TAK ada ketentuan dari semula bahwa bayi Yesus harus dilahirkan
di suatu tempat yang khusus. Entah di istana, di biara, rumah
bersalin, di hotel, bahkan juga tak ada ketentuan bahwa ia harus
lahir di sebuah kandang. Keadaan tertentu telah membuat ia
dilahirkan di sebuah kandang.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa peristiwa natal pada mulanya
adalah sebuah skandal. Aib yang memalukan: bahwa yang dipertuan,
raja atas segala raja lahir di sebuah kandang! Diberitakan dalam
kitab bahwa tak ada kamar yang sisa di kota Betlehem saat itu.
Ketika Maria yang hamil tua berjalan dipapah oleh Yusuf suaminya
menanyakan dari pintu ke pintu, semua kamar penuh. Tinggal
seorang (mungkin dermawan yang iba melihat perut Maria)
menawarkan kandang. Lalu menginaplah Yusuf beserta keluarga di
situ.
Ketika telah genap bulannya, lahirlah sang bayi. Terbedung kain
lampin dan tergolek di palungan. Bayi Semit anak Maria yang satu
ini di kelak kemudian hari akan banyak menimbulkan kontroversi.
Bukan hanya di kalangan bangsa Yahudi, atau kalangan bangsa
Semit, akan tetapi menjangkau segenap bangsa di muka bumi.
Ketika Kristus lahir, langit terbelah. Lalu dari atas muncul
satu divisi tentara surga mengangkat nafiri membawakan lagu-lagu
pujian yang kelewat merdu. Ada yang duduk, ada yang berdiri. Ada
yang meniup terompet, ada pula yang menabuh gambus dan memetik
kecapi. Ada yang hanya urun suara. Setelah inisiatif diambil
dari atas, maka natal pun dipestakan orang dari tahun ke tahun
di mana-mana. Dalam keramaian yang rata-rata sama.
ISTANA HERODES
Di malam natal itu ada bintang bernyala aneh. Berjalan menuntun
sekelompok orang bijak, 'para pembaca zaman' dari negeri Timur.
Mereka berjalan ke arah kota Betlehem, mencari di mana bayi itu
dilahirkan. Malah sempat mampir ke istana Herodes. Serta tanpa
curiga memberitakan ramalan yang mereka baca tentang bakal
lahirnya raja mesias yang akan menyelamatkan bangsanya.
Herodes ternyata pintar menyimpan rasa dengki. Ia memancing agar
para majus itu mau kembali manakala mereka sudah menemukan raja
mesias itu, supaya ia pun bisa ikut bersembah-sujut.
Siasat Herodes dipatahkan oleh malaikat yang ikut campur tangan.
Memberi mimpi pada pal-a majus agar tak usah kembali menemui
Herodes. Dan meledaklah kemarahan sri baginda Herodes karena
tipu muslihat ini. Lalu memerintahkan pembantaian semua bayi
lelaki di negeri Bctlehem dan di segala jajahannya yang berumur
dua tahun ke bawah. Tatkala itu sampailah apa yang diramalkan
oleh nabi Yermia: 'Adalah suatu suara telah kedengaran di negeri
Rama, yang menangis dan meratap arnat sangat, yaitu Rahel
menangiskan anak-anaknya, tiadalah ia mau dihiburkan, sebab
anaknya sudah hilang'.
Pembunuhan politik terjadi di hari natal karena sri baginda tak
sudi disaingi. Yang paling berkepentingan dengan hal-hal
mengenai kelahiran seorang mesias bangsa Yahudi adalah para
rabbi Yahudi. Dengan ketelitian yang luar biasa mereka
menyelidik naskah-naskah tua. Mereka mewakili ketekunan orang
yang selama berabad-abad tak lelah-lelahnya menyimak kitab
sambil menunggu pemenuhan janji. Peristiwa sejarah silih
berganti melewati mereka, huru-hara menerjang mereka, musim demi
musim menjenguk di balik kaca, namun di depan mejanya
orang-orang ini tetap tekun membaca. Khabar demi khabar datang
berganti-ganti: bahwa mesias ini, mesias itu, telah ada atau
telah di ambang pintu. Bahwa mesias yang ditunggu-tunggu itu
telah ada di sana, atau ada di sini!
BUKAN INI .....
Ketekunan mereka tak tergoyahkan. Akan halnya Yesus orang
Nasaret yang muda dan banyak pengikutnya itu pun telah mereka
temui. Namun mereka anggap sebagai pemimpin sekte agama Yahudi
biasa. Dan sambil membalik-balik kitab para rabbi Yahudi itu
menengok ke luar jendela serta berkata dengan setengah suara:
Bukan ini juruselamat yang dijanjikan itu. Sebab dunia masih
tetap yang itu-itu juga. Zaman masih kacaubalau. Kebenaran dan
keadilan belum benar-benar ditegakkan. Kita masih harus sabar
menunggu! Lalu berbaliklah mereka ke bangku, kembali
membalik-balik buku.
Teranglah kiranya, bahwa bagi mereka yang percaya, Yesus
bukanlah manusia biasa. Setidak-tidaknya bukan seorang yang
hidup tanpa berharap. Meski terbedung dalam 'bahasa dongeng' dan
tergolek dalam alarn fikiran yang mungkin tak cocok lagi dengan
alam fikiran kita, ia tetap tampil sebagai perintis jalan hidup
yang teguh. Berkat dan rahmat Allah tuntas dijelmakan dalam diri
orang ini. Dalam komitmennya yang tuntas pula terhadap sesama
yang tergendala karena hubungan-hubungan hidup yang dilepoti
dosa.
Berkah Allah yang besar tentu menimbulkan rasa syukur yang
besar. Ada yang menganggap bahwa pesta setahun sekali di musim
hujan bulan Desember merupakan cara paling tepat untuk
bersyukur. Menarik dana sebisa-bisanya agar dapat mehbuat pesta
semeriahnya. Lalu pesta diselenggarakan di mana-mana. Lilin
dinyalakan, rasa syukur dihidupkan. Biaya tak jadi ukuran.
Tidaklah tepat mengukur rasa syukur dengan jumlah biaya.
Pada mulanya natal adalah sebuah skandal. Dan skandal itu
dirayakan dengan pesta setiap tahun. Ada yang dengan biaya
banyak, ada yang tidak.
Tapi .... di negeri para pembeli, pesta itu biasanya meriah
sekali. Di hari natal, persediaan barang sungguh menggelitik
para tukang-beli. Dan para pedagang jua yang mendapat berkah
berlimpah-ruah. Sudah mendapat rahmat, laris pula barang
jualannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini