KARENA surplus perdagangannya ya luar biasa besar - sedikitnya $
17 milyar tahun ini, Jepang dikagumi. Tapi prestasinya itu telah
menimbulkan ama rah banyak partner dagangnya. Amerika Serikat
dan Eropa Barat terutama sekali telah mengancam akan mengambil
langkah proteksi karena kewalahan dilanda banjir barang buatan
Jepang. Dengan defisit perdagangannya yang mendekati $ 30 milyar
tahun ini, Amerika paling keras bersuara mendesak supaya PM
Takeo Fukuda mengurangi surplus Jepang itu. Jepang diminta
supaya juga banyak membeli, jangan cuma hanyak menjual.
Desakan dan ancaman itu belakangan ini demikian keras, ditambah
pula akibat nilai Yen dibanding dollar makin naik, hingga PM
Fukuda merombak kabinetnya. Dia menggambarkan bahwa Jepang
sedang menghadapi "krisis ekonomi terburuk" sesudah perang.
Kabinet Fukuda yang baru minggu lalu mulai menunjukkan sikap
menenggang, yaitu ia mengurangi tarif impor 318 jenis barang
rata-rata 23%. Penurunan ini mulai berlaku April nanti bila Diet
(Parlemen Jepang) sudah menyetujuinya. Sesudah Jepang mengurangi
tarif rata-rata 20% untuk lebih dari 1800 jenis barang pada
tahun 1972, ini adalah penurunannya yang terbesar. Sekali ini
diturunkannya rata-rata 31% untuk hasil industri dan 15% untuk
produksi pertanian dan perikanan. Sebagai tambahan, akan
diperbesarnya pula quota impor untuk daging dan buahbuahan yang
biasanya dibeli perhotelan.
Jumlah impornya yang terkena pengurangan tarif ini akan mencakup
nilai sekitar $ 2,2 milyar per tahun. Sepertiga dari jumlah itu,
menurut pengamatan di Washington, akan bisa menguntungkan ind
ustri Amerika, sedang seperlima akan jadi bagian rezeki Eropa,
dan sisanya diduga menyenangkan partner dagang Jepang di Asia
Tenggara dan tempat lainnya.
Belanja Banyak
Bagi Indonesia khususnya, mungkin itu akan sedikit menggairahkan
ekspor biji kopi ke Jepang yang tarifnya turun ke 20% dari 25%.
Kebetulan Indonesia, yang mengalami surplus dengan Jepang, tidak
tergolong paling menggerutu. Namun surplus Indonesia itu,
terutama untuk ekspor barang non-minyak, semustinya bisa
ditingkatkan lagi. Dengan kenaikan nilai Yen, importir Jepang
tentu menjumpai barang Indonesia lebih murah karena kurs Rupiah
ikut merosot bersarna dollar.
Sebelum diumumkan pengurangan tarif impor itu, PM Fukuda telah
mengirim Menteri Urusan Ekonomi Luar Negeri, Nobuhiko Ushiba ke
Washington. Bekas dutabesar Jepang di Washington yang barusan
diangkat jadi Menteri itu, dalam perundingan berjanji akan
mengurangi surplus Jepang dengan Amerika - kini melebihi $ 8,5
milyar setahun.
Para pejabat Amerika sebaliknya mendesak supaya Jepang bukan
hanya mengurangi surplus, bahkan juga supaya mendefisitkan
perdagangannya dengan Amerika. Sementara itu para anggota
Congress mengemukakan fakta telah banyak pabrik di Amerika yang
berhenti kerja atau mengurangi produksi yang berakibat tingkat
pengangguran bertambah. Congress sendiri, demikian Ushiba
diberitahu, menghadapi tekanan berat supaya meng-goal-kan
undang-undang proteksi.
Jepang sendiri sudah lama menjalankan proteksi. Surplus besar
yang dinikmatinya bukan hanya karena keunggulannya di bidang
ekspor, melainkan juga karena politiknya yang menciutkan impor
dengan tarif tinggi dan pembatasan quota. Semangat berbelanja di
dalam negerinya telah ditekan. Kemajuan industrinya yang begitu
pesat lebih banyak diarahkan untuk ekspor. Maka Nikon dan Asahi
Pentax, atau tape-recorder Sony misalnya, lebih rendah harganya
di Hongkong daripada di Tokyo.
Kekuatan industri Jepang adalah no. 3 di dunia sesudah Amerika
dan Uni Soviet. Narnun pengetatannya ke dalarn -- ini
mengagetkan orang luar - telah membuat ekonomi domestiknya
bertumbuh cuma 4,4% setahun. Semustinya itu ditingkatkan ke
sedikitnya 8%, demikian saran delegasi dagang Amerika di Tokyo
bulan Nopember. Bagaimana supaya Jepang sedikit royal, mau
berbelanja banyak, itulah desakan orang luar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini