Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#FF9900>Pengendali Bank Century Robert Tantular: </font><br />Saya Tidak Mengelola Bank Century

1 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI tak lulus uji kelayakan dan kepatutan Bank Indonesia pada 1999, Robert Tantular masih bisa menjadi pemegang saham pengendali PT Bank CIC Internasional Tbk. Pada 2002, dia kembali lolos dari lubang jarum kendati audit Bank Indonesia menemukan pelanggaran dalam pengelolaan bank itu. Audit menunjukkan pemberian kredit terindikasi melanggar prinsip kehati-hatian, bahkan ada indikasi pidana.

Pada 2005, pemilik jaringan money changer ini justru berhasil menggabungkan Bank CIC, Bank Danpac, dan Bank Pikko menjadi Bank Century. Tapi kali ini tuah Robert tak manjur. Bank Indonesia memintanya—bersama dua pemegang saham lain— mengembalikan duit dan aset Century senilai US$ 230 juta (Rp 2,7 triliun).

Pekan lalu, Markas Besar Kepolisian RI menahan Robert dan menetapkannya sebagai tersangka. Robert dituding mempengaruhi kebijakan-kebijakan Bank Century sehingga berdampak terhadap likuiditas bank itu. ”Akibatnya, kewajiban bank untuk melayani nasabah tidak bisa dilakukan secara maksimal,” kata Direktur Ekonomi Khusus Brigadir Jenderal Edmond Ilyas.

Kamis siang pekan lalu, Iqbal Muhtarom dari Tempo menemuinya di ruang tahanan Markas Besar Kepolisian Indonesia. Ia tampak berbincang ringan dengan tiga tahanan lain di meja berukuran satu kali satu meter. Suasana ruang tahanan saat itu ramai oleh para pembesuk. Selang dua meja, tampak bekas Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan berbincang dengan sejumlah orang.

Siang itu Robert memakai kaus abu-abu bertulisan ”Your Shot Never Stood a Chance” di bagian belakang. Dengan celana cokelat muda pendek sedikit di atas lutut dan bersandal jepit hijau, Robert sepertinya masih harus beradaptasi dengan hotel prodeo berukuran 3 kali 10 meter itu.

Sebagai salah satu pemegang saham pengendali Bank Century, Anda diminta Bank Indonesia bertanggung jawab?

Ya, saya menunggu saja, bagaimana yang di atas.

Maksud Anda?

Ya, lihat saja nanti proses hukumnya.

Anda diminta mengembalikan aset?

Ya, sudahlah, jangan, saya enggak mau jadi polemik, lihat saja nanti.

Rekam jejak Anda dianggap tak baik di Bank CIC Internasional. Kok, masih bisa mengelola Bank Century?

Ya, itu kan sudah lama.

Punya koneksi di Bank Indonesia?

(Dia kembali tak menjawab.)

Di tengah-tengah obrolan, Robert mengambil sebuah surat kabar yang ada di meja. Kebetulan rubrik yang ia buka ekonomi dan bisnis.

Masih mengikuti perkembangan?

Habis, mau gimana lagi? Ya, baca aja. (Dia terus membuka lembaran koran.)

Anda dituding suka mengintervensi manajemen Century?

Enggak, saya tak pernah. Saya tidak mengelola Bank Century.

Masih mengikuti perkembangan Bank Century?

Ya, sekarang kan sudah aman. Sudah dijamin.

Soal pencekalan Anda?

Ya, lihat saja nanti bagaimana, toh saya enggak akan kabur.

Sebenarnya, apa penyebab terpuruknya Century?

Ya..., karena hitung-hitungan per harinya yang berubah, di luar ekspektasi.

(Sekotak kue ada di depannya: Lapiscakespesialist, terbungkus dalam plastik transparan.)

Siapa yang membawa kue tersebut?

Teman-teman. Maaf ya, sabar saja, lihat saja nanti perkembangannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus