Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

5 Kekurangan LRT versi YLKI: dari Suara Rem hingga Tak Ada Peta

YLKI menyoroti kekurangan kereta LRT di Palembang.

30 Agustus 2018 | 16.31 WIB

Rangkaian LRT Palembang melintas di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin, 23 Juli 2018. Selain itu, pengerjaan proyek dua jembatan Musi, Musi IV dan Musi VI, dua jembatan layang Keramasan, serta simpang Bandara SMB II, dikebut. Jembatan Ampera, yang merupakan ikon kota empek-empek tersebut, juga dipercantik. ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Perbesar
Rangkaian LRT Palembang melintas di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin, 23 Juli 2018. Selain itu, pengerjaan proyek dua jembatan Musi, Musi IV dan Musi VI, dua jembatan layang Keramasan, serta simpang Bandara SMB II, dikebut. Jembatan Ampera, yang merupakan ikon kota empek-empek tersebut, juga dipercantik. ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI Tulus Abadi mengatakan light rail transit atau LRT Palembang masih memiliki beberapa kekurangan yang harus diperbaiki demi kenyamanan penumpang. Pertama, Depo LRT tampak belum memiliki peralatan cukup, seperti lifting.

Baca juga
: LRT Jakarta Rampung, Kelapa Gading - Dukuh Atas Hanya 45 Menit

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ia menyampaikan hal tersebut setelah mengunjungi LRT Palembang dan menjajal kereta tersebut dari Stasiun Jakabaring menuju Stasiun Palembang Icon bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno beserta direktur BUMN. “Bagaimana mungkin sebuah depo tidak mempunyai peralatan yang cukup?” kata Tulus dalam keterangan tertulis, Kamis, 30 Agustus 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kedua, Tulus mengomentari adanya bunyi yang cukup keras saat kereta LRT berhenti. Suara rem yang cukup keras juga dipertanyakan konsumen.

“Saat kereta akan berhenti di stasiun dan mengerem, bunyi remnya berderit cukup keras. Suara derit ini dipertanyakan konsumen, ini ada apa?” ujarnya.

Ketiga, menurut dia, pengeras suara di dalam gerbong LRT tidak terdengar jelas saat memberikan informasi. Jadi informasi terkait dengan pemberhentian stasiun tidak terdengar jelas oleh penumpang. “Apalagi kalah dengan suara derit rem dan suara berisik kereta,” ucapnya.

Baca jugaSkybridge Hubungkan Halte Transjakarta dan Stasiun LRT Velodrome

Keempat, ia menyampaikan, di dalam gerbong kereta belum ada peta perjalanan secara lengkap seperti pada kereta rel listrik di Jakarta. Kelima, Tulus menilai jembatan penyeberangan orang di Stasiun Jakabaring terlalu panjang. Panjangnya lintasan penyeberangan itu dapat menyebabkan masyarakat mengurungkan niatnya untuk menggunakan LRT. “Apalagi karakter orang Indonesia malas jalan kaki,” tuturnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus