Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga daging ayam yang melambung beberapa pekan terakhir memicu kenaikan inflasi.
Momen perayaan Idul Adha yang jatuh pada pekan terakhir Juni turut memicu kenaikan harga pangan.
Kenaikan harga daging ayam diproyeksi menjadi titik keseimbangan atau menuju harga baru.
JAKARTA — Harga daging ayam yang melambung beberapa pekan terakhir memicu kenaikan inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada Juni 2023 sebesar 0,14 persen secara bulanan, lebih tinggi dibanding inflasi pada Mei 2023 yang sebesar 0,09 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menuturkan kenaikan laju inflasi utamanya disebabkan oleh meroketnya sejumlah harga komoditas bahan pangan atau kelompok makanan dan minuman, dengan inflasi sebesar 0,49 persen serta andil sebesar 0,10 persen terhadap keseluruhan inflasi. “Jika dilihat berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras memberikan andil paling besar terhadap inflasi, yaitu sebesar 0,06 persen,” ujar Pudji, kemarin, 3 Juli 2023.
Momen perayaan Idul Adha yang jatuh pada pekan terakhir Juni turut memicu kenaikan harga komoditas bahan pangan. Selain daging ayam ras, telur ayam ras mencatat andil inflasi cukup tinggi, dengan kontribusi sebesar 0,02 persen. Sedangkan di luar komponen bahan pangan, ada tarif angkutan udara yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,04 persen.
Secara historis, kenaikan harga pangan sering terjadi saat Idul Adha. Untuk harga pangan bergejolak alias volatile food, tingkat inflasinya tercatat 0,44 persen. Hingga pertengahan tahun, inflasi volatile food tercatat 3,22 persen secara tahun berjalan dan 1,2 persen secara tahunan.
Ayam potong di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, 3 Juli 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Penyebab Kenaikan Harga Daging Ayam
Kenaikan harga daging ayam memicu keresahan di kalangan masyarakat ataupun para peternak. Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Herry Darmawan, mengatakan di sisi hulu terjadi kenaikan harga pakan ayam. Dalam dua tahun terakhir, harga pakan ayam meningkat 30 persen, dari sebelumnya di angka Rp 6.000-7.000 per kg menjadi Rp 9.000-9.500 per kg. Padahal komponen pakan tersebut mencakup 65 persen dari harga produksi.
Harga bibit ayam alias day-old chicken (DOC) juga dilaporkan naik, yakni sekitar Rp 8.000 per ekor. Menurut Herry, dengan seluruh komponen tersebut, modal peternak sekitar Rp 23 ribu untuk ayam hidup. “Peternak bisa menghitung biaya produksi, tapi tidak bisa menentukan harga jual karena itu mekanisme pasar,” katanya.
Merujuk pada Panel Badan Pangan Nasional, harga daging ayam ras per 3 Juli 2023 terpantau Rp 38.690 per kilogram, perlahan menurun setelah sebelumnya mencapai lebih dari Rp 40 ribu per kilogram. Herry menambahkan, fenomena kenaikan harga daging ayam yang terjadi saat ini diproyeksikan sebagai titik keseimbangan baru atau menuju harga baru setelah dalam tiga tahun terakhir peternak ayam berada dalam kondisi merugi. “Jangan anggap ini harga naik, melainkan ini harga baru. Kalau harga di pasar jatuh, bisa-bisa peternak tertekan, banyak yang tutup, akhirnya Indonesia bisa tak punya ayam untuk dikonsumsi,” ucap dia.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebelumnya mengatakan kenaikan harga daging ayam banyak dipengaruhi oleh keterbatasan stok dan kurangnya pasokan. Sebelumnya, harga daging ayam terlalu murah pada periode Natal dan tahun baru 2022, serta saat Lebaran 2022, yaitu sekitar Rp 33 ribu per kg. Hal itu, kata Zulkifli, merugikan para pedagang. “Kalau pedagang rugi, sebelum ayam tumbuh besar sudah dipotong, akhirnya sekarang terasa agak kurang stoknya. Jika kurang stok, harga naik,” tutur dia. Zulkifli menargetkan harga daging ayam ddapat segera kembali normal, setidaknya dalam rentang tiga pekan ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo