems dan Novell.

Google juga menuduh Microsoft akan menggunakan dominasinya berkompetisi di pasar peranti lunak dan komputer pribadi untuk menangguk keuntungan dan pengaruh yang tidak pantas di dunia internet. ”Semua pelayanan lewat internet akan dikendalikan oleh Microsoft,” kata Drummond.

Schmidt khawatir, pembelian Yahoo! oleh Microsoft itu akan mengulang peristiwa di era 1990-an. Ketika itu, Microsoft memakai pengaruhnya di pasar peranti lunak untuk mengontrol perkembangan pasar peranti lunak penjelajah internet (web browser) di masa-masa awal.

Untuk memotong langkah Microsoft, seperti dikutip International Herald Tribune, beberapa eksekutif Google mengontak petinggi Time Warner untuk mengajukan penawaran tandingan. Namun, Time Warner tidak merespons. News Corp milik Rupert Murdoch dan AT&T juga tidak berminat. Mereka tampaknya tidak tertarik memasuki gelanggang pertempuran melawan Microsoft.

Perang urat saraf antara Microsoft dan Google sesungguhnya bukan terjadi kali ini saja. Akhir tahun lalu, Microsoft berusaha menggagalkan langkah Google berencana merger dengan DoubleClick—perusahaan periklanan online—senilai US$ 3,1 miliar.

Menurut dokumen rahasia yang dipublikasikan New York Time dalam situsnya, Microsoft memakai jasa firma hubungan masyarakat Burson-Marsteller untuk membentuk Initiative for Competitive Online Marketplace, sebuah grup yang dibentuk untuk menggagalkan kesepakatan tersebut. Perusahaan itu juga mengerahkan tim pengacara antimonopoli dan melobi Federal Trade Commission (FTC) di Amerika. Sayang, jerih payah mereka bagai membentur tembok. FTC merestui penggabungan usaha tersebut.

Kini, giliran Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan Komisi Uni Eropa yang akan memelototi apakah aksi Microsoft mengakuisisi Yahoo! melanggar ketentuan monopoli. ”Divisi antimonopoli akan melihat dampak transaksi,” kata Gina Talamona, juru bicara departemen tersebut.

Enam tahun lalu, Departemen Kehakiman Amerika pernah mendakwa Microsoft melakukan monopoli karena menjual internet Explorer—peranti lunak penjelajah di dunia maya—satu paket dengan sistem operasi Windows. Komisi Uni Eropa juga mendakwa Microsoft melakukan monopoli di Eropa atas kesalahan serupa.

Sementara Microsoft dan Google perang urat saraf, hingga pekan lalu Yahoo! belum membuat keputusan. Lewat surat elektronik, Jerry Yang meminta para pekerjanya tetap fokus pada pekerjaan, tidak terpengaruh oleh gonjang-ganjing akuisisi. Toh, rencana itu, kata Jerry, masih dievaluasi oleh dewan direksi dan komisaris Yahoo!.

Yandhrie Arvian (NYT, IHT, USA Today, WSJ, AP)

 Windows Live HotmailAOLYahooGoogleMSN
Email15,7%31,0%35,0%5,5%--
Pengunjung (Desember 2007)137 juta133 juta120 juta
Mesin Pencari12,8%62,4%2,9%
Kapitalisasi Pasar
(dalam US$ miliar, per 31 Januari )
25,6176,5303,4
Pendapatan
(dalam US$ miliar)*
716,657,9
Pendapatan Iklan Online
(dalam US$ miliar)*
5,111,72,8

*per Juni 2007. Sumber: comScore World Metrix

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus