Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia menginvestasikan Rp 138 miliar untuk 72 program prioritas transportasi udara di Papua. Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto mengatakan program tersebut bertujuan meningkatkan keselamatan penerbangan nasional.
Peringkat keselamatan Indonesia, berdasarkan audit USOAP oleh ICAO, menempatkan Indonesia di peringkat ke-55 dari 191 negara anggota ICAO, dari sebelumnya di posisi 151. Indonesia mencatatkan nilai keselamatan sebesar 81,15 persen, melebihi standar keselamatan dunia di angka 64,71 persen. Sektor navigasi penerbangan menyumbang nilai tertinggi kedua dengan nilai 86 persen.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno ingin peringkat navigasi naik mendekati 90 persen di tahun ini. "Saya yakin bisa tercapai dan menjadi pemandu navigasi terbaik di dunia, itu target kita. Karena Indonesia negara kepulauan yang membutuhkan moda transportasi baik," katanya. Rini menuturkan Papua membutuhkan sistem navigasi yang sangat andal.
Rini mengatakan ADS-B merupakan radar sintetis yang bisa menjangkau banyak titik agar dapat memonitor pergerakan pesawat lebih akurat. Sebab, menurut dia, ada bandara yang belum termonitor dengan baik. "Dari sisi keamanan, sangat baik kita bisa mendeteksi penerbangan yang tidak authorized (resmi)," tuturnya.
Selain itu, dilakukan modernisasi layanan navigasi di 109 bandar udara di Papua. Menurut Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono, modernisasi infrastruktur layanan penerbangan dilakukan untuk menjaga tingkat keamanan.
Untuk memodernisasi infrastruktur layanan penerbangan, AirNav antara lain akan membangun tujuh Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B) hingga akhir 2018. Dengan alat ini, bandara akan mampu meningkatkan kapasitas sistem keamanan penerbangan dan memenuhi pelayanan penerbangan sipil internasional.
Menurut Wisnu, pertumbuhan pergerakan pesawat di Papua amat pesat, yang menandakan mobilitas masyarakat Papua. "Di Bandara Timika, dari 15 menjadi 28 pergerakan pesawat per jam. Di Bandara Sentani, dari 19 menjadi 32 pergerakan pesawat per jam," kata Wisnu, Kamis malam, 11 Januari 2018.
Selain membuat penerbangan lebih aman, Wisnu mengatakan, pengoperasian ADS-B membuat pengindraan penerbangan lebih akurat. ADS-B, menurut dia, teknologi pengindraan canggih yang juga digunakan di Alaska dan Amerika Serikat. Investasi teknologi radar sekitar Rp 50 miliar, sedangkan ADS-B sekitar Rp 5-7 miliar per unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wisnu menuturkan pergerakan pesawat secara nasional tumbuh 10 persen di tahun lalu. Pertumbuhan pergerakan pesawat, kata dia, mengindikasikan pertumbuhan ekonomi semakin baik. Dia memprediksi pertumbuhan pesawat semakin tinggi setiap tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini