Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Akan Beku Lagi

Sidang informil delegasi OPEC di taif, dihadiri para menteri OPEC. Kurs dollar yang tak menentu masih memprihatinkan. Arab Saudi menekan produksinya hingga 6 juta barel, sebagai cara mempertahankan harga.(eb)

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESTA yang meriah telah menutup sidang informil para delegasi OPEC (negara pengekspor minyak) di Taif, ibukota Arab Saudi di musim panas. Sheik Zaki Yamani, Menteri Perminyakan Arab Saudi, telah mengajak para utusan yang semuanya menteri itu untuk turut serta dalam tari pedang, salah satu acara yang khusus dipertunjukkan malam itu. Esoknya, hari Minggu, mereka diberitakan diajak berpiknik. Sidang dua hari (5 - 7 Mei) di Taif itu, menggantikan rencana pertemuan informil di Jenewa di awal April yang batal itu, memang diliputi suasana piknik dan rekreasi. Tapi mereka juga mendiskusikan segala hal di seputar minyak, termasuk harganya, sebagai persiapan sidang OPEC di Jenewa 17 - 18 Juni. Di luar dugaan segenap para Menteri OPEC hadir di Taif. Termasuk Menteri Perminyakan Irak, Tayeh Abdul Karim yang mulanya menyatakan tak merasa perlu datang, kalau Arab Saudi dan Iran tetap saja bersitegang untuk membekukan harga minyak dalam tahun ini. Dalam pertemuan itu wakil tetap dari Irak itu masih bersuara keras. Dia mendesak agar pembayaran minyak itu dikaitkan dengan mata uang kuat lain di dunia, asal jangan dengan dollar AS yang makin tak menentu kursnya itu. Banyak anggota yang merasa prihatin mengingat petrodollarnya itu makin berkurang saja nilainya. Termasuk Indonesia, yang kali ini diwakili oleh Menteri Pertambangan dan Enerji Dr Subroto. Sebagai orang baru Subroto tentunya belum bicara banyak dalam sidang itu. Tapi sekembali dari Taif, dia juga menyatakan bahwa Indonesia sudah terpukul dua kali. Menurut Subroto, selain merosotnya nilai dollar, sebagian besar dari ekspor minyak Indonesia menuju ke Jepang. Maka mengingat nilai Yen makin naik gengsinya terhadap dollar, nilai rupiah kita yang dikaitkan dengan dollar otomatis sudah mengalami depresiasi. Semua itu memang tak disangkal oleh tuan rumah Yamani dan rekannya dari Iran, Mohamad Yeganeh. Tapi kedua wakil raksasa minyak itu toh tetap bersitegang agar harga minyak yang rata-rata $12,80 per barrel itu tak diutik-utik. Menurut Reuters, Menteri Yamani bahkan menganjurkan agar pembekuan harga itu berlangsung sampai tiga-empat tahun mendatang. Alasan yang dikemukakan Arab Saudi adalah masih kuatnya glut atau persediaan minyak yang berlebih di negara-negara industri Saudi sendiri, yang sejak lama mengerem produksi hariannya hingga sekitar 8 juta barrel, kabarnya merencanakan akan menekan lagi hingga sekitar 6 juta barrel sehari. Ini, oleh Yamani, dipandang salah satu cara yang baik untuk mempertahankan harga minyak sekarang. Dengan kata lain, Arab Saudi sebenarnya beranggapan, harga yang sekarang itu sesungguhnya sulit untuk dipertahankan. Kalau pandangan Arab Saudi sudah begitu, bisa dipastikan di Jenewa nanti OPEC akan keluar lagi dengan keputusan untuk tak memutuskan sesuatu, alias harga minyak akan beku lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus