Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KITA hidup di dunia yang penuh tawaran utang. Ajuan pinjaman tunai secara mudah dan cepat bertebaran di mana-mana. Terjepit di karet penghapus air di kaca depan mobil, tertempel di tiang listrik hingga pelosok kampung, atau diserahkan nona jelita sepulang salat Jumat di masjid.
Mahadewa punya cerita. Ayah dua anak ini pusing memikirkan kelanjutan renovasi rumahnya. ”Ada pengeluaran tak terduga yang cukup besar,” ujar karyawan swasta yang mulai membangun rumahnya delapan bulan lalu ini.
Solusi tersedia. Sebuah bank menawarkan pinjaman tanpa agunan dengan persyaratan yang tidak rumit. ”Cuma menyerahkan slip gaji doang,” kata karyawan perusahaan telekomunikasi ini. Uang Rp 40 juta pun mengalir mulus ke koceknya. Tugasnya kini hanya membayar angsuran Rp 2,5 juta per bulan selama satu setengah tahun.
Bank Indonesia mencatat, penyaluran kredit konsumsi dan kredit tanpa agunan alias KTA memang terus bertambah setiap tahun. Totalnya Rp 58,59 triliun pada 2001 dan membengkak jadi Rp 230 triliun lima tahun kemudian.
Salah satu jenis kredit tanpa agunan yang gencar ditawarkan adalah HSBC Personal Loan. Produk ini biasanya digunakan untuk renovasi rumah, modal usaha, dan pendidikan. ”Pertumbuhannya sangat baik,” kata Senior Vice President Cards & Consumer Asset Marketing HSBC, Dessy Masri, tanpa mau menyebut angka.
Dari bank lokal, ada Bank BNI yang menawarkan produk BNI Fleksi untuk pembiayaan kredit konsumsi dan BNI Cerdas untuk pembiayaan pendidikan. Hingga akhir tahun lalu, pengucuran kedua kredit ini mencapai Rp 400-500 miliar. ”Rasio pertambahan setiap tahun 20 sampai 25 persen,” kata Direktur Konsumer Bank BNI, Tjahjana Tjakrawinata.
Kendati sekilas terasa mudah dan menyenangkan, kredit tanpa agunan ini perlu dicermati. Soalnya, bunganya hampir sama dengan bunga kartu kredit. Angkanya jelas lebih tinggi ketimbang bunga kredit kepemilikan rumah yang cuma sekitar 8,75 persen setahun atau bunga kredit kendaraan bermotor yang 5,5 persen setahun.
Tingginya tingkat bunga itu, kata perencana keuangan M. Ichsan dari PrimePlanner, ”lantaran bank tidak minta jaminan apa pun selain melihat penghasilan per bulan.”
Bunga tambahan yang dikenakan bila terlambat bayar pun perlu diwaspadai. Besarnya memang tak seberapa, kira-kira 0,05 persen dari total pinjaman. ”Tapi, makin besar pinjaman, bilangan pengalinya makin tinggi,” ujar Ichsan.
Kegagalan meneruskan cicilan kredit bahkan bisa berakibat fatal. Bukan cuma utang beranak-pinak, kita juga bakal sulit mendapatkan kredit di bank atau lembaga keuangan lain. Tak mengherankan bila Ichsan tegas mewanti-wanti agar tak mengambil kredit tanpa agunan bila tak benar-benar memerlukan.
DA Candraningrum
Produk Kredit Tanpa Agunan
Kredit Bebas Agunan Mandiri Plafon kredit:5 x penghasilan per bulannya Suku bunga: 1,42-1,47% per tahun untuk 1-3 tahun
HSBC Personal Loan Plafon kredit:Rp 5-125 juta Suku bunga: 1,48-1,99% flat per bulan untuk -3 tahun
BNI Cerdas (khusus untuk pembiayaan kegiatan pendidikan) Plafon kredit: Rp 5-200 juta Suku bunga: 13% (1 tahun), 13,5% (2 tahun) dan 14% (3 tahun)
KTA Standard Chartered Plafon kredit: maksimal Rp 150 juta Suku bunga: 1,76-1,8% per bulan untuk 1-5 tahun Nasabah kena biaya provisi 3% dari total pinjaman
BNI Fleksi Plafon kredit: Rp 5-30 juta (untuk pegawai aktif) dan Rp 15 juta (untuk pensiunan) Suku bunga: 12% (1 tahun), 12,5% (2 tahun), 13% (3 tahun), 13,5% (4 tahun), 14% (5 tahun)
Personal Loan Citifinancial Citibank Plafon kredit: Rp 4-22 juta (untuk penghasilan di bawah Rp 4 juta) dan Rp 15-47 juta (untuk penghasilan di atas Rp 4 juta) Suku bunga: 1,9-2,8% per bulan (tergantung jangka waktu pinjaman)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo