Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Agar jepang sedikit royal

Surplus perdagangan jepang yang sangat besar menimbulkan amarah partner dagangnya, amerika dan eropa barat. kabinet pm fukuda berusaha mengurangi tarif impor 318 jenis barang dengan rata-rata 23%.

24 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARENA surplus perdagangannya ya luar biasa besar - sedikitnya $ 17 milyar tahun ini, Jepang dikagumi. Tapi prestasinya itu telah menimbulkan ama rah banyak partner dagangnya. Amerika Serikat dan Eropa Barat terutama sekali telah mengancam akan mengambil langkah proteksi karena kewalahan dilanda banjir barang buatan Jepang. Dengan defisit perdagangannya yang mendekati $ 30 milyar tahun ini, Amerika paling keras bersuara mendesak supaya PM Takeo Fukuda mengurangi surplus Jepang itu. Jepang diminta supaya juga banyak membeli, jangan cuma hanyak menjual. Desakan dan ancaman itu belakangan ini demikian keras, ditambah pula akibat nilai Yen dibanding dollar makin naik, hingga PM Fukuda merombak kabinetnya. Dia menggambarkan bahwa Jepang sedang menghadapi "krisis ekonomi terburuk" sesudah perang. Kabinet Fukuda yang baru minggu lalu mulai menunjukkan sikap menenggang, yaitu ia mengurangi tarif impor 318 jenis barang rata-rata 23%. Penurunan ini mulai berlaku April nanti bila Diet (Parlemen Jepang) sudah menyetujuinya. Sesudah Jepang mengurangi tarif rata-rata 20% untuk lebih dari 1800 jenis barang pada tahun 1972, ini adalah penurunannya yang terbesar. Sekali ini diturunkannya rata-rata 31% untuk hasil industri dan 15% untuk produksi pertanian dan perikanan. Sebagai tambahan, akan diperbesarnya pula quota impor untuk daging dan buahbuahan yang biasanya dibeli perhotelan. Jumlah impornya yang terkena pengurangan tarif ini akan mencakup nilai sekitar $ 2,2 milyar per tahun. Sepertiga dari jumlah itu, menurut pengamatan di Washington, akan bisa menguntungkan ind ustri Amerika, sedang seperlima akan jadi bagian rezeki Eropa, dan sisanya diduga menyenangkan partner dagang Jepang di Asia Tenggara dan tempat lainnya. Belanja Banyak Bagi Indonesia khususnya, mungkin itu akan sedikit menggairahkan ekspor biji kopi ke Jepang yang tarifnya turun ke 20% dari 25%. Kebetulan Indonesia, yang mengalami surplus dengan Jepang, tidak tergolong paling menggerutu. Namun surplus Indonesia itu, terutama untuk ekspor barang non-minyak, semustinya bisa ditingkatkan lagi. Dengan kenaikan nilai Yen, importir Jepang tentu menjumpai barang Indonesia lebih murah karena kurs Rupiah ikut merosot bersarna dollar. Sebelum diumumkan pengurangan tarif impor itu, PM Fukuda telah mengirim Menteri Urusan Ekonomi Luar Negeri, Nobuhiko Ushiba ke Washington. Bekas dutabesar Jepang di Washington yang barusan diangkat jadi Menteri itu, dalam perundingan berjanji akan mengurangi surplus Jepang dengan Amerika - kini melebihi $ 8,5 milyar setahun. Para pejabat Amerika sebaliknya mendesak supaya Jepang bukan hanya mengurangi surplus, bahkan juga supaya mendefisitkan perdagangannya dengan Amerika. Sementara itu para anggota Congress mengemukakan fakta telah banyak pabrik di Amerika yang berhenti kerja atau mengurangi produksi yang berakibat tingkat pengangguran bertambah. Congress sendiri, demikian Ushiba diberitahu, menghadapi tekanan berat supaya meng-goal-kan undang-undang proteksi. Jepang sendiri sudah lama menjalankan proteksi. Surplus besar yang dinikmatinya bukan hanya karena keunggulannya di bidang ekspor, melainkan juga karena politiknya yang menciutkan impor dengan tarif tinggi dan pembatasan quota. Semangat berbelanja di dalam negerinya telah ditekan. Kemajuan industrinya yang begitu pesat lebih banyak diarahkan untuk ekspor. Maka Nikon dan Asahi Pentax, atau tape-recorder Sony misalnya, lebih rendah harganya di Hongkong daripada di Tokyo. Kekuatan industri Jepang adalah no. 3 di dunia sesudah Amerika dan Uni Soviet. Narnun pengetatannya ke dalarn -- ini mengagetkan orang luar - telah membuat ekonomi domestiknya bertumbuh cuma 4,4% setahun. Semustinya itu ditingkatkan ke sedikitnya 8%, demikian saran delegasi dagang Amerika di Tokyo bulan Nopember. Bagaimana supaya Jepang sedikit royal, mau berbelanja banyak, itulah desakan orang luar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus