Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRAHARA tengah menimpa salah satu pejabat eselon I termuda di Indonesia. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Agung Kuswandono terseret perkara anak buahnya, Heru Sulastyono, mantan Kepala Subdirektorat Ekspor, yang menjadi tersangka perkara suap dan tindak pidana pencucian uang.
Dia disebut-sebut pernah menerima sejumlah uang dari Heru, yang dananya bersumber dari seorang cukong pemain pelabuhan. Saat ini Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan bergerak menginvestigasi tuduhan tersebut.
Dalam wawancara dengan Amandra Mustika Megarani dan Iqbal Muhtarom dari Tempo di kantornya, Kamis pekan lalu, Agung membantah semua tudingan itu.
Anda disebut-sebut terlibat kasus Heru Sulastyono?
Ada-ada saja sampean.
Kami mendapat informasi Anda pernah mendapat kiriman uang empat kali?
Dana dari mana? Enggak ada, enggak kenal, enggak tahu.
PPATK sedang menelusuri kiriman uang dari ATM milik Adi Kancil yang dipegang Heru?
Enggak ada. Laporannya saja saya belum tahu.
Apakah Anda kenal Sumadi Seng dan anak buahnya, Adi Kancil?
Enggak ada, enggak kenal.
Soal penerimaan uang tadi, kabarnya Anda sudah dipanggil Menteri Keuangan?
Dipanggil apa maksudnya? Kalau ketemu Pak Menteri, hampir setiap hari saya ketemu beliau.
Apakah Menteri Keuangan pernah menanyakan soal laporan PPATK?
Enggak ada.
Soal kasus Heru Sulastyono?
Termasuk itu. Tapi jangan dibawa ke isu saya yang tidak-tidak, ya? Saya tidak mau.
Kabarnya, ada pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dalam kasus ini?
Irjen dan saya bekerja sama sekarang ini. Ada SK Menteri Keuangan yang menugasi kami menangani kasus-kasus yang terjadi belakangan ini.
Banyak yang bilang reformasi birokrasi yang terjadi di Bea dan Cukai gagal?
Reformasi birokrasi dimulai pada 2007 dan kasus Pak Heru terjadi sebelum 2007. Dengan adanya reformasi birokrasi, tidak berarti secara langsung semua itu bisa dihapus, karena mungkin ada satu-dua orang yang masih greedy.
Apakah memang sulit mengatasinya?
Memang tak ada yang mudah. Itu sebabnya dukung kami supaya yang sudah bagus ini tidak terdemotivasi. Ingat, ada 10 ribu pegawai yang kami dorong mentalnya menjadi baik. Nah, sekarang satu-satunya jalan membuat Bea dan Cukai rusak, ya, dirjennya dihajar.
Siapa yang menghajar Anda?
Enggak tahu saya. Ya, adalah pokoknya. Saya ini hidup ala kadar saja. Jadi diangkat alhamdulillah, nanti kalau sudah selesai dan dicopot, ya, alhamdulillah juga. Yang penting menjalankan amanah dengan baik.
Bagaimana kalau kasus ini sampai membuat Anda dicopot?
Saya enggak peduli saya mau diturunkan, itu bukan urusan saya. Tapi, selama saya jadi pimpinan di sini, saya harus menjaga semua anak buah agar memiliki komitmen yang kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo