Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI Tulus Abadi mengatakan light rail transit atau LRT Palembang masih memiliki beberapa kekurangan yang harus diperbaiki demi kenyamanan penumpang. Pertama, Depo LRT tampak belum memiliki peralatan cukup, seperti lifting.
Baca juga: LRT Jakarta Rampung, Kelapa Gading - Dukuh Atas Hanya 45 Menit
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menyampaikan hal tersebut setelah mengunjungi LRT Palembang dan menjajal kereta tersebut dari Stasiun Jakabaring menuju Stasiun Palembang Icon bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno beserta direktur BUMN. “Bagaimana mungkin sebuah depo tidak mempunyai peralatan yang cukup?” kata Tulus dalam keterangan tertulis, Kamis, 30 Agustus 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua, Tulus mengomentari adanya bunyi yang cukup keras saat kereta LRT berhenti. Suara rem yang cukup keras juga dipertanyakan konsumen.
“Saat kereta akan berhenti di stasiun dan mengerem, bunyi remnya berderit cukup keras. Suara derit ini dipertanyakan konsumen, ini ada apa?” ujarnya.
Ketiga, menurut dia, pengeras suara di dalam gerbong LRT tidak terdengar jelas saat memberikan informasi. Jadi informasi terkait dengan pemberhentian stasiun tidak terdengar jelas oleh penumpang. “Apalagi kalah dengan suara derit rem dan suara berisik kereta,” ucapnya.
Baca juga: Skybridge Hubungkan Halte Transjakarta dan Stasiun LRT Velodrome
Keempat, ia menyampaikan, di dalam gerbong kereta belum ada peta perjalanan secara lengkap seperti pada kereta rel listrik di Jakarta. Kelima, Tulus menilai jembatan penyeberangan orang di Stasiun Jakabaring terlalu panjang. Panjangnya lintasan penyeberangan itu dapat menyebabkan masyarakat mengurungkan niatnya untuk menggunakan LRT. “Apalagi karakter orang Indonesia malas jalan kaki,” tuturnya.