Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah terus mencermati pelbagai risiko inflasi pada 2022. Risiko ini termasuk karena naiknya harga komoditas secara global akibat aktivitas ekonomi dunia meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia maupun pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk memitigasi berbagai tantangan pencapaian inflasi 2022, baik yang berasal dari global maupun domestik,” kata Airlangga pada Senin malam, 2 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat inflasi pada Januari 2022 sebesar 0,56 persen secara month to month dengan inflasi tahunan atau year on year 2,18 persen. Kenaikan inflasi ditandai oleh meningkatnya indeks harga konsumen (IHK) menjadi 108,26 dari sebelumnya 107,66 pada Desember 2021.
Inflasi Januari 2022 merupakan yang tertinggi pada periode yang sama sejak 2019. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam publikasi terbaru World Economic Forum menyampaikan kenaikan inflasi di sejumlah negara merupakan salah satu faktor risiko pemulihan ekonomi pada 2022.
Melejitnya harga energi disertai gangguan rantai pasok telah mendorong peningkatan inflasi, terutama di Amerika Serikat dan banyak negara emerging market and developing economies (EMDE) atau negara berkembang. Pada pengujung 2021, tingkat inflasi Amerika Serikat menembus 7 persen dan merupakan rekor tertinggi sejak Juni 1982.
Airlangga mengatakan untuk menghadapi tantangan inflasi global, perlu penguatan program kerja dan strategi kebijakan pengendaliannya di level daerah. “Ini menjadi strategis dalam mendukung pencapaian inflasi nasional tetap terkendali di tengah risiko-risiko yang dihadapi,” tutur dia.
Di sisi lain, Airlngga mengatakan peningkatan permintaan global di sektor riil harus dipandang menjadi peluang. Dengan keluaran manufaktur Indonesia yang diprediksi makin tumbuh, ia berharap prospek permintaan barang ekspor akan melonjak.
“Untuk mengakselerasi kinerja ekspor dan memanfaatkan momentum yang ada, pemerintah akan terus mendorong program hilirisasi komoditas unggulan, seperti CPO, nikel, bauksit, tembaga, hingga timah,” katanya.
Airlangga juga mengklaim pemerintah telah menjaga stabilisasi harga pangan dan bahan pokok dalam negeri untuk menjaga inflasi. Belakangan, pemerintah menerapkan harga eceran tertinggi minyak goreng untuk menekan lonjakan harga bahan dapur tersebut akibat naiknya harga acuan crude palm oil (CPO).
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.