Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Acara Komedi Nonpelawak

Tayangan stand up comedy bermunculan di televisi. Pelakunya memiliki profesi serius seperti tentara atau dokter.

26 September 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERSAN Dua Daslan menghadap komandannya di Pangkalan Korps Marinir Surabaya. Pemain simbal di Detasemen Musik itu minta izin ikut audisi kontes "Stand Up Comedy Indonesia" yang diadakan Kompas TV. "Komandan mengizinkan," kata Daslan kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Sang komandan memang tak heran jika Daslan minta restu melawak. Sebelumnya, Daslan malang-melintang di taman hiburan Surabaya sebagai anggota Srimulat Surabaya. Tapi kali ini Daslan keluar dari "zona nyaman" melawak, karena dia harus tampil tanpa kelompok. "Lebih susah karena lawakan tunggal," ujar Daslan, yang berhasil lulus audisi di Nen's Cafe Surabaya.

Daslan memang tampil beda. Dalam audisi di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, peserta lain tampil perlente, sang marinir naik ke panggung mengenakan seragam lengkap dengan baret marunnya. Tapi Daslan mengaku belum berani melucu seputar dunia tentara.

Daslan adalah satu dari 13 peserta "Stand Up Comedy Indonesia", yang mulai disiarkan Kompas TV pada Sabtu pekan lalu. Stand up comedy atau oleh para komedian disebut komedi tunggal tengah mewabah di televisi. Kamis dua pekan lalu Metro TV mulai menayangkan Stand Up Comedy Show. Setidaknya ada dua stasiun televisi lainnya yang berancang-ancang membuat acara serupa.

Direktur Produksi dan Program Kompas TV Indra Yudhistira Ramadhan menceritakan, selama ini komedi tunggal hanya muncul sporadis sebagai pelengkap acara lain. Berkarier di banyak stasiun televisi, Indra berkali-kali mencoba mengajukan acara khusus komedi tunggal tapi selalu kandas. Pe tinggi stasiun televisi beralasan, komedi ala Barat itu tak cocok buat pemirsa Tanah Air.

"Saya menunggu sepuluh tahun untuk membuat acara stand up comedy," kata Indra. "Baru bisa sekarang karena saya pembuat keputusan programnya."

Acara komedi tunggal buatan Kompas TV mengambil format kontes idola, lengkap dengan babak eliminasi dan karantina. Bedanya, juaranya tak ditentukan pemirsa lewat pesan pendek. Keputusan berada di tangan juri Butet Kartaredjasa, Indro "Warkop", serta presenter dan pemain sinetron Astrid Tiar. "Astrid jadi ukuran bahwa materi komedian ini juga lucu dari sudut pandang awam," kata Indra.

Format kontes yang menurut Indra lebih mudah dicerna ini dipakai buat mengenalkan komedi tunggal kepada pemirsa. Ia berharap dari kontes ini akan muncul komedian berkualitas yang sanggup memandu acara talk show televisi seperti yang dilakoni komedian di Amerika

Saat ini, kata Indra, belum ada komedian tunggal yang dikenal luas. Jakarta dan Bandung punya suplai komedian tunggal cukup melimpah. Tapi, di luar dua kota itu, mereka kesulitan mencari peserta. "Kebanyakan peserta juga masih menceritakan lelucon, padahal stand up bukan itu," kata Indra.

Saat audisi di Shoot Cafe, Medan, dari pagi hingga pukul tiga sore cuma 17 orang peserta yang datang. Yang akhirnya lolos ke putaran final pun hanya Fauzi, seorang dokter.

Melihat kondisi itu, Indra memilih berkompromi. "Tidak bisa stand up comedy murni, harus mengadopsi sedikit gaya melawak lokal." Indra juga menggandeng sosok yang sudah piawai berkomedi tunggal sebagai pelatih. Mereka antara lain pemilik Comedy Cafe Ramon P. Tommybens dan Welnaldi alias Iwel yang sudah sering berkomedi tunggal di televisi.

l l l

RATUSAN orang menyemut di Rolling Stone Cafe di bilangan Ampera, Jakarta Selatan. Malam pada akhir Agustus lalu itu mereka mendatangi acara "Stand Up Night" yang diadakan komunitas Stand Up Indo.

Berbeda dengan "Stand Up Night" sebelumnya di Comedy Cafe Kemang dan Bober Cafe Bandung, kali ini penonton dipungut karcis Rp 50 ribu per orang. "Semula kami ragu apakah ada yang mau nonton kalau harus bayar begitu," kata Isman H. Suryaman, penggagas Stand Up Indo. Tak disangka, malam itu penonton berjejal hampir 900-an orang, lebih dari dua kali lipat kapasitas gedung.

Stand Up Indo dimulai Isman bersama Ernest Prakasa saat membuat Open Mic di Comedy Cafe Kemang, Juli lalu. Dalam ajang Open Mic, siapa pun boleh naik panggung dan unjuk kebolehan komedi tunggal. "Ide membuat acara itu memang karena ada audisi stand up comedy dari Kompas TV," kata Isman.

Ernest, yang saat itu mengikuti audisi acara "Stand Up Comedy Indonesia", menggandeng dua pemandu acara Kompas TV itu, Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika. Dua "selebtwit"-selebritas Twitter- itu menyebarkan kabar acara mereka lewat Twitter. Penampilan tiap komedian diunggah ke situs berbagi video YouTube.com.

Dari awalnya hanya lima komedian, kini bisa sampai 20 orang siap tampil di Stand Up Indo. "Saya sudah lama membuat materi, tapi baru sekarang ada tempat buat tampil," kata Asmara Letizia Wreksono-Usuluddin, yang memilih nama panggung Miund.

Pada saat hampir bersamaan bermunculan komunitas komedi tunggal di Yogyakarta, Purwokerto, Bali, Samarinda, dan Pontianak. Yogyakarta, misalnya, punya ajang Open Mic mingguan Seloso Selo di Geronimo Cafe.

Menjamurnya komedi tunggal inilah yang ditangkap Metro TV. Manajer Produksi Kreatif Metro TV Agus Mulyadi bercerita, sejak setahun lalu stasiun televisinya ingin membuat acara komedi tunggal. Saat itu, kata dia, Metro butuh program komedi. Tapi, sebagai televisi berita, Metro TV tak mungkin menampilkan model lawakan slapstick.

"Namun kami masih ragu apa pemirsa akan suka kalau ada acara khusus stand up comedy," kata Agus. Lagi pula Agus tak tahu seberapa banyak orang yang mampu melakukannya. "Kalau cuma menampilkan orang yang itu-itu saja, lama-lama penonton bosan."

Melihat Stand Up Night banjir penonton, Agus memberanikan diri membuat Stand Up Comedy Show. Acara berdurasi setengah jam ini menampilkan tiga orang komedian yang masing-masing dijatah delapan menit buat melucu. Pada edisi perdana tampil Miund, Soleh Solihun, dan Steny Agustaf.

Soleh saat membuka penampilannya berterima kasih diberi kesempatan bicara selama delapan menit. "Karena setahu saya cuma Surya Paloh yang bisa bicara selama itu di Metro TV," ujarnya merujuk pada pemilik stasiun televisi Metro TV.

Agus menjelaskan, mereka memang tak terlalu membatasi materi para komedian karena galibnya komedi tunggal memang menyerempet isu-isu sensitif. "Kita serahkan sensor pada mereka sendiri, asalkan tidak menyerang suku, agama, atau ras."

Baru tayang perdana, komedi tunggal meraih rating yang sama besarnya dengan acara favorit Metro, KickAndy Show.

Dengan merebaknya acara komedi tunggal di televisi, Isman H. Suryaman optimistis komedi tunggal bisa jadi model hiburan baru. "Dulu, acara cuma dimeriahkan dengan musik, nantinya mungkin komedi tunggal bisa jadi alternatif," ujarnya.

Oktamandjaya Wiguna


Urat Humor Orang Serius

FERDIRIVA Hamzah, dokter spesialis mata, keder menghadapi puluhan pasang mata yang menatapnya di Bober Cafe Bandung. Malam pada akhir Juli lalu itu ia bukan jadi pembicara kesehatan, tapi tampil di acara komedi tunggal "Stand Up Night". "Saya sempat grogi," kata Riva, sapaan akrab penulis Catatan Dodol Calon Dokter, buku pengalaman jenakanya saat menjalani masa calon dokter alias koas.

Sejak kecil menonton tayangan komedi situasi buatan televisi Amerika Serikat, Riva memilih pendekatan humor gaya Barat itu manakala dituntut lucu dalam promosi bukunya. Riva memang tidak bisa mendadak lucu. Namun, setelah terbiasa berpromosi untuk bukunya, ia mulai selucu isi bukunya. "Sewaktu pentas di Bandung itu saya ambil bahan humor dari buku saya itu," ujarnya.

Selepas acara tersebut, Riva dikontak Kompas TV. Ia diminta datang mengikuti casting pemandu acara kesehatan. "Waktu casting itu saya diminta memeragakan stand up comedy," kata Riva. Berkat kefasihannya berkomedi tunggal, Riva akhirnya menyisihkan 30 dokter lainnya buat memandu acara kesehatan "Tanya Dokter" yang serius tapi santai. Kini, di hampir setiap episodenya, Riva membuka acara dengan komedi tunggal.

Menurut penggagas Stand Up Indo, Isman H. Suryaman, komedian tunggal rata-rata bukan berprofesi pelawak. Isman, misalnya, konsultan teknologi informasi. Aktivis Stand Up Indo lainnya, Mongol, bekerja di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Namun, menurut Isman, ada kesamaan dari para komedian ini: doyan menikmati tayangan komedi tunggal pada masa remaja.

Asmara Letizia Wreksono-Usuluddin bercerita, sejak kecil ia sudah menonton aksi komedian dari Amerika, Jerry Seinfield. Miund, begitu nama panggung Asmara, pertama kali bertemu dengan komedi tunggal dalam penerbangan liburan ke Los Angeles, Amerika Serikat. Sejak itu ia keranjingan komedi tunggal. Bergabung ke Stand Up Indo, Miund rajin naik panggung. "Tapi ini cuma sebatas hobi, belum bisa jadi profesi," ujar penyiar radio ini.

OW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus