Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#FF0000>Infrastruktur</font><br />Tak Kendur Dihantam Krisis

Pembangunan proyek infrastruktur jalan terus. Anggaran negara sangat diandalkan.

12 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembangunan jalur ganda kereta api Jakarta-Surabaya seperti berkejaran dengan penyelesaian jalan tol Jawa. Saat ini bantalan rel dari beton sudah mulai dipasang di jalur Cirebon-Pemalang, yang panjangnya 90 kilometer. Di jalur ini sebetulnya juga sudah selesai dibangun jalur ganda Tegal-Brebes (12 kilometer). Nantinya rel ganda ini akan tersambung dengan jalur Jakarta-Cirebon (120 kilometer), yang sudah lebih dulu selesai. Tahun depan, pembangunan jalur ganda ini diharapkan sudah beres.

Pemerintah memang secara bertahap akan menyelesaikan jalur ganda Jakarta-Surabaya, baik yang lintas utara (Semarang) maupun lintas selatan (Yogyakarta). Saat ini di selatan sudah selesai dibangun jalur ganda Kutoarjo-Solo, yang panjangnya 123 kilometer. Setelah jalur ini bisa dipakai, PT Kereta Api Indonesia bisa meningkatkan frekuensi jalur itu dari 75 menjadi 120 rangkaian per hari.

Krisis keuangan global juga tak membikin PT Jasa Marga berhenti membangun jalan tol. Direktur Utama Jasa Marga Frans Sunito mengatakan, perusahaannya tidak menunda lima proyek baru sepanjang 160 kilometer. Saat ini perusahaan pengelola jalan tol milik negara ini telah mengoperasikan 500 kilometer jalan bebas hambatan.

Lima jalan tol ini akan dibangun sampai 2011. Pembebasan lahannya kini sedang ditangani Badan Layanan Umum, dan untuk dananya pada 2009 ini dianggarkan Rp 3,8 triliun. Adapun konstruksinya akan menghabiskan Rp 15 triliun. Sebanyak 30 persen akan dibiayai Jasa Marga sendiri, sisanya dari pinjaman perbankan. Jasa Marga juga telah mengantongi Rp 3,4 triliun hasil penerbitan saham perdana pada akhir 2007.

Komitmen perbankan sudah diperoleh dari Bank BNI, BRI, dan Bank Mandiri senilai Rp 7 triliun. Perbankan, Frans menambahkan, yakin bahwa Jasa Marga mampu membayar bunga dan mengembalikan utang pokok tepat waktu. Sebab, proyek yang dibangun layak secara finansial. Dan kini Jasa Marga masih bernegosiasi dengan sejumlah bank untuk mendapatkan Rp 4,5 triliun lagi.

Bakrie Toll Road juga mengklaim akan terus menyelesaikan proyek tol Trans Jawa walaupun dunia sedang krisis. Presiden Direktur PT Bakrie Toll Road (BTR) Harya Hidayat mengatakan, Bakrie tidak menghadapi persoalan dalam menyelesaikan proyek tolnya. Perusahaan akan menyediakan dana 30 persen, dan sisanya akan dipinjam dari bank. Komitmen sudah diperoleh Bakrie antara lain dari Bank BNI dan BRI.

Hingga kini tol trans Jawa, yaitu ruas Kanci-Pejagan sepanjang 35 kilometer, telah menyelesaikan pembebasan lahan, sedangkan pembangunan konstruksinya baru kelar 35 persen. "Triwulan ketiga tahun ini selesai," ujar Harya. Sedangkan untuk ruas Pejagan-Pemalang sepanjang 57,5 kilometer masih dalam proses pembebasan lahan. Begitu juga dengan ruas Batang-Semarang sepanjang 75 kilometer. Pembebasan lahan dua proyek itu diharapkan selesai pada akhir 2009.

Proyek infrastruktur lain, pembangkit listrik 10 ribu megawatt, juga berjalan menurut rencana. Menurut Ketua Tim 10 Ribu Megawatt, Yogo Pratomo, sebagian besar proyek sudah oke. Diharapkan dampak krisis terhadap proyek 10 ribu MW minimal karena sudah tahap lanjut. Dengan pemerintah Cina telah lama diteken nota kesepahaman, dan jaminan dari pemerintah juga masih ada.

Soal pendanaan, menurut Yogo, perbankan tak perlu alergi. Sebab, proyek pembangkit listrik ini nantinya akan dimiliki PT Perusahaan Listrik Negara. Lagi pula, kebutuhan listrik Indonesia sangat tinggi. Sekarang rasio elektrifikasi baru 66 persen, artinya masih ada 33 persen rumah yang belum mendapatkan sambungan listrik. Jadi, potensi konsumen baru masih besar.

Secara keseluruhan, proyek 10 ribu megawatt memerlukan investasi dalam rupiah Rp 17,5 triliun sebagai share PLN. Saat ini sudah tersedia Rp 14 triliun, kurang Rp 3 triliun. Sedangkan kebutuhan pendanaan valuta asing US$ 4,4 miliar, US$ 2,5 miliar di antaranya sudah diperoleh dari Bank of China. "Ini sudah diteken, jadi sudah secure," kata Yogo.

Bank of China, menurut Yogo, juga siap mengucurkan US$ 500 juta, menunggu persetujuan dari pemerintah mereka. Sisanya US$ 1,5 miliar dalam proses penjajakan dengan bank asing seperti ABN Amro dan BNP Paribas. Bank-bank lokal kemungkinan juga bisa memberikan pinjaman dalam valuta asing meskipun jumlahnya tidak terlalu besar.

Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bambang Susantono menyatakan, sektor infrastruktur akan menjadi motor penggerak perekonomian di tengah krisis. Sektor pokok ini harus dipenuhi, ada atau tidak ada krisis. "Infrastruktur akan menentukan harga jeruk medan sampai ke Jakarta," kata Bambang.

Persoalannya, pada saat krisis biasanya tidak mudah mendapatkan dana. "Pembiayaan proyek infrastruktur bakal terganggu, terutama proyek swasta," kata Direktur HD Capital Adrian Rusmana. Maka, kata dia, harus ada terobosan pendanaan untuk proyek infrastruktur. Yang memungkinkan adalah dari anggaran negara. Peluang itu cukup besar. Di luar anggaran 2009, masih ada kelebihan penerimaan dalam anggaran 2008 sebesar Rp 50 triliun. Inilah yang mestinya jadi daya pendorong yang kuat untuk menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur.

Tabel Proyek Jalan Tol PT Jasa Marga

11 km
Serpong-Kunciran
Status: Persiapan pembebasan lahan
Target: Pembebasan lahan mulai awal 2009.

15 km
Kunciran-Cengkareng
Status: Persiapan pembebasan lahan
Target: Pembebasan lahan mulai awal 2009.

11 km
Bogor Ring Road
Status: Konstruksi seksi I (40%)
Target: Beroperasi April 2009.

76 km
Semarang-Solo
Status: Pembebasan lahan seksi I (Semarang-Ungaran)
Target: Pembebasan lahan rampung Januari 2009.

32 km
Gempol-Pasuruan
Status: Awal pembebasan tanah
Target: Pembebasan lahan kelar semester pertama 2009.

Proyek Pembangkit Listrik 10 Ribu Megawatt Selesai 2009

PLTU 2 Banten di Labuan
Kapasitas: 2 x 300 megawatt
Investor: Konsorsium Chengda Engineering Corp Industry Corp.
Pendanaan: US$ 288 juta dari konsorsium yang dipimpin BNI.

PLTU 1 Jawa Barat di Indramayu
Kapasitas: 3 x 300 megawatt
Investor: China National Machinery Industry Corp.
Pendanaan: US$ 592 juta sedang proses dengan Bank of China.

PLTU 1 Jawa Tengah di Rembang
Kapasitas: 2 x 300 megawatt
Investor: Konsorsium Zelan Bhd.
Pendanaan: US$ 261 juta dari Barclays Inggris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus