Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERTAMINA kembali menjadi sorotan. Di awal tahun, perusahaan tambang minyak dan gas pelat merah ini dianggap tidak becus mengurus distribusi bahan bakar minyak gara-gara terjadi kelangkaan premium. Kini, di tengah berlarut-larutnya pembicaraan pengembangan gas di blok Natuna D-Alpha—yang prosesnya juga melibatkan Pertamina—satu tangki premium di depo Pertamina Unit Pemasaran dan Pembekalan Dalam Negeri III, Plumpang, Jakarta, terbakar, Ahad dua pekan lalu.
Rentetan peristiwa itu membuat posisi Ari H. Soemarno, Direktur Utama Pertamina, di ujung tanduk. Apalagi santer terdengar dia akan segera diganti. Sinyal itu juga datang dari Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil, yang menyatakan jabatan Direktur Utama Pertamina tidak harus lima tahun. Tapi Ari, yang menjadi orang nomor satu di Pertamina sejak Maret 2006, masih bisa ”bernapas”. Rapat umum pemegang saham yang digelar Kamis pekan lalu sama sekali tidak membahas pergantian direksi.
Di tengah impitan itulah bekas Direktur Petral anak usaha Pertamina yang berpusat di Singapura untuk urusan impor minyak—itu harus memikirkan dan mendesain zona aman di sekitar depo Plumpang. Masalahnya, kawasan itu padat oleh permukiman warga—meski sebagian besar tanah milik Pertamina. Dia juga harus berpacu mengembangkan infrastruktur depo-depo lain agar pasokan bahan bakar tidak bergantung pada Plumpang. ”Kita terlambat mengembangkan infrastruktur sehingga tidak bisa mengejar peningkatan kebutuhan,” katanya.
Berikut ini kutipan wawancaranya dengan tim Tempo di Kantor Pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Jumat pekan lalu.
Mengapa tangki di depo Plumpang bisa terbakar?
Depo itu beroperasi sejak 1972. Setiap tahun disertifikasi. Tiap hari digunakan. Kebakaran itu terjadi setelah tiga jam proses pengisian premium berlangsung. Sudah sepertiga muatan masuk. Kami juga bertanya-tanya apa penyebabnya. Apalagi semua prosedur berjalan baik. Kejadian ini harus diteliti lebih dalam.
Bukankah Pertamina pernah mengalami kejadian serupa?
Kebakaran depo sudah beberapa kali terjadi. Tujuh tangki di depo Cilacap, Jawa Tengah, misalnya, terbakar pada 1992. Ledakan keras yang disusul kebakaran juga pernah terjadi di Bontang, Kalimantan Timur, pada tahun yang sama. Dari beberapa kejadian itu, kami punya pengalaman untuk menganalisis apa yang sebenarnya terjadi. Itu sebabnya kami membentuk kelompok kerja untuk menyelidiki kasus ini hingga tuntas. Tapi kebakaran itu tidak bisa diteliti dalam sehari. Kalau perlu, kita panggilkan pakar dari luar negeri. Mungkin kami akan minta bantuan Shell.
Sepertinya Anda tidak yakin faktor internal penyebab petaka ini?
Bukan begitu. Saya juga ingin tahu penyebabnya. Dalam situasi ini, banyak yang harus diteliti, dari analisis premium, komposisi, kemungkinan keberadaan benda asing, hingga seberapa bersih isi tangki. Bekerja-tidaknya instrumen juga harus dicek. Di atas tangki ada valve untuk mengalirkan tekanan yang naik pada saat pengisian berlangsung. Yang kami ketahui, instrumen itu bekerja. Tapi harus diperiksa lagi. Analisis tidak bisa kelar dalam satu hari, bisa satu bulan atau lebih. Kita perlu memanggil ahli untuk tahu itu.
Adakah prosedur standar yang dilanggar? Bukankah di lokasi kebakaran ditemukan telepon seluler?
Kemungkinan itu ada. Banyak truk tangki keluar-masuk depo Plumpang. Setiap sopir, sebelum masuk, diperiksa telepon selulernya, sudah dimatikan atau belum. Prosedurnya seperti itu. Tapi ketentuan itu bisa saja dilanggar. Bisa jadi dalam kasus ini tenaga pengamanan yang menjadi korban itu merasa lebih tahu sehingga mengabaikan prosedur. Kalau sudah begitu, penyebabnya human error. Tapi harus dilihat dan diteliti. Kami juga minta bantuan aparat untuk meneliti semua itu.
Temuan awalnya?
Temuan awalnya seperti yang dikatakan polisi bahwa ini kesalahan teknis. Tidak ada unsur kesengajaan.
Apa saja penyebab kebakaran di tangki pada umumnya?
Kebanyakan soal teknis. Di Bontang, misalnya, terjadi gara-gara valve di atas tangki tidak terbuka sempurna. Petugas membuka valve dari bawah dengan menarik rantai. Tapi dia tidak memeriksa ke atas apakah instrumen sudah terbuka atau belum. Padahal macet. Sedangkan kebakaran di Cilacap disebabkan oleh petir. Di Dumai akibat kecepatan buka valve.
Untung saja kebakaran di depo Plumpang tidak menyebar ke tangki lain….
Itu artinya sistem pemadam kebakaran berfungsi. Sistem proteksi di sekeliling tangki yang terbakar bekerja dengan baik. Misalnya, injeksi busa bekerja sehingga tangki di sampingnya tidak ikut-ikutan terbakar. Meski sistem ini sudah cukup baik, kami tetap akan menyempurnakannya agar bisa memadamkan api lebih cepat.
Seberapa besar dampak kejadian ini bagi pasokan kebutuhan nasional?
Hampir 60 persen kebutuhan nasional berpusat di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Plumpang menyuplai 16 persennya. Bila terjadi apa-apa, tentu akan mempengaruhi pasokan, meskipun ada suplai dari Balongan, Cikampek, dan Tanjung Gerem, Banten. Itu sebabnya ada rencana mengurangi ketergantungan pada depo Plumpang. Pasokan dari Plumpang harus di bawah 10 persen kebutuhan nasional.
Caranya?
Kami akan memperbanyak tangki di depo Tanjung Gerem. Lokasinya tepat di ujung jalan tol. Kebetulan di sana daerah industri. Kami juga mencoba mengembangkan infrastruktur. Sebab, setelah krisis 1998 hingga 2005, tidak ada pembangunan infrastruktur. Terminal transit Balongan baru ada pada 2006. Depo Cikampek baru selesai 2007. Pemipaan dari Cilacap langsung lewat Yogyakarta ke Semarang selesai 2008. Kami juga tengah menambah kapasitas terminal transit utama Tuban dan Baubau, Sulawesi Tenggara, yang diperkirakan kelar awal tahun depan.
Kenapa pembangunan infrastruktur terabaikan?
Pembangunan infrastruktur sempat tertahan karena pasar di sektor hilir dibuka. Pemain baru bermunculan. Itung-itungannya, pangsa pasar kami anjlok jadi 70 persen, tidak 100 persen lagi. Apalagi ada rencana subsidi 2004 akan dihilangkan. Itu sebabnya investasi di infrastruktur ditunda. Ternyata kami tetap mendapat subsidi dan mendominasi 100 persen pasar. Mulailah pembangunan infrastruktur digenjot pada 2005.
Bagaimana mengatasi padatnya permukiman di sekitar depo Plumpang?
Kami sudah berbicara dengan pemerintah daerah DKI Jakarta dan Badan Pertanahan Nasional. Sebagian besar tanah di sana memang punya Pertamina. Sebagian ada yang masih dalam sengketa, tapi sebentar lagi kelar penyelesaiannya. Nah, pada tahap awal, kami akan mengambil 50 meter dari pagar untuk membuat parit. Ini semacam zona aman. Parit itu juga bisa digunakan untuk menampung air pemadam kebakaran.
Radius amannya berapa?
Paling ideal 100 meter dari tangki. Jarak tangki ke pagar 100 meter, lalu akan kami tambah 50 meter lagi.
Apa kompensasi bagi warga yang akibat petaka ini harus direlokasi?
Kami belum tahu. Lagi pula itu tanah Pertamina. Mungkin ada ganti rugi, tapi belum tahu dalam bentuk apa. Belum dibicarakan sampai ke sana. Dalam pengembalian fungsi lahan ini, kami tidak akan main usir begitu aja. Harus ada jalan yang baik. Mungkin dengan merelokasi warga ke rumah susun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo