Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bos LinkedIn: Empati dan Kepemimpinan Tak Bisa Digantikan Kecerdasan Buatan

Indonesia Country Lead LinkedIn Rohit Kalsy berbagi tip bagi profesional dan pencari kerja di era kecerdasan buatan.

29 Desember 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Country Lead LinkedIn Indonesia Rohit Kalsy. Dok. Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • LinkedIn mencatat lima anggota baru di platform mereka tiap detik.

  • Indonesia Country Lead LinkedIn Rohit Kalsy menyarankan para profesional berfokus pada soft skills, seperti empati, ethical logic, dan strategic thinking.

  • Di Asia Tenggara, tiga industri yang paling banyak mencari pekerja adalah teknologi, jasa keuangan, dan jasa profesional.

SEPANJANG kariernya, Rohit Kalsy sudah bertemu dengan beragam orang. Salah satu yang membekas dalam ingatannya adalah seorang pemuda berusia 18-19 tahun, yang ia temui dalam penerbangan dari Singapura menuju Indonesia pada 4 Desember malam lalu. 

Setelah mengetahui Rohit bekerja sebagai Country Lead LinkedIn Indonesia, pemuda tersebut memutuskan berbagi pengalamannya menggunakan platform jejaring profesional dan pencari kerja itu untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. "Awalnya dia tidak tahu harus mulai (mengerjakan tugasnya) dari mana," ujar Rohit di Jakarta pada 5 Desember 2024. 

Kemudian pemuda tersebut memanfaatkan LinkedIn. Dia mencoba mencari para profesional di bidang yang sedang ia teliti dan membuat janji wawancara dengan mereka. Dari hasil koneksi inilah pemuda tersebut melengkapi bahan untuk tugasnya.

Menurut Rohit, pengalaman tersebut menunjukkan LinkedIn sudah ada di jalan yang benar. Dia bermimpi membuat platform ini punya dampak yang luas untuk penggunanya, yang sekarang mencapai 1 miliar orang. LinkedIn mencatat terdapat lima anggota baru di platform mereka tiap detik. Selain itu, platform pencarian kerja ini mampu membantu delapan orang bekerja tiap menit. 

Namun ini saja tidak cukup. Rohit ingin LinkedIn bisa membantu penggunanya mengembangkan diri dan karier. Tak hanya menjadi platform pencari kerja, tapi LinkedIn juga menyediakan konten edukasi berisi materi pelatihan beragam keterampilan. Salah satunya kursus pemrograman untuk Phyton. Peran ini penting lantaran LinkedIn memproyeksikan 70 persen keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan akan berubah pada 2030, dipercepat oleh intervensi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Kepada Tempo, Rohit menceritakan dampak kehadiran AI dan strateginya mencapai visi LinkedIn.

Country Lead LinkedIn Indonesia Rohit Kalsy. Dok. Pribadi

Bagaimana pandangan Anda terhadap AI?

AI perlu dilihat sebagai alat. Ketika Internet pertama kali muncul, banyak yang khawatir kehadirannya bisa memicu pengangguran. Tapi lihat sekarang. Untuk mengantisipasi dampaknya, kehadiran AI perlu dibarengi dengan membangun budaya belajar keterampilan baru terus-menerus. Kita tidak boleh lupa bahwa manusia punya kemampuan yang tidak bisa ditiru oleh mesin.

Apa pekerjaan yang mungkin hilang seiring dengan perkembangan AI sekarang?

Penting untuk dipahami bahwa lanskap pekerjaan akan berubah meski Anda tidak berganti pekerjaan. Bahkan, meski Anda tetap menjalani pekerjaan saat ini, keterampilan dan alat yang diperlukan akan berbeda seiring dengan berjalannya waktu. AI akan mengubah cara kerja, bukan mengambil alih pekerjaan secara penuh.

Tidak seorang pun terhindar dari fenomena ini karena AI akan terintegrasi ke semua jenis pekerjaan dan mengubah cara kerja di berbagai peran serta industri. Berbagai pekerjaan baru juga akan tercipta berkat kehadiran AI sama seperti saat revolusi industri terjadi. Dalam lima tahun terakhir, misalnya, kita mendengar pekerjaan yang sebelumnya tidak ada, seperti chief of AI.

Apa saran Anda bagi para profesional dalam menghadapi kondisi ini?

Jangan pernah berhenti belajar. Di LinkedIn, kami melihat pertumbuhan pesat minat untuk meningkatkan keterampilan. Di Asia, konsumsi konten edukasi para profesional di LinkedIn hampir 50 persen lebih banyak tiap pekannya dibanding kelompok serupa di seluruh dunia. Pelajaran mengenai AI paling banyak dilirik. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pengguna LinkedIn di Indonesia meningkatkan konsumsi konten pembelajaran di platform kami sebesar 59 persen dari tahun ke tahun.

Selain itu, berfokus pada soft skills, seperti empati, ethical logic, dan strategic thinking. Semaju apa pun teknologi kita, kebutuhan akan empati dan kepemimpinan tidak dapat digantikan oleh AI. Inilah aspek-aspek yang berpotensi membuat seseorang menonjol di mata para pemberi kerja. Bagaimanapun juga, peran dan tugas yang bersifat humanis akan selalu diminati.

LinkedIn menghadirkan fitur video pendek yang diharapkan menjadi sarana edukasi. Apa pertimbangan menghadirkan fitur tersebut?

Rentang perhatian manusia sangat terbatas. Semuanya memikirkan cara untuk merebut perhatian tersebut. Dari hasil analisis kami, bentuk video pendek penting untuk membantu anggota LinkedIn mendapatkan informasi. 

Kami juga menyediakan beragam konten edukasi dalam bahasa Indonesia untuk membantu pekerja mengembangkan diri mereka sesuai dengan kebutuhan pasar. Pada Januari 2025, kami akan meluncurkan laporan mengenai pekerjaan hingga keterampilan yang bakal banyak dicari industri pada tahun depan. Ini tujuannya sama, yaitu membantu pekerja di Indonesia menggapai kesuksesan mereka.

Bisa dibocorkan apa saja pekerjaan yang paling banyak dibutuhkan?

Saya tidak memiliki data khusus di Indonesia. Tapi, di Asia Tenggara, tiga industri yang paling banyak mencari pekerja adalah teknologi, jasa keuangan, dan jasa profesional, seperti arsitek, konsultan, serta desainer, termasuk jurnalis.

Apakah konten edukasi ini merupakan strategi menjaga pasar LinkedIn?

Dengan perubahan yang terjadi di industri kerja saat ini, pelanggan kami membutuhkan arahan mengenai jenis pekerjaan dan keterampilan yang dibutuhkan di masa depan sehingga mereka bisa bertahan. Kami di LinkedIn memiliki data tersebut. Kedua, jika bisa mengetahui keterampilan yang dibutuhkan, Anda dapat menyediakan materi pembelajaran yang dibutuhkan. Kami menyiapkan ini dalam bahasa Indonesia. Ini adalah strategi kami dari sisi produk.

Bagaimana pertumbuhan pelanggan premium LinkedIn saat ini?

Kami mencatat pertumbuhan pelanggan premium tinggi, sebesar 25 persen secara tahunan. Saya percaya diri bahwa jumlahnya akan terus tumbuh.

Apa tip bagi para pencari pekerja?

Temukan minatmu, hal-hal yang membuatmu bahagia dan bersemangat. Hal yang juga penting adalah menemukan organisasi yang tepat sebagai tempat kamu bisa mencapai mimpimu. Itulah sebabnya LinkedIn berusaha hadir untuk membantu kamu terkoneksi dengan orang-orang yang bisa membantumu mewujudkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus