Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, mengatakan bahwa ada sekitar 50 juta dari total peserta BPJS Kesehatan tidak aktif karena tidak membayar premi. Banyaknya peserta yang tidak aktif tersebut, kata Ghufron, membuat BPJS Kesehatan mengalami potential loss hingga triliunan rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mungkin maksimal (potential loss) Rp 7 triliun,” kata Ghufron di hadapan para wartawan di Jakarta Pusat, Senin, 11 November 2024 .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan Mahlil Ruby menyebutkan potential loss yang dihadapi oleh BPJS Kesehatan akibat banyaknya peserta yang tidak aktif membayar premi mencapai Rp 20 triliun. Namun, angka tersebut belum dihitung dengan biaya manfaat yang kemungkinan didapatkan bila para peserta aktif membayar premi.
“Potential lossnya sekitar Rp 17-20 triliun. Tetapi kalau (membayar) nantinya biayanya bisa sampai dengan Rp 30 triliun, biaya manfaatnya,” ujar Mahlil dalam kesempatan yang sama.
Mahlil mengatakan, saat ini jumlah total peserta BPJS Kesehatan yang masih aktif ada di angka 220 juta penduduk. Mahlil mengklaim, hal itu berarti selama sekitar dua tahun terakhir, peserta BPJS Kesehatan yang aktif hanya bertambah sekitar 7 juta orang.
“Ada 15 juta (peserta) yang kita rekrut, tambah dengan 5 juta yang kita reaktivasi. Tapi yang menjadi sebagai (peserta) aktif hanya 7 juta, itu benar-benar bocor. Itu lebih besar yang kita rekrut, kecil yang menjadi buah (aktif),” ucap Mahlil.
Pada 2024, cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dalam hal ini BPJS Kesehatan telah mencapai angka 98 persen. Yang mana artinya sudah mencapai target yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Angka kepesertaan BPJS Kesehatan sendiri diketahui memang menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun.