Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dingin Di Jepang

Harga kayu bundar merosot, karena jepang mengurangi pembeliannya di musim dingin dan lebih banyak membelinya ke malaysia. sementara penggergajian kayu di kal-tim telah menghentikan produksinya.

24 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR setiap penghujung tahun harga kayu bundar (logs) merosot. Juga demikian sekarang ini. Meranti merah dari Kalimantan, misalnya, kini jatuh ke $ 43 per M3, dibanding $ 58 pada bulan Juli lalu. Sebab utama kemerosotan ini: Jepang mengurangi pembeliannya di musim dingin ini. Jepang adalah pasaran utama bagi kayu Indonesia. Dari seluruh impor Jepang tiap bulan sekitar 2 juta M3, Indonesia mensuplai 38-40%. Maka suhu di sini pun turun setiap kali terasa dingin di Jepang. Dengan naiknya kurs Yen terhadap dollar Amerika, impor kayu oleh Jepang meningkat. Tapi belakangan ini Jepang lebih bernafsu membeli dari Malaysia (Serawak dan Sabah) hingga stoknya pun --hampir 4,5 juta M3 bulan Oktober -- jauh melebihi konsumsi. Ini mempengaruhi harga pembeliannya. Eksportir Indonesia, menurut Masyarakat Perkayuan Indonesia (MPI), kurang bisa bersaing karena biaya produksi di sini tetap tinggi dan tarif angkutan yang ditetapkan oleh INSA/LTA masih bertahan. Tarif itu semustinya turun karena ruangan kapal tersedia banyak berhubung angkutan kayu dari Siberia ke Jepang dihentikan musim dingin ini. Sampai kapan harga bisa naik lagi, para pengusaha enggan meramalkannya. Tapi mereka umumnya sudah belajar dari pengalaman pahit tahun 1974 ketika harga jatuh ke $ 28 per M3. Dulu mereka tidak mempunyai tabungan hingga stok mereka terpaksa dijual murah. Tapi sekarang, kata satu pengusaha di Kalimantan Timur, "biarpun harga kayu merosot kami masih punya tabungan." Kayu Masak Di Kaltim, koresponden TEMPO Dahlan Iskan melaporkan, seperti biasa dalam keadaan harga logs jatuh, orang kembali teringat betapa pentingnya industri kayu. Selama ini nasib industri kayu dilupakan ketika harga logs meningkat. "Produksi kayu masak (sudah diolah) sekarang ini hanya 30% dari kapasitas sawmill (penggergajian)," kata ir. A. Rahman Karim, Kepala Dinas Perindustrian Kaltim. Ini berarti investasi yang sudah berjalan pun kurang dimanfaatkan. Contoh: Sawnmill termodern di Asia Tenggara, milik PT Kayan River Timber Products, yang dipasang di pedalaman belahan utara Kaltim, telah menghentikan produksinya. Angka ekspor kayu masak selama ini kecil sekali dibanding jumlah ekspor logs (18,6 juta M3 bernilai $ 781,7 juta tahun lalu). Terdapat kesan pemilik HPH kurang gigih memasarkan kayu masak, apalagi bila harga logs sedang baik. Tahun ini, nilai ekspor logs Indonesia diduga tidak akan setinggi 1976. Namun, tanpa tekanan pemerintah, pemilik HPH tak mungkin beralih gigih ke pemasaran kayu masak. Sebaliknya, kaum pengusaha seperti Dir-Ut Poleko Group, Arnold Baramuli, yang juga wakil ketua Dewan Pembina MPI ingin mendesak bantuan pemerintah. "Keter gantungan kita kepada Jepang ini tak sehat," kata Baramuli kepada Yunus Kasim dari TEMPO. "Jepang seharusnya membeli kayu kita dengan harga wajar seperti yang diusulkan ASEAN. Pemerintah (RI) dalam hal ini perlu mengaturnya dengan pihak Jepang."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus